Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan pertama saya, maka jawabannya adalah menjadi sukarelawan, atau yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai volunteer. Ketika itu, saya yang masih mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi menjadi sukarelawan untuk beberapa organisasi sekaligus. Kemaruk. Kerjaannya macam-macam, dari fund raising dana, kampanye hingga menerjemahkan aneka rupa dokumen. Ketika sudah memasuki dunia kerja, sayapun masih sering menerima pekerjaan menjadi sukarelawan, baik yang memerlukan kemampuan secara daring ataupun yang memerlukan kehadiran fisik.
Begitu pindah ke Irlandia, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan secara sukarela yang kira-kira nyambung dengan latar belakang saya. Selain supaya kemampuan saya tak hilang, saya juga memerlukan aktivitas untuk membunuh waktu. Maka bekerjalah saya secara cuma-cuma pada sebuah organisasi kemanusiaan yang memiliki berbagai proyek di Amerika Latin dan juga di Afrika.
Selain bekerja kantoran secara sukarela, saya juga mendaftar untuk menjadi sukarelawan ketika ada acara-acara besar. Di sebuah acara konferensi besar, saya didaulat menjadi penerjemah simultan dari bahasa Inggris ke Indonesia dan sebaliknya. Kemampuan ini sendiri sudah saya punyai ketika masih bekerja di Jakarta, walaupun tak bersertifikat. Jadi lumayan lah saya bisa mengasah kemampuan otak. Tapi apesnya, saya harus menerjemahkan sendirian. Padahal menerjemahkan itu idealnya berganti setiap tiga puluh menit sekali. Hasilnya? Otak saya kelelahan gak bisa dipakai mikir.
Selama perayaan tahun baru China ini saya juga mendaftarkan diri untuk menjadi volunteer. Kerjaan pertama saya keliling kota bagi-bagi poster tahun baru China. Walapun diguyur hujan saya semangat aja bagi-bagi poster ini, karena jadi tahu toko-toko Asia. Ternyata di Dublin itu restaurant China ada buaaaaanyak, begitu juga dengan toko-toko Asia. Selain membagi poster, saya juga kebagian tugas menjadi sukarelawan di sebuah kampus dan juga di rumah Ibu Walikota Dublin.
Apa manfaat menjadi sukarelawan?
Menjadi sukarelawan membuka kesempatan untuk berkenalan dengan banyak orang, baik yang bekerja secara profesional maupun sesama sukarelawan. Buka jaringan lah, gak hanya berkenalan dengan mereka yang datang dari Irlandia saja, tapi juga mereka yang datang dari negara-negara lain. Nah bedanya di Indonesia dan di Irlandia, di sini sukarelawan dibuatkan satu hari khusus dimana para sukarelawan bisa ngobrol dan kenalan. Makan dan minuman pun disediakan pada kesempatan ini. Di Indonesia, boro-boro dibuatin satu hari khusus. Dikasih ucapan terimakasih saja udah bagus.
Jadi sukarelawan pada acara-acara tertentu juga menambah pengetahuan. Dari kuliah umum di tahun baru China misalnya, saya jadi tahu kalau ang pao di China diberikan oleh mereka yang secara hierarki lebih tinggi kedudukannya. Beda dengan di nusantara yang diberikan pada yang masih lajang dari yang sudah kawin. Menjadi sukarelawan untuk acara HAM juga menampar saya yang bergelut di bidang HAM, tiba-tiba pekerjaan yang saya lakukan jadi terlihat tak ada apa-apanya dibandingkan para pembela HAM di berbagai sudut dunia yang nyawanya terancam setiap saat.
Menjadi sukarelawan juga membuka kesempatan untuk mengenal tempat-tempat baru. Seperti saya sebut di atas, saya jadi tahu ada banyak toko Asia di Dublin. Gara-gara volunteering juga saya jadi ketemu nangka tiga juta lima ratus ribu rupiah yang sempat saya posting beberapa waktu lalu di blog dan juga di Instagram. Saya juga bisa lihat-lihat rumah walikota lagi. Gak setiap saat lho bisa masuk lihat rumah walikota Dublin yang cakep. Secakep-cakepnya rumah dinas bu Walikota Dublin ya, masih gedean rumah dinas seorang walikota di sebuah kota super kecil di Indonesia. Orang Indonesia mah duit pajaknya gede ya. Nyinyir nih.
Tak enaknya?
Engga dibayar, jadi mesti merogoh kantong sendiri untuk bayar transport dan pengeluaran lainnya. Kalau di Indonesia sih ongkos transport dan makan siang tak seberapa. Di Dublin, mabuk ajalah, transport untuk satu kali perjalanan saja bisa menghabiskan setidaknya 3-4 Euro. Kelihatannya sih sedikit, tapi begitu dikalikan dengan jumlah hari langsung kelihatan banyak. Nggak semua volunteer gratisan, ada juga sukarelawan yang dibayar. Badan PBB misalnya punya program UNV (United Nations Volunteer) yang dibayar, tapi jumlahnya tentu saja tak bisa buat beli tas Hermes.
Volunteer, terutama di Indonesia, juga seringkali tak diindahkan. Dilirik sebelah mata saja, karena label volunteernya. Padahal, kontribusi volunteer pada acara atau pada sebuah organisasi tak main-main lho. Saking tak diindahkannya, seringkali para volunteer ini gak diberi ucapan terimakasih pada saat pidato-pidato oleh para petinggi. Petinggi yang kayak gini nih yang pengen saya lempari sepatu dari jauh. Gak cuma di Indonesia sih, di Irlandia juga ada kejadian seperti ini. Di berbagai organisasi, pengalaman menjadi volunteer juga tak dianggap sebagai pengalaman kerja, karena bukanlah pengalaman professional. Sungguh tak adil rasanya, karena para volunteer seringkali bekerja keras secara professional.
Bicara tentang kerja keras, tak jarang para volunteer ini disalahgunakan oleh mereka yang bekerja secara professional karena kemauan mereka untuk bekerja keras. Istilah lainnya, diperas habis-habisan. Pada situasi seperti ini, para sukarelawan mesti bisa membela dirinya supaya tak disalahgunakan seenaknya. Apalagi tak ada perlindungan khusus bagi sukarelawan.
Bagaimana caranya menjadi volunteer?
Informasi-informasi tentang menjadi volunteer banyak tersebar di berbagai organisasi. Di Irlandia, informasi ini menyebar dengan cepat dan banyak peminatnya. Ketika ada lowongan, maka daftar riwayat hidup bisa dikirimkan. Tapi, jangan menunggu adanya lowongan, ada bagusnya jika kita proaktif dan mengirimkan daftar riwayat hidup tersebut. Ditolak? Tak masalah, toh tak kehilangan apa-apa.
Pernah menjadi volunteer atau berminat menjadi volunteer?
Xx,
Tjetje
Informasi tentang UNV bisa dibaca disini
Sebenernya dari dulu sih kepengen Mbak ikutan jadi sukarelawan gini. Cuma kurang pengetahuan buat cari wadah yang bener-bener tepat, pernah sekali akhirnya kesampaian jadi sukarelawan pas waktu ada bencana bendungan jebol. Menyenangkan sebenarnya membantu sesama begini meskipun melelahkan. Tapi sayang kesempatan untuk menjadi sukarelawan tidak didapat lagi. *mungkin saya yang kurang gencar mencari informasinya.:(
Kalau di Jakarta mungkin bisa jadi sukarelawan di organisasi hewan macam JAAN. Coba cari info Lan kalau masih minat.
Iya, coba aku cari-cari deh Mbak. Lumayan kan mengisi waktu luang untuk sesuatu yang bermanfaat. Terima kasih infonya ya Mbak.:)
Sama2 Lan.
Mbak, kayaknya saya ketinggalan sesuatu di perkembangan Bahasa Indonesia, ‘kemampuan secara daring’, daring itu apa sih artinya? Belakangan sering lihat orang pakai di tulisan tapi enggak engeh apa artinya… atau typo berjamaah? *serius nanya*
Daring itu online. Bahasa Indonesia berkembang secara cepat lari ngejar bahasa Inggris. Kadang di Kompas ya ada bahasa2 baru yang aku juga gak paham 😦
Kalo boleh nambahin, daring itu kepanjangan dari dalam jaringan 😀
Waaaah baru tahu aku Puji. Makasih banyak!
Masih menjadi volunteer, Mbak :D. Meskipun cuman jadi admin di dunia maya, hehehe 😀
Aaah iya jadi admin di dunia maya juga Volunteering ya!
me..me…me…(*sambil angkat jari tinggi2)…pingin banget jadi sukarelawan.. bahkan pernah nulis post tentang betapa pengennya jadi sukarelawan di https://geraldinetitarina.wordpress.com/2016/02/20/menjadi-sukarelawan/ . salut sama Mba Ail yang udah sering jadi sukarelawan…
Wah nanti aku baca ya postingannya. Kamu coba cari2 informasi aja. Jaman sekarang Online gampang bener cari info.
Iya nemu si beberapa web N ada organisasi yang pengen aku ikutin, tapi ya belum kejadian aja ni sampe sekarang… yang ada sekarang malah sibuk sama kerjaan dan ga tau kapan bisa ikut jadi sukarelawan… hope next time bisa jadi kaya mba Ail..
Aku kepengen banget jadi sukarelawan tapi wwaktu senggangku keburu abis sama beres2 kosan trus kecapekan karena jam kerjaku kebalik sama orang2 pada umumnya. Dulu oernah sekali ikut jadi sukarelawan buat mengajar anak2 pondok. Seneng banget walaupun kadang bingung ngadepin kalo mereka udah over excited atau ada satu anak yang cranky. Sekarang palingan aku punya project ngumpulin buku bacaan anak bekas untuk di sebar ke sekolah sekolah di pelosok. Agak mudah karena hanya berurusan dengen kantor pos untuk kirim buku ke sekolah tsb. Tapi tetep pengennya sih terjun langsung bagiinnya! 🙂
Wah seru ya kalau ketemu anak-anak gitu. Jadi banyak yang dipelajari dan tentunya, latihan sabar.
Iya, mbak. Apalagi kalau anaknya lagi gak mau belajar atau berantem sama temennya. Ngebujuknya pake seribu cara. Sabar dan gemes tentunya. Hehehe..
wahhh seru yaaa, tapi sekarang kayaknya udah banyak kok yang mau jadi volunteer. Tapi yang paling laku sih kalo ada acara2 musik gede atau event akbar macam javajazz gitu atau jakarta marathon. Trus sama ikutan semacam Kelas Inspirasi gitu bisa dianggap volunteer kan mba? 😀
Prinsipnya sih kalau gak dibayar (dimana seharusnya mereka dibayar) bisa dianggap Volunteering ya. Kecuali kalau itu emang tugasnya.
Nah kalau acara musik aku malah gak pernah. Mendingan aku nonton aja deh.
Pernah jaman kuliah jadi volunter di pkbi. Pendamping remaja di bagian konseling. Sempet pendampingan remaja lgbt. Pekerja seks remaja. Memperluas pergaulan dan gak bikin pemikitan sempit. Ngajarin aku untuk gak judge orang dr perilaku luar saja.
Wah kamu hebat!
Mbaakk… jd volunteer d dublin bs jd pengurang pajak gak? Hehehheee…
Klo d US lumayan pas perhitungan pajak bisa dmasukin itu segala ongkos angkot dll
Berhubung saya waktu itu gak bayar pajak dan gak punya penghasilan ya gak bisa jadi pengurang. Tapi buat yang bergantung pada social welfare mereka perlu banget Volunteering. Entah kenapa.
volunteer galang dana untuk beberapa bencana alam, acara olahraga…
Acara olah raga menarik tuh.
Disebut sukarelawan bukan ya kalo ngajar anak panti asuhan yang dibawa dari nias setelah gempa kemarin? Hehe..bukan hal besar sih 😳
Of course!
Pas masih kuliah di Jogja jadi volunteer sesepusat studi punya kampus, lanjut kuliah berikut ikutan admin online buat yang cari beasiswa, lagi kerja sekarang juga masih aja jadi admin grup beasiswa online haha. Kalau online sih nggak kerasa karena nggak mobile, paling approve postingan, komentar, members gitu. Sebelnya kalo (karena ini beasiswa ya) pada males-males, nanya yang basic-basic. Aduh, gregetan aku karena mereka yang masih muda-muda kayak nggak kenal mbah gugel…
Pengen sih volunteer kayak di Jogja dulu karena do something physically, tapi kayaknya udah nggak mungkin karena kebentur jadwal kerja yang 6 hari seminggu ini zzzzzz
Hmmm…kayaknya trend sekarang maunya instant deh. Langsung disendoki ke mulutnya gak perlu capek2 baca.
Iya! Aku sampai heran, kalau memang niat, lagi ada waktu, punya koneksi internet; tinggal search aja beasiswa luar negeri. Udah banyak portal yang sedia info. Lebih niat lagi cek kampus tujuan, mereka kasih nggak, atau kasih info soal bursaries buat international students. Tinggal mau usaha apa nggak aja sih.
Ngenes kalo baca pertanyaan macam: ‘ada beasiswa S1/S2/S3 (!) bidang xxx ke luar negeri nggak?’
Alamak… Aku jadi pengen bilang ‘kalau kamu bayar aku, nanti aku cariin, aku bantu daftarin kampusnya, sama sekalian aku bimbing buat daftar beasiswanya’ hahaha
Udah pernah tulis soal tren instan ini, Mbak?
Belum nulis mbak, tapi kapan2 bolehlah saya tulis ketika sudah banyak informasinya.
Mba Ai, terima kasih sudah jadi sukarelawan. Kapan-kapan cerita Mba pengalaman yg paling berkesan selama jadi volunteer
Ahh Boleh-boleh. Kapan2 aku ceritain ya.
Aku waktu kuliah di Indonesia, jadi volunteer di komunitas museum. Caranya, jadi guide anak-anak sekolah ke museum, nemenin aktivitas mereka seharian. Seru banget deh. Pengen kayak gitu lagi.
Wah serunya. Pastinya tahu banyak cerita sejarah ya Tal.
Kalo di Canada volunteer penting bgt utk ngelamar kerja. Bisa membuat employer tertarik karena bisa ngeliat keterlibatan si pelamar di komunitasnya. Tp disini emang budaya volunteering kuat sih, emang pada doyan. Dulu aku pernah volunteer jadi camera woman utk TV lokal. Pusing krn ngeliput pertandingan hoki, dan kamera harus ngejar si puck (bola hoki) yg kecil. 😂
Wah kebayang capek bener itu. Jadi kayak atlitnya.
salam kenal mba Al, seru ya pengalamannya jadi relawan. Kalo aku belum pernah jadi relawan, dulu pernah daftar jadi relawan JFW tapi ga ada panggilan hehe
JFW Jakarta Fashion Week ya? Jangan patah semangat kalau ada event lagi daftar lagi. Salam kenal juga Egi. Eh bener ya dipanggil Egi?
iya mba aku Egi, iya Jakarta Fashion Week dah 2 kali daftar ga dipanggil-panggil hahaha
Jangan menyerah! Terus cari kesempatan lain juga.
Aku jadi volunteer di salah satu media online disini dengan nyumbang tulisan tapi sekaligus dapat status : “reporter koresponden”. Ya nggak apa2 juga sih. Aku suka nulis, bisa melatih English, mereka dapat tulisanku, aku dapat banyak pengalaman. Yang paling berkesan : meliput pengungsi . Priceless. Jadi kenal banyak orang dari berbagai kalangan 🙂 . Aku gak dibayar, kecuali waktu liputan pengungsi itu mesti pergi ke Bogor, diganti uang transportasi aja. Maklum media baru, media kecil, independen pula.
Ahh cerita2 pengungsi itu pasti berkesan banget ya Lan. Salah satu cita2ku sekarang kerja untuk pengungsi.
Irlandia “diserbu” pengungsi gak mbak? kalo ada tulis di blog dong
Wah nanti aku tulis ya.
gimana gitu rasanya kalo kita melakukan sesuatu yang bermanfaat. dulu, waktu sekolah di jakarta, ikutan team beasiswa kampus juga. tapi setelah ke jerman nyari-nyari kesempatan jadi volunteer, belum kesampean mbak. pengen ikutan yang refugees itu, belum juga bisa fix waktunya. makasih untuk linknya mbak.
Ah temenku ikutan masak di dapur buat pengungsi. Mungkin bisa dicari jadwal yang cocok. Moga2 niatnya bisa terwujud ya.
Amin. Makasih mbak, kemarin udah ke sana tanya-tanya, ynag masalah adalah jadwal fix keseharian ini yang nggak belum bisa diotak-atik. Niatnya tetap mbak, pengen coba. Pengen lebih dekat lihat mereka.
Ail, naksir kaos volunteermuu, apiikk 😍😍 seneng Ail baca ceritamu. Kapan-kapan bikin juga aahh cerita volunteerku disini *iki niat dari kapan bulan, tapi sik males nulisnya 😅
Aku ga tau kalo dikota lain di Belanda ya, tapi selama ikut 3 kegiatan volunteer yang berbeda di Den Haag, selalu dibayar uang transport. Ada diitung perkilo jarak dari rumah ke tempat kerja. Meskipun aku selalu naik sepeda, tetap dibayar biaya transportnya. Nah yang volunteer terakhir ini yg menyenangkan. Awalnya daftar jadi volunteer, gabung sebulan trus mereka nawari kerja part time. Aku iyakan karena aku senang dengan aktivitasnya. Dan cuma 2 kali seminggu. Lumayan bunuh waktu, praktek bahasa Belanda dan dapat bonus uang.
Wah that’s good Den. Itu kaosnya abis Volunteering dipulangin lagi. Dipakai volunteer yang lain karena duitnya terbatas. Parah!
Tapi di satu kesempatan lain ada yang pas bagi2 kaos gak mau, karena masih punya kaos yang sama dari beberapa tahun lalu. Dadi pelajaran supaya gak maruk sama kaos gratisan.
Semangat ai, iya aku pernah lihat Nangka di IG kamu…
Yah ambil manfaat nya aja ya ai.
Iya bener. Gara2 Volunteering aku gak pengen nangka deh. Mehongggg.
nyengir begitu baca hermes
Lol. Korban Syahrini.
Kalo kaya kelas inspirasi gitu termasuk relawan ngga ya
Kelas inspirasi itu apa sih mas?
Hihi, saking volunteeringnya sampe kaosnya juga dibalikin ya Tje😹 tapi emang yang paling berharga itu pengalaman ya. Aq denger klo mo apply LPDP pun yg di lihat justru pengalaman terjun ke masyarakat, dan ini bisa banget dicari dr kegiatan relawan gni. Good thing Tje👍
Indeed, LPDP sekarang lebih kenceng screeningnya ya.
Hu’um, dan itu baik sih, soalnya pake duit negara.
Pernah mbak, tapi karena nga berbayar jadinya sudah lupa ikutan sukarelawan dimana aja, hehehe..
Hahaha kurang memorable ya
Pingback: Pengungsi | Ailtje Ni Diomasaigh
Pernah jadi sukarelawan di acara2 kampus, yaa lumayan juga lah nambah jam terbang bersosial.. 🙂
Mbak,kalau mau jadi volunteer gitu but still in high school banyak gak ya peluangnya klo mau coba volunteer ke luar negeri.atau cuma yg berpengalaman saja ya?mohon sharenya ya mbak.trimss
Kalau ke luar negeri modal sendiri sih bisa, tapi banyak kepentok sama visa. Mendingan di dalam negeri aja.
Okee..makasih ya mbak