Beberapa orang yang saya kenal mengatakan bahwa museum Titanic itu jelek, tak ada apa-apanya. Tapi saya bersikukuh ingin mengunjungi museum ini, supaya si Aling, turis Indonesia yang lagi di Irlandia ini bisa menemukan cinta, seperti Jack menemukan Rose di atas kapal Titanic.

Berlian abal-abal yang bisa ditemukan di toko suvenir di Museum Titanic. Foto milik Aling, sang turis Indonesia
Kami memilih hari yang salah ke Museum ini, karena hari itu ada Belfast marathon dan jalanan ditutup. Sementara mencari taksi di Belfast itu tak mudah, harus memesan lewat telepon. Alhasil, kami harus berjalan cukup jauh dari perhentian bis. Tak jauh dari museum ini saya melihat papan petunjuk yang bertuliskan “Titanic Museum, 1 m”. Wah girangnya saya karena tinggal semeter lagi. Saking girangnya, saya gak mikir ngapain juga repot-repot pasang petunjuk jika tinggal satu meter lagi. Sampai kemudian suami berkata bahwa itu satu miles, alias 1609 meter lagi. Ah beginilah kalau satu pulau menggunakan dua satuan yang berbeda.
Museum megah ini mematok biaya masuk sebesar 17.50 poundsterling, sementara headset disewakan sebesar 2.50 pounds. Pemesanan bisa dilakukan secara daring ataupun mengantri di loket yang pada saat itu tak terlalu padat. Soal headset, ternyata semua informasi yang ada di headset tersedia dalam bentuk tulisan asalkan kita tak malas membaca.
Yang mengesalkan, saat akan naik ke tempat pameran, kami diwajibkan untuk antri dan berfoto terlebih dahulu di studio dengan latar belakang Titanic. Foto yang bisa diambil di akhir tur ini tentunya bukan barang gratisan dan tak murah. Bagi saya, pemaksaan untuk untuk berfoto terlebih dahulu sungguh buang-buang waktu, apalagi ketika harus menunggu belasan orang lain diambil fotonya satu persatu.
Museum ini sendiri dibagi menjadi beberapa lantai. Pameran di lantai pertama, bercerita tentang bagaimana kondisi ekonomi Belfast saat itu dan mengapa industri perkapalan berkembang. Secara singkat, industri perkapalan selain berkembang untuk menyokong perekonomian juga banyak menyokong imigran yang pada saat itu mengadu nasib ke negeri Paman Sam. Nah menariknya, penghasilan terbesar dari kapal-kapal ini bukan dari para orang kaya yang menyewa kamar-kamar ekslusif, tetapi justru dari penumpang kelas ekonomi, seperti Jack itu.
Selain menceritakan kondisi ekonomi, diceritakan juga bagaimana proses pembangunan Titanic saat itu. Yang menyedihkan, para buruh yang membangun kapal ini selain dibayar dengan upah tak layak juga tak dipikirkan keselamatannya. Para pekerja ini bekerja di atas scaffolding tanpa pengamanan, persis seperti para buruh bangunan di Indonesia yang menari-nari di atas bilah-bilah bambu sembari tertepa angin. Sama persis dengan di Indonesia, kasus pekerja yang meninggal karena jatuh dari ketinggian tidaklah banyak. Untuk merasakan betapa tingginya scaffolding ini, pengunjung juga disediakan replika scaffolding. Tentu saja tak setinggi aslinya, hanya seperempatnya saja. Para pengunjung juga diberi kesempatan menuruni ketinggian untuk melihat dan merasakan suasana kerja pada saat itu. Turunnya menggunakan kereta gantung yang bisa memuat empat penumpang.
Di salah satu sudut museum juga diperlihatkan kamar-kamar untuk penumpang dari kelas-kelas yang berbeda. Jika penumpang kelas utama mendapatkan kamar mandinya sendiri penumpang kelas terendah harus berbagi kamar mandi, konon hanya ada 2 bath tub untuk 700 penumpang. Air yang digunakan untuk mandi pun air asin. Tak hanya itu, ada ruang 3 dimensi yang membawa pengunjung menyusuri masa lalu dan melihat bebera sudut Titanic. Megah sekali.
Seperti kita tahu, Titanic berakhir naas. Lebih dari 1500 orang yang terdiri dari awak kapal dan penumpangnya tewas di balut dinginnya laut Atlantik Utara. Yang lebih mengenaskan, keluarga yang ditinggal tak mendapatkan kompensasi layak dari perusahaan. Bahkan para pemain musik yang bermain musik hingga detik-detik terakhir tenggelamnya kapal ini harus membayar kompensasi kepada perusahaan atas hilangnya seragam. Sadis banget.
Dari ngobrol-ngobrol dengan petugas yang terobsesi dengan Titanic, pada saat investigasi ada seorang guru yang selamat yang mengatakan Titanic terbelah dua. Tapi pengakuan tersebut tak pernah diindahkan dan White Star Line mengklaim bahwa kejadian ini merupakan kecelakaan yang tak terhindarkan. Akibatnya, keluarga korban tak bisa menuntut banyak kompensasi. Selain itu mereka juga dipaksa menandatangani surat pernyataan tak akan menuntut. Jadi ketika ada teknologi yang membawa manusia melihat ke kedalaman 3800 meter untuk melihat Titanic yang terbelah (dan di museum ini kita bisa melihat rekamannya) mereka sudah tak bisa menuntut lagi. Parahnya, orang-orang kaya yang naik Titanic mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas kehilangan barang-barang bawaan mereka yang mungkin jauh lebih berharga dari nyawa penumpang kelas ekonomi. Salah satu barang bawaan yang selamat dari tragedi ini adalah berlian merah muda dari Tiffany, bukan kalung berlian biru milik Ross.
Di seberang museum ini terdapat satu kapal kecil, namanya SS Nomadic. Kapal kecil ini merupakan kapal pengumpan yang bertugas untuk mengantar penumpang menuju Titanic dan merupakan kapal terakhir buatan While Line Star yang masih tertinggal. Setelah sempat terbelangkai di Sungai Rheine di Perancis, kapal ini kembali pulang ke Belfast pada tahun 2006. Bagian dalamnya kemudian direstorasi dan kapal ini pun dibuka untuk umum. Harga tiket yang saya sebut di atas sudah termasuk harga tiket masuk ke dalam kapal ini.
Satu hal penting yang perlu dilakukan jika berada di museum ini adalah naik wee train seharga 5 pounds. Kereta ini membawa kita menuju beberapa titik penting dari Titanic, dari mulai dry dock dimana Titanic dibangun, hingga hingga Samson and Goliath, landmark kota Belfast berwarna kuning yang cukup mencolok. Berada di komplek Titanic tanpa melihat landmark ini rasanya seperti makan sayur tanpa garam, kurang sempurna!
Bagaimana, berminat melihat mengunjungi Belfast?
Aku kok malah sedih ya baca tulisanmu soal ini, Sa. Anuh.. tidka adail banget. Money talks yaaaa. Huhuhu.
Iya, mau kunjungi Belfast one day. Ada bagusnya juga gak bisa pesan taksi lagi, biar Aling makin langsing 😛 eh
Emang gak adil Ka. Yang punya uang lebih berkuasa atas nyawa manusia. Tapi si Aling lebih rajin dibawa naik taksi Di Belfast. Sementara di Dublin disuruh jalan 😉
Hahaha, duh aku belom ketemu Aling niiih
Wah sibuk banget ya dia. Keburu gak cukup lagi baju buat Bastian 😉
Wah aku baru tau kalo titanic dibikin di Belfast. Good info mbak. jadi pengen tau kaya apa disananya. Secara Titanic film pertama yg aku tonton dan langsung jadi film favorit aku.
Iya kebanggaan Belfast. Cork city juga ikutan bangga karena jadi kota terakhir yang disinggahi Titanic.
Typo ku banyaaaak. Hish 😦
Gpp masih bisa dibaca.
Aku ada rencana mau ke Belfast juga nih mba tapi summer. Selain Titanic apalagi ya mba yang oke di Belfast?
Game of Thrones tour, giant causeway, ada rope bridge juga. Tunggu ya tulisannya masih di draft. Deket museum Titanic katanya ada science museum tapi aku gak kesana.
Btw gak sekalian ke Dublin? Bisa naik bisa dari Belfast 😉
wiiii noted mba hehe. Pingin sih cuma males buat visa :p pengen ke Belfast sama Skandinavia 😁😁
Naik bis dari utara ke selatan nggak lewat imigrasi kok #ngajarin
wah jadi aku berangkat dari Belfast trus ke Dub pake bus mba? *menyimak*
Iya naik aja bis, aircoach.
ya ampun masih harus bayar kompensasi seragam, sedih banget 😦
tapi menarik banget kayaknya museum-nya mba….mudah2an bisa ke sini suatu saat
Iya kejam banget itu perusahaan.
“Nah menariknya, penghasilan terbesar dari kapal-kapal ini bukan dari para orang kaya yang menyewa kamar-kamar ekslusif, tetapi justru dari penumpang kelas ekonomi, seperti Jack itu.” -> ini karena saking banyaknya penumpang kelas ekonomi dibanding para orang kaya itu ya Mbak?
Aku sedih bacanya Mbak, ga adil banget ya. Apalagi yang soal pemain musik itu, kejam banget.:(
Iya, karena jumlah mereka lebih banyak. Pemusik itu akhirnya jadi pahlawan karena tetap menghibur orang hingga akhir hayat.
Syukurlah kalau pada akhirnya begitu Mbak, kan kasihan banget soalnya.
Aku dulu sudah sampai museumnya tapi lagi pelit buat membayar tiket masuknya 17,5 pounds, hahahaha 😆 . Tetapi sebenarnya sepertinya dalamnya seru juga ya, hmmm…
Btw, entah kenapa setiap baca tulisan/artikel tentang Titanic, di belakang kepalaku seperti ada yang memainkan lagi “My Heart Will Go On” yang versi instrumental, hahaha 😆
Aku benci banget itu lagu, udah kebanyakan diputar. Mahal sih, tapi worth it.
Dulu pas nonton Titanic, benerr2 kerasa dalam mengingat ini peristiwa nyata. Menarik sih museumnya, tapi yang dipaksa poto, duuuh gitu ya.
Iya reseh yang dipaksa foto. Mereka ngarep banget penghasilan extra padahal tiketnya udah mahal.
Eh tapi kalau disuruh nonton lagi aku gak bakalan mau. Bosen sama Titanic.
Penghasilan extra mentang2 Titanic legendaris ya. Samaa sih aku juga gak bakal mau nonton lagi. Waktu dulu nonton dua kali, di cinema ama TV, habis itu males hehe.
Udah overexposed. Terus lagunya itu bikin gondok bener.
Betul2 overexposed, setuju! gondok saking di dramatisir? hehe.
Berminat dong 😄, dari ceritanya menarik iuga Ai tapi sedih aja ya udah celaka msh harus ganti seragam. Sungguh tega
Tega banget. Ayo Noni kamu ditunggu para domba.
itu suka banget yang birunya kak
Awas memancing mata rampok.
Wowwww.. keren bangettt museumnya.. mantap.. bener2 nostalgia banget yaaa…
Iya nostalgia banget. Ternyata Titanic tak sekedar Jack and Rose.
Iya ya.. aslinya Jack and Rose itu malah ga ada kan, hanya cerita fiktif.. Tapi pinter yah yang bikin film, dengan roman itu, bisa bikin org2 jadi aware sama ceritanya Titanic..
Sedih bgt sih klo inget adegan pemain musiknya, huhuhu. Kok gilanya, msh dikenai denda sgala?! Edan ni perusahaan
Edan banget tapi begitulah bisnis.
Jadi inget waktu di New York City kami mampir ke pelabuhan (dermaga) di mana Titanic seharusnya berlabuh seandainya tidak mengalami kecelakaan.. Di situ juga ada semacam monumen dari logam yg menyebutkan “Titanic seharusnya berlabuh di sini seandainya..dst..dst..” Waktu itu koq aku langsung berasa sedih aja gitu.. Baca postingan ini jadi lebih mengharu biru.. Semoga bisa ke museum Titanic suatu hari nanti.. Makasih udah berbagi cerita..
Sama-sama Em. Tragedi menyedihkan memang. Beberapa survivorsnya juga bunuh diri lho 😞.
Semoga bisa kesini bawa bayi beruang ya.
Waduh sampe ada yg bunuh diri segala😱 Amin makasih semoga kesampaian ke Irlandia..
Aku denger Belfast asosiasinya ke IRA, menarik juga kesana kayanya. Waktu peringatan 100 tahun Titanic ada serinya di NG dari mulai dibangun sampe tenggelam. Sedih ya Tje memang bacanya. Pekerja yang meninggal, konon arwahnya masih ada di dock menurut dokumenter itu. Aku tertarik juga lihat menu makanan dari berbagai kelas di Titanic.
Aku juga pingin ke Dublin loh btw😉
Iya mbak, Belfast asosiasinya IRA banget. Makanya gloomy, orangnya gak seramah yang di Dublin. Masyarakatnya juga sangat tersegregasi, yang Katolik VS Anglican.
Kemaren ada satu menu makanan untuk kelas yang tinggi mbak, yg jelas ekonomi aku gak perhatikan makanannya apa. Banyak infografic juga tentang jumlah pangan (sampai serbet dan sprei) yang mereka bawa.
Ayo kapan ke Dublin. Ditunggu.
Iya betul, walaupun belum pernah kesana tapi kesanku Belfast gloomy, sementara Dublin itu laid back & relax with good food & jolly people 😉
Jolly peoplenya Okay, good foodnya Engga 😉
Mbak, kalo kerja di Belfast gimana ya? Aman dan nyaman kah? Perbandingannya dengan di Indonesia seperti apa ya? Mungkin ada info mengenai Belfast.
Apanya yang mau dibandingkan? Sistem transportasi? Makanan? Harga?
Kalau pekerjaan saya tak tahu karena saya tak tinggal dan kerja disana.