Kantor Pos

Kurang lebih lima belas tahun yang lalu, saya masih sempat merasakan rasa senang yang tak terkira ketika melihat petugas pos, dengan sepeda motornya yang berwarna oranye berhenti di depan rumah untuk memasukkan surat ke dalam kotak pos. Hati saya jadi riang gembira kalau salah satu surat tersebut datang dari beberapa sudut Indonesia, tempat sahabat pena saya bermukim. Keriangan karena kedatangan petugas pos sekarang tak pernah saya rasakan lagi, karena setiap kali mobil Ibu pos datang, ia membawa tagihan yang harus dibayar.

Besar di Malang membuat saya banyak berkutat dengan kantor pos pusat, yang terletak di Alun-alun kota Malang. Bangunan tua yang banyak dihiasi warna oranye, warna khas kantor Pos Indonesia ini dulunya dipenuhi oleh orang-orang yang antri membeli perangko. Apalagi menjelang hari raya, kantor pos dipenuhi orang-orang yang membeli perangko untuk mengirim kartu ucapan. Di Indonesia, antrian itu tak ada lagi, tak seperti di Irlandia, kantor pos masih penuh.

Pojok filateli, juga memberikan ruang tersendiri di hati, karena saya sempat mengumpulkan perangko dan sering membeli perangko di pojokan. Sekarang, hobi ini sudah saya hentikan, walaupun koleksi saya masih teronggok di sudut rumah. Berdebu dan tak terawat.

Kantor pos juga membawa kenangan buruk bagi saya. Setiap tahun, saya mendapatkan beberapa paket hadiah Natal dari Australia, dari beberapa kenalan keluarga kami, karena kami dulu pernah tinggal di negeri Kanguru tersebut. Paket-paket ini bermacam-macam, dari buku hingga makanan. Petugas kemudian menentukan besaran tarif custom yang harus dibayarkan, berdasarkan nilai hadiah.

Satu Natal, kami menerima paket yang berisi makanan kering dari Australia. Oleh petugas, makanan-makanan tersebut dibuka, mungkin bagian dari prosedur untuk memastikan bukan barang-barang berbahaya. Tapi ternyata, sebagian besar isinya hilang, lenyap entah kemana. Rasanya kecewa sekali ketika melihat hadiah kami tak karuan bentuknya, separuh dari makanan tersebut juga hilang. Entah ke mana.

Beberapa Natal sebelum saya pindah ke Irlandia, Ibu mertua saya mengirimi perhiasan sebagai hadiah Natal. Bukan perhiasan mewah, tapi ltarif custom yang harus dibayarkan bikin jantungan, karena bisa beli perhiasan di Pasar Baru. Tarif custom jauh lebih mahal daripada harga asli. Selain urusan biaya yang tak masuk akal, lokasi kantor pos yang jauh juga membuat saya berpikir panjang. Untungnya banjir datang, jalanan macet dan saya pun tak bisa mengambil hadiah Natal. Pulanglah sang hadiah Natal kembali ke Irlandia. Horraaaay, gak perlu bayar!

Di Irlandia, kantor pos punya banyak peran penting dalam masyarakat. Selain untuk pengiriman surat dan barang-barang, kantor pos juga menjadi tempat membayar tagihan. Dari membayar gas rumah, beli pulsa, hingga urusan sampah. Frekuensi kunjungan ke kantor pos yang tinggi membuat hubungan dengan petugas di bilik pos pun terbangun. Apalagi, saya tinggal di kampung kecil.

Selain urusan di atas, kantor pos juga menjadi tempat pembayaran jaminan sosial & pensiun. Jaminan sosial ini diberikan untuk mereka yang tak kerja ataupun sakit. Di salah satu pusat kota Dublin, saya pernah melihat antrian panjang orang-orang yang antri mengambil jatah jaminan sosial ini. Mereka sudah antri sedari pagi, ketika kantor pos belum buka.

Kantor pos Irlandia juga sangat pintar menangkap kesempatan dari mereka yang hobi belanja daring. Seringkali para vendor ini tak bisa mengirimkan barang ke Irlandia dan hanya mengirimkan ke Amerika ataupun ke UK saja. Kantor pos pun menawarkan jasa peminjaman alamat, tak pakai pusing, barang juga selamat sampai di Irlandia. Tentunya kantong tak akan selamat jika memberi barang dari luar EU, karena custom tidaklah murah.

Sama seperti di Indonesia, kantor pos di Irlandia juga menawarkan Collector’s Corner untuk mereka yang hobi mengumpulkan perangko. Ada tema-tema tahunan yang bisa dengan mudahnya dilihat dari website mereka. Saya sendiri sering iseng membeli perangko koleksi ini, karena perangkonya lucu-lucu, tapi nominalnya seringkali tak cocok dengan tarif pengiriman.

https://www.instagram.com/p/-gP7pKQxue/?utm_source=ig_web_copy_link

Terakhir, tiap tahun saya memiliki ritual untuk berkunjung ke Kantor Pos Pusat, di sini dikenal sebagai GPO (General Post Office) yang terletak di O’Connell Street, jalanan terkenal di Irlandia. Kantor pos ini merupakan Gedung bersejarah yang menjadi saksi bisu Easter Rising, pemberontakan orang-orang Irlandia terhadap Inggris. Di pilar-pilarnya bahkan masih banyak ditemukan lubang-lubang bekas peluru bersarang. Saya sendiri berkunjung ke kantor pos ini bukan untuk melihat pilar, tapi untuk menengok kotak pos khusus untuk Santa. Kotak pos yang muncul setiap Desember untuk menipu anak-anak kecil.

Kalian, punya kenangan atau hubungan manis dengan kantor pos dan para petugas pos?

 

xx,
Tjetje

17 thoughts on “Kantor Pos

  1. Dulu punya penpal di Eropa, terus kalau mereka kasi2 barang gitu emang sering hilang. Keterlaluan ya emang pegawai pos kita banyak yang maling.

    Sekarang kantor pos di Denmark (terutama di copenhagen) udah ditutup semua kecuali satu pusat, sisanya udah jadi kios di supermarket, tetep bisa terima/kirim barang di supermarket tersebut sih, jadi masih fungsi normal, tapi sedih kan. Atau sekarang orang2 lebih pilih terima paket masuk ke semacam boks yang kita masukin pin lalu boksnya kebuka sendiri.

    Disini perusahaannya (perusahaan gabungan Swedia, Norwegia dan Denmark) postnord udah terkenal bangkrut dari bbrp tahun kebelakang, terutama postnord Denmark, mereka ada bisnisnya karna online shopping doang, sementara semua surat menyurat (terutama dari pemerintah dan instansi lainnya) udah digital semua, sementara kalau di Swedia masih pake dokumen yang di poskan, jadi postnord Swedia masih belum terlalu bangkrut kek di Denmark.

    • Wah sedih banget ya. Di sini sudah mulai ada box buat masukin paket itu, tapi tetep ogah bayarnya, mana bentuknya jelek pula. Lebih enak ambil di kantor pos deh.

      Ada beberapa kantor pos di sini yang ditutup, begitu petugasnya pensiun gak dicariin ganti. Terutama di daerah rural Ireland. Menyedihkan, ya tapi dunia memang berubah.

  2. Wah aku kok ngak ada kenangan spesifik tentang kantor pos ya. Haha. Ingatnya kalau ada petugas pos berarti uang pensiunan nenekku datang. Terus bagi2 duit deh buat cucu-cucunya.
    haha.

  3. Dulu waktu kecil pernah punya buku koleksi perangko yang ditinggal orang yang nyewa kamar dirumah..
    Ada 2 album kayak album foto (saya dulu belum tau ada hobi filateli), koleksinya kebanyakan perangko bertemakan negara2 eropa gitu, lucu deh.. karena ada satu album yang masih sedikit isinya , kalo ada surat datang kerumah saya lepas2 itu semua perangkonya wkwkwkwk, keseringan gagal sih, terkoyak 😦
    Sayangnya karena ketauan ompung (nenek) saya nyimpan barang yang bukan punya saya jadi entah kemana itu album..

  4. Iya banget Mba, sama Pak Pos. Jaman SD suka ikutan rubrik sahabat pena dari Bobo. Tiap ada motor orange parkir, selalu berharap nerima surat. Kadang nungguin surat juga dari Bapak yang di luar kota.

    Sampai sekarang masih suka senyum2 tiap liat motor orange, walau jumlahnya udah makin dikit. Kadang sedih juga mikirin nasib Pak Pos Indonesia yang makin banyak saingannya di sini. Masih campur aduk deh rasanya sekarang tiap liat motor Pak Pos. 😀

      • Kayaknya begitu, Mba.Ada satu masa (sekitar 2-3 th lalu) yang kayaknya Pak Pos ini udah jaraaaang banget ditemuin, termasuk aktifitas di kantor pos sendiri yang tambah sepi. Entah karena harga kurang bersaing atau marketing yg kurang, aku kurang paham juga ya.

        Tapi nih untungnta skrg Pos Indonesia sepertinya mulai masuk ke e-commerce juga, jadi bisa jadi opsi untuk pembeli, selain JNE dan kawan2.

      • Padahal harga pos Indonesia apalagi kalau pengiriman ke LN itu bersaing banget lho, aku sudah mengirimkan banyak hal dari Indonesia via Pos Indonesia. Pahlawanku bener deh mereka!

Leave a reply to kutubuku Cancel reply