Ketika mendapat informasi bahwa kami akan pergi gratisan ke Mongolian Camp di kaki gunung Salak, saya langsung bersemangat, cari foto dan cari review. Sayang, tak banyak review yang muncul dari hasil googling. Tapi foto yang dimunculkan terlihat menarik. Satu hal yang saya cari tahu ketika akan pergi ke suatu tempat adalah harga kamar, kenapa harga kamar? karena dari harga kamar ini saya bisa setting seberapa tinggi harapan saya. Pada saat google, harga kamar di Mongolian Camp ini harganya kurang lebih sama dengan Westin Nusa Dua Bali, saya ulang Westin Nusa Dua Bali. Otomatis, harapan saya setinggi itu.
First impression saya kurang baik karena rombongan kami disambut dengan jus jambu yang berair, sangat encer dan tidak manis. Tapi dengan pemandangan ciamik sepeti di atas, siapa peduli soal jus jambu lah ya. Pemandangan ini tentunya harus dibayar mahal karena kamar kami terletak nun jauh di belakang sana, harus diraih dengan jalan kaki. Ya maklum, kamarnya tak terlalu mahal, jadi jalannya jauh. Jangan ngarepin Golf car, karena Golf Car yang ditulis di beberapa review tidak nampak. Mungkin, sedang berada di dalam lapangan golf beneran.

Celana paling cerah dipilih supaya kalau difoto kelihatan
Kamar seharga dua juta rupiah yang kami tempati berbentuk seperti yurt di Mongolia. Sayangnya kamar yang dindingnya terbuat dari bambu, dibungkus kain dan juga terpal ini baunya kencang banget. Dengan desain kamar seperti ini, kamar jadi sangat gelap, asyik untuk berasyik masyuk. Tapi di pagi hari, agak merepotkan karena gelap sehingga pintu harus dibuka untuk menambah terangnya lampu. Lantai kamar sendiri dari marmer dan kamarnya dilengkapi dengan AC dan TV. TVnya sendiri penuh semut, karena lokasinya yang mungkin di bawah kaki gunung. Nah makin cocok kan untuk berasyik masyuk? Dalam kondisi dingin seperti ini, perlu diacungi jempol bahwa air panas di dalam ruangan ini lancar jaya. Jadi kendati tak ada bath up untuk berendam, setidaknya bisa mandi air hangat lama-lama *dan dipelototin environmentalist*. Bagi yang berminat splurging di camp ini juga terdapat kamar yang lebih layak, lebih dekat ke bagian depan camp dan berdinding tembok seharga 2,25 juta per malam.
Satu hal yang saya kurang sreg dengan kamar ini adalah tingkat kekedepannya, karena suara TV dari kamar tetangga bisa leluasa masuk ke dalam kamar. Akibatnya, ketika banyak orang jalan pagi, kami sudah resah gelisah harus bangun karena berisik. Kebisingan ini masih ditambah dengan pembangunan golf course yang menggunakan mesin pemotong besi dengan suara ‘ngggginggggnya’ yang memekakkan telinga. Apes.
Urusan makanan prasmanan pilihannya terbatas, kurang bervariasi. Hotel berbintang biasanya menyajikan ayam, ikan, daging dan sayur dalam sebuah jamuan, tetapi semua pilihan tak ada di dalam menu. Tapi saya menduga ini karena penyelenggara memilih makanan yang sesuai anggaran yang terbatas. Jadi tak apalah. Tapi yang parah, buah potong pun sangat dibatasi, baik kuantitas maupun ragamnya, padahal buah-buahan bukanlah hal yang mahal. Satu hal yang membuat saya makin gemas, buah-buahan yang disajikan seperti semangka muda, melon dan pepaya yang nampaknya sudah dipotong berjam-jam lalu, sehingga kehilangan kesegarannya. Mungkin kelihatan remeh, tapi buat saya mengganggu banget.
Soal kebersihan juga menjadi tanda tanya saya, karena saya sukses mengalami muntah-muntah yang diikuti diare selama dua hari. Perut saya memang sensitif, apalagi ketika bertemu dengan makanan yang dihinggapi lalat. Catatan saya, perlu ada tambahan petugas tak hanya untuk mengisi ulang es cincau *gak penting* tapi juga untuk menghalau lalat tersebut. Sayang banget kalau makanan-makanan yang sudah diambil terpaksa dibuang karena dihinggapi lalat.
Menu sarapannya sendiri sangat beragam, aneka roti, bubur ayam, bubur kacang hijau, aneka rupa juice, bahkan susu sapi segar. Ada juga menu istimewa berupa keripik pancake. Pancake yang sudah terlalu lama dimasak, kemudian diletakkan di tempat yang panas hingga menjadi keras. Meja khusus untuk pesan telur juga tersedia, sayangnya garam di meja untuk membumbui telur sukses tak ada yang bisa keluar karena tidak diberi beras. Saya mungkin terdengar super nyinyir cuma gara-gara urusan garam saja, tapi balik lagi ke ekspektasi saya, harganya hampir sama dengan Westin Nusa Dua!
Fasilitas
Hotel ini lebih cocok digunakan untuk office gathering, karena banyaknya fasilitas untuk ngumpul-ngumpul, dari meja bilyar, table football (yang sering dimainkan Chandler dan Joey di film seri friends itu), meja pingpong, lapangan futsal, flying fox hingga kolam renang untuk bermain. Kolam renang bermain ini kedalamannya hanya 80 cm, jadi tak cocok untuk berenang.
Akses & Koneksi
Satu hal yang selalu saya perhatikan jika masuk hotel mahal adalah akses untuk penyandang disabilitas. Ini naluri pertama saya dan sayangnya camp ini tak didesain disability friendly. Akses sama sekali tak tersedia. Boro-boro ramp, akses ke kamar mandi di kamar turun sekian centimeter dari kamar dan pintunya sangatlah kecil. Kamar mandi yang dipoles dengan cantik, menurut saya sangat berpotensi membuat orang jatuh terpleset karena tingkat kelicinannya yang luar biasa. Untuk koneksi internet sendiri ada Wifi di dalam kamar. Pengguna Telkomsel boleh tersenyum girang karena sinyal yang kuat, sementara pengguna XL silahkan manyun karena sinyalnya kacau.
Terus terang, saya enggan kembali ke hotel ini karena pengalaman saya yang kurang indah. Mungkin juga ekspetaksi saya yang ketinggian. Tapi dengan harga dua jutaan, akan lebih baik jika kualitas kebersihan dan juga intesitas bau di dalam kamar bisa lebih diperhatikan. Sayang banget kan kalau pemandangan cantik gini harus tercemar karena bau terpal.
Gimana ada yang berminat mencoba?
xoxo,
Tjetje
kamarnya kayak tibetan resto gtu ya interiornya. habis baca reviewnya kok jadi sesek napas. ha ha
Hahaha aku emang kalau kasih review jujur banget, makanya nggak bakat kalau nulis dibayar.
aku suka kamarnya deh Ai, keren gitu kayaknya
Konsepnya keren, tapi terpalnya yang bau itu bahaya karena pasti ada partikel yang masuk saluran pernapasan (menurutku) dan harganya kemahalan.
review yg sangat jujur… suka 😀
Terima kasih, biar yang baca menurunkan ekspektasi.
Wahhhh niruin luxury tents di desert resort di United Arab Emirates sini neeeng
Yg dsini keren abisssss
Cuma versi amburadul.
Interior design nya juga TACKY!
Ga ada aura resort-nya
so sorry to hear that
Ooooh di sana ada luxurious tent. Pasti keren kalau di UAE. It was quite an experience, lumayan lah bisa buat berbagi.
Thanks for the reviews hun
Biar ga jd jebakan batman hihi.
Liat dpotomu
Itu finishing bangunannya jg ga alus..
Mahal lah harga sgtu buat Indo apalg dgn fasilitas&service kyk gtu..
Ada di trip advisor ga mreka neng? Lo komen dsana aj.
ini ulasannya dari hati banget.. semuanya disebutin.. hahaha
Hahaha Iya, nggak mau rugi banget. Dua juta bow!!
duhhh, 2 Jutanya itu bokkkkk. Seandainya bisa bawa tenda sendiri.. hehehe
Nggak berimbang antara harga dan pelayanan. Dua juta bisa beli tenda sendiri, kembali pula.
barusan nanya2 untuk kapasitas 1000 org, abis baca artikel ini, jd ilfeel dan mengurungkan niat, secara jd ketua panitianya, yg ada di damprat org banyak, thx bgt untuk infonya.
Ya ampun mas, orang seribu ga bakalan cukup. Secara kami yang jumlahnya tak banyak aja pakai ekstra bed, ekstra bednya di lantai pula.