Hello, I am back again. Seperti biasa tulisan kali ini dibuat untuk memberikan informasi tentang kehidupan percintaan dan juga perkawinan antar bangsa, lebih khusus lagi dengan pasangan yang berkulit putih. Bukan rasis ya, tapi sekedar menanggapi fenomena sosial yang sudah berlangsung sejak jaman para Nyai dipaksa mengawini Meneer Londo demi meningkatkan harkat dan martabat keluarganya.
Banyak orang menganggap bule hunter itu hanya sebatas mereka yang cari-cari bule di Pub, club, restaurants atau di event-event resmi yang dihadiri banyak orang. Tapi perlu dipertegas, bule hunter itu adalah siapa saja yang menginginkan pasangan berkulit putih. Pemilihan pasangannya karena kulitnya yang putih diiringi dengan anggapan-anggapan positif yang menilai mereka jauh lebih bernilai dan berkualitas ketimbang orang lain, termasuk pria-pria asli Indonesia.
Soal kekayaan dan penghamburan uang
Pada kenyataannya, nilai-nilai dan label positif yang digeneralisasi untuk para bule itu tak selamanya benar. Ambil contoh anggapan bahwa bule itu jauh lebih kaya daripada orang Indonesia. Di atas kertas, tukang bersih-bersih di negara asing mungkin bisa mendapatkan penghasilan lebih dari sepuluh atau dua puluh juta rupiah. Jangan keburu silau dulu, karena seperti telah saya sebut berulang kali biaya hidup di luar tidaklah sama dengan di Indonesia. Jadi sebelum menyamaratakan semua orang kaya, ada baiknya dipertimbangkan baik-baik supaya ketika menjejak menjalani hidup di luar negeri dan bermimpi hidup glamour tak meradang.
Ada pula anggapan bahwa pergi ke luar negeri bisa mengangkat derajat hidup keluarga (bahkan tetangga-tetangga di kampung) karena bule dianggap memiliki uang yang tak berbatas. Dengan motivasi seperti ini, kemudian akan banyak konflik-konflik dalam perkawinan. Ya siapa yang tak kaget kalau kemudian muncul kewajiban memberikan uang untuk orang tua, tante, Oom, babah, encing, atau bahkan biaya sekolah kepokanan-keponakan. Di negeri Barat yang individualis, hal-hal seperti ini tak dikenal. Pada saat yang sama, tak semua orang ingin menjadi Santa Klaus dan menghamburkan uangnya. Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan di negeri kita dimana gotong-royong sangat kuat. Pria-pria Indonesia, kendati tak semua, mau lho disuruh bayarin keponakan sekolah. Bahkan yang macam Deddy Cobuzier ngebayarin pekerja rumah tangganya sekolah juga tak sedikit. Baik kan, royal kan, padahal bukan bule?
Romantisme
Bule juga seringkali dianggap sebagai manusia yang romantis, bahkan paling romantis seantero jagat. Saya menyalahkan film serta seri TV yang menggambarkan ini semua. Romantisme yang digambarkan dengan buket bunga dan coklat itu tak selamanya benar. Yang cuek buaaaaanyak saudara-saudara. Bahkan yang dengan cueknya gak beli hadiah dan kartu pada saat perayaan-perayaan juga tak kalah banyak.
Candle light dinner juga salah satu hal yang sering dibawa-bawa. Disini, menjelang musim dingin seperti ini di banyak restauran meja-meja memang diberi lilin kecil. Selain berfungsi sebagai penerang tambahan, lilin-lilin tersebut juga berfungsi sebagai penghangat. Jadi tak perlu pakai usaha pun udah bakal ada lilin Di Indonesia, budaya nyalain lilin tak begitu kuat, kecuali pas PLN berulah. Selain cuaca yang panas, banyak yang beranggapan bahwa menu Indonesia tak cocok untuk candle light dinner. #PecelLeleForCandleLight
Tapi bukan berarti pria Indonesia tak romantis lho! Keromantisan pria Indonesia itu diungkapkan dengan cara yang berbeda. Bukan bunga yang mereka bawa, tapi sekotak martabak yang antrinya gila-gilaan, seplastik gorengan yang panas merekah dari abang-abang kesayangan, ada pula yang rela membawakan sebungkus mie ayam menerjang macetnya ibukota. Romantisme ini tentunya tak dikenal oleh para pembuat film Hollywood, karena abang martabak, abang gorengan dan gerobak mie tak bisa ditemukan di Amerika sana. Nah ini namanya romantisme ideal, karena perut kenyang dan bahagia. Bahkan terkadang yang ikutan bahagia satu rumah. Coba kalau bunga mawar, paling bisa dipandang doang, kalaupun ada yang mau makan, paling cuma si Suzana doang.
Perhatian
Bule seringkali digambarkan sebagai orang yang perhatian. Tapi sejujurnya orang Indonesia itu jauh lebih perhatian daripada orang asing. Lihat saja dari cara mereka menelpon. Pertanyaan mereka paling-paling nanya kabar, kabar keluarga dan bagaimana hari-hari kita.
Coba bandingkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh kebanyakan dari kita. Kamu sudah makan? Makan apa? Makan nasi gak? Kok makan mie? Kok makan indomie? Emang kamu gak punya uang? Nanti kalau gak makan nasi masuk angin lho! Aku Gojekin martabak ya? Lalu di ujung sana ada yang teriak, jangan martabak terus dong bosen!!
Mau mengerjakan pekerjaan rumah
Pria-pria berkulit putih lebih diapresiasi karena dianggap mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sementara Bapak-bapak di Indonesia yang banting tulang supaya bisa bayar gaji Mbak gak pernah diapresiasi sama sekali. Kebanyakan pria asing memang mau mengerjakan pekerjaan rumah karena situasi yang mengharuskan seperti itu. Tetapi jangan salah, ada juga pria-pria asing yang anak mama. Maunya dilayani terus (makanya kawin sama orang Asia biar dimanja). Sementara, pria Indonesia yang mau dan bisa mandiri juga tak sedikit lho.
Pada dasarnya manusia itu beraneka rupa. Ada yang romantis, ada yang perhatian tapi juga ada yang cuek. Warna kulit menurut saya tak menjadi jaminan apakah mereka jauh lebih baik ataupun tidak. Kasus-kasus perempuan jadi korban kekerasan pasangannya yang orang asing, gak dikasih uang belanja, kelaparan bahkan gak bisa pulang ke Indonesia karena pasangannya pelit banget juga banyak. Jadi sekali lagi, memilih pasangan itu jangan karena warna kulitnya. Pertimbangan baik-baik, lihat latar belakangnya. Jangan keburu silau dengan temaram lilin di atas meja yang keliatan romantis, karena beberapa di antaranya berakhir dengan tragis.
Xx,
Tjetje
Sudah bolak-balik ketemu bule yang gak nahan pintu. #BiasaAja
Haha lucu baca bagian beli martabak sama mie ayam π ini lucu banget dan menohok
Thanks Puji. Enak martabak kan daripada bunga mawar.
hihi, pernah nih aku pacaran sama pria asing anak mami. gak lagi-lagi makasih. *sudah kembali ke selera asal*
Disini yang anak mami juga banyak bener. Kasihan cewek2nya bersaing sama mama mertua.
Haha setuju sekaliii mbak! Oh ya kadang di Indonesia bisa lho candle light, klo banyak lalat biasanya ada lilin biar ga dikerubutin lalat makanannya hihihi
Paling suka Bgt kalo ka Ai post soal bule hunter hahahaha…tp betul apa yg ka Ai bilang banyak temen2 aku sendiri ampe pgn Bgt bule bla bla bla…ampe kadang ngerasa eike kan bukan biro jodohππ
terimakasih banyak Tyas. Wah kita sama-sama sering dimintain jodoh ya.
hehehehe iya betul ka ai sampai sekarangpun π
Heheheπ masih ada yg suka tanya soal begini, Tje..?
Buaaaaaanyak banget Mbak.
Bukannya pengen ditanya sih, cuma entah kenapa kalo ke aku jarang banget yg nanya beginian, baik itu di dunia maya maupun dunia nyata, padahal nikah udah 7 tahun.. Akunya kurang gaul kali ya..hehehe.. BTW, suka tulisanmu, sarkasme yg lucuππΌ
Wah syukurlah Em. Aku selalu menerima pertanyaan dan punya pengalaman aneh-aneh. Biar bisa ditulis kali ya π
Biar kepelem kalo kata orang Sunda mahπ
Mungkin karena jarang nulis tentang bule Em? Ini karena google & search term.
Ah ya bisa jadi begitu.. Di dunia nyata pun aku jarang banget ngomong soal ini.., sampe-sampe ada kenalan yg baru ngeh bahwa suamiku WNA.. Padahal kami sering ketemu..
Selalu suka dengan tulisan seputar bule huntermu mbak. Bener2 membuka wawasan banget tentang apa yg sebenarnya terjadi di lapangan. Ngakak pas baca yg bagian cuma suzanna yg makan bunga π
Hahahahaa….eh tapi aku pernah makan bunga lho. Di satu restauran di Bali. Edyan bener.
Makjleb buat eneng2 bule hunter nih π
Jujur, klo aku sedih sekaligus geregetan klo ada orang yg ngebet kawin sama bule, tp giliran dikasih arahan, ngeles truz, ujung2nya jadi engkel2an -.-”
Yg dicari itu jodoh, bukan bule. Yaah klo kebetulan dapetnya bule, yaa itu emang udh rejekinya. Gitu sih menurutku
Gak papa kok kalau mau bule, aku memberikan realitanya biar pada gak kaget aja. Apalagi yang angan-angan setinggi langit.
Nahh itu.. Bulee jugaa manusiaaπ€π€
Setuju sama point nomor 4, suamiku rajin beres2 rumah. Kayaknya hobi gitu, bahkan waktu kita liburan di sebuah villa di Bali seminggu yg mana harga sewanya uda termasuk mba2 yg bersihin tiap hari tetep aja kalo ada piring kotor dia langsung cuci, bangun tidur beresin kamar. Padahal aku uda bilang biaya yg kita keluarin uda termasuk housekeeping dia cm jawab “iya tapi mata gerah liat yg berantakan” π jd skrg di rumah apa2 dia yg beres2 tugasku cuma laundry, cuci piring n masak. Kadang kalo abis masak aja dia yg aku suruh cuci piring hahhaa..mungkin dia menyesal punya istri org Asia kok gini amat π
Kebiasaan bagus tuh. Harus dipertahankan hobinya.
Spot on Tjetje! Persepsi orang bule hunter itu stereotype perempuan Indonesia type tertentu yang memburu bule padahal ada type-type lain dari segala kelas sosial yang termasuk bule hunter karena mereka fokusnya cari pasangan Kaukasus.
Thanks Mbak. Mungkin mereka kira semua bule itu upper class dan gak ada lower classnya. Begitu kena yang lower class, kaget.
Aduh, jadi pengen makan kodok *lostfocus π
Cuma orang Indonesia yang bawain kodok buat makan malam π
Betuuul…setuju..Apalagi dibagian perhatian. Orang Indonesia jauuuh lebih perhatian. Contoh barang ya, mertuaku ..kalau kita berpergian mana pernah nanya udah sampe apa belum. Mak sama keluarga di Indo, bulak balik wa an sama nelpon, nanya kabar..Eh btw salam kenal mbaak..masuk rumah orang langsung nyelonong wae π ha ah ha
Salam kenal Dewi. Terimakasih udah mampir ya. Indeed orang Indonesia perhatian banget, tapi banyak juga yang perhatiannya kebangetan jadi kepo.
Keren bgt post nya mba! Jlebbb gitu…
“Coba kalau bunga mawar, paling bisa dipandang doang, kalaupun ada yang mau makan, paling cuma si Suzana doang.” –> ngakak wktu baca ini (selain si Suzana, yg paling senang lihat orang bawa bunga mawar ke rumah itu kelinci piaraan ku… soalnya mrk demen banget makanin mawar.. termasuk bunga mawar yg kami tanam di halaman… sm batang2nya ludes… wkwkwk… sampe suamiku gemes banget sm mrk, rasanya pengen ngejitak).
Soal yg candle light dinner itu lho… para mantan ku yg org indonesia jg kadang2 ngajak candle light dinner, biarpun hrs nunggu gajian/dapat bonus dulu.
Yg bawain makanan itu bener banget lho mba…
Jadi ingat waktu koas (belajar di rumah sakit sblm jadi dokter) dulu, si mantan yg org indo bela2in bawain donat j-co + es krim ke rumah sakit malam2, krn dia kasihan lihat aq capek jaga malam di RS.
Suamiku biarpun bule, tetap aja ngomel kalo aq keseringan shopping… uang jajan dijatah.
Btw mba, ijin share di blog ku ya….
Monggo silahkan.
Yaammpun mba ngakak banget aku baca poin perhatian. Sama romantis wkwkwkwkkkππππππ aku suka bgt sama gaya sarcastic nya mba hihihi seruuu! Tiap minggu pasti Buka Google langsung Ketik aja alamat Web mba hihi kepo tulisan terbaru… sekarang juga udah banyak bgt bertebaran di YouTube Mba vlogger indo yg nikah sama bule bule hihi tp ttp aku lbh suka budaya membaca π
Vlogger mana sih yang lagi pada dibahas. Aku ketinggalan.
Banyakkkk bangett Mba.. buka YouTube aja deh Mba trus ketik ‘nikah sama bule’ atau ‘ciri-ciri bule serius’ klo sekrng yg paling tenar dan banyak subscribernya itu makanya pitah ID nya Dy Di YouTube Pita’s life, Mba.
Hahaha aku gak tega lihatnya. ajaib2 euy.
Romantis ideal = perut kenyang dan bahagia…
Jadi keinget waktu baru nikah, sy nunggu dijemput suami di mall.. sambil nunggu, ada penjaja bunga mawar di deket tempat drop off.. trus karena pengen sok-sok an romantis, sy beli tuh. Begitu dijemput, sy kasih bunga ke suami trus mukanya lempeng gitu malah cenderung bete.. trus ga lama dia menggerutu gitu kalo dia belum sempet makan malem dan laper banget.
……
Blunder banget lah buat saya waktu itu karena sempet kepikiran mau beliin roti buat dia pas masih nunggu… tapi lebih tergoda sama mawar … -_- Ga lagi-lagi deh. Emang definisi romantis ala ala film barat harus dibongkar nih π
Btw, great post mba. It’s very entertaining π
Hahahaha..suamimu sama dengan aku. Perut nomor satu euy.
Mbak Ailsa, usai baca tulisan ini & ingat ingat ttg cerita bule hunter yg udah mbak tulis sy jadi penasaran dgn cerita ttg bule hunter yg akhirnya dapat bule kemudian hidup bersama atau menikah kemudian setelah hamil ditinggal sm pasangannya tsb kemudian setelah bertahun tahun anaknya besar terus anaknya jadi anak yg dibangga banggain kemudian “dieksploitasi” cari duit dgn modal tampang bule nya… seru nih kalo ada cerita macam itu π
Hah yang mana ya ceritanya?Aku lupa lho, karena banyaknya.
Sy penasaran aja barangkali mbak ada bahan untuk menulis cerita ttg itu..
Oh ini lagi nyeritain orang tho Mbak? Aku kok Jaka sembung.
Aku bingung kenapa bule dibilang lebih romantis, kayaknya itu beda2 tiap orang deh. Bahkan aku lebih sering liat temanku di indo yang post foto flower buckets yang gede dan bagus, yang pacarnya beliin -tiap- bulan kalau ada anniversary π³ klo soal cowok indonesia jarang bersih2, itu mah tergantung didikan orang tua menurutku…
Yep, itu yang anak muda jaman sekarang. Mana bunganya bisa β¬20-30 sendiri, karena Import. Jaman gue mah dibawain martabak aja udah girang.
Hahahah, salam kenal mba, aku sering baca tapi silent reader aja. Pengen komen karena ngomongin cowo Indonesia yg beneran kok banyak yg romantis, termasuk alhamdulillah si suami, dan malah cowo2 bule temen kantor dan yg aku kenal cuek bebek hihhi π Jadi semua emang tergantung orangnya, bukan kewarganegaraannya π
Betul, emang tergantung bagaimana individu masing-masing. Terimakasih sudah sering baca ya Sandra.
Tapi mbak biar bagaimana entah kenapa masih banyak di luar sana yang “duh bule, mau satu doooong”, “anak bule sih, jadinya lucu maksimal” belum yang bule doong biar tajir melintir. Masak mereka lupa bahwa bule juga manusia, wong aku sering ketemu pasangan bule sama ibu-ibu Thailand, malah Ibunya suka disuruh masaklah, belanja bawa sendiri bapaknya ngibrit aja.
Bagus pake banget artikelnya…mbak
Salam.kenal dari jerman