Narsistik

Sebelum dilanjutkan, saya kasih disclaimer dulu bahwa yang nulis postingan ini bukan pakar kejiwaan dan tak punya latar belakang pendidikan di bidang kejiwaan.

Enam tahun yang lalu saya pernah menulis tentang pembohong kronis yang merupakan sebuah gejala dari NPD, Narcisstic Personality Disorder, penyakit kepribadian narsistik. Tulisan di bawah ini adalah lanjutan dari hasil baca-baca saya tentang NPD yang seringkali diidentikan dengan tukang selfie berlebihan di media social, padahal orang-orang narsis itu jauh lebih dalam dari sekedar selfie.

Saya menyederhakan NPD sebagai individu yang berfokus pada dirinya sendiri secara berlebihan dan membutuhan rasa kagum berlebihan dari orang lain. Orang-orang narsis itu juga kekurangan empati terhadap orang lain di sekitarnya.

Paling cakep sejagat

Selfie berlebihan

Mitologi Yunani menggambarkan bagaimana Narcissus dikutuk dan jatuh cinta pada refleksi dirinya sendiri di air hingga delusional dan mati. Narcissus jaman sekarang melihat refleksi dirinya di depan kamera telepon genggam, dengan make up lenong, atau jika tak ada dempul, aplikasi kecantikan. Foto harus diedit, badan dikuruskan, wajah jadi mulus, terlihat lebih muda, lebih tiris, hingga tak dikenali. Dalam bahasa perias pengantin: manglingi.

Aplikasi edit kecantikan menjadi penyelamat untuk menutupi insecurity orang-orang narsis. Foto-foto ini kemudian akan diunggah ke media sosial secara rutin, seringkali berlebihan hingga mengundang mute atau pada level ekstrem unfriend. Nirfaedah.

Merasa paling penting

Anak pejabat pun kalah, padahal si narsis ini bukan anak pejabat, pasangan pejabat, atau pejabat negara. Cara memposisi diri sebagai orang penting ini kemudian ditambah dengan aneka cerita yang membuat dirinya terlihat menjadi paling wah, paling cerdas, paling kaya, pekerjannya paling oke sejagat raya. Bicaranya muluk-muluk, kadang disertai dengan kebohongan kecil.

Lucunya, etika seringkali dilupakan. Baik itu etika untuk tak memotong pembicaraan orang lain, atau bahkan ilmu padi, makin berisi makin merunduk . Humble brag juga tak dikenal. Pada banyak kasus yang saya temui, seringkali mereka merendahkan hidup orang lain tanpa bisa melihat bahwa hidup mereka sebenarnya biasa-biasa saja. Gedubrag.

Selalu merasa paling kaya & merendahkan orang lain

Patut dicatat bukan berarti yang narsis itu orang-orang tak penting ya, banyak dari mereka yang merupakan orang penting, pemegang posisi tertentu, bahkan pada level presiden. Tapi ya jadi presiden yang bikin pusing seantero jagat.

Fantasi Setinggi Langit

Fantasi dari orang-orang NPD itu suka luar biasa. Mereka mau yang terbaik, standar hidup mereka juga cenderung tinggi. Syukur-syukur kalau uang ada, hingga bisa membayar orang untuk memisahkan coklat M&Ms dari warna tertentu.

Di beberapa kasus kemudian muncul besar pasak daripada tiang. Standar hidup ketinggian, kantong tak kuat dan menjerit. Barang harus bermerek semua. Kartu kredit pun menjadi sahabat erat supaya misi untuk terlihat sebagai orang penting dan kaya terus berjalan. Menunggu warisan dari kematian keluargapun bukan sebuah hal yang tabu lagi. Sense of entitlement mereka tinggi sekali.

Fantasi tinggi orang-orang ini beraneka ragam, dari gaji hanya cukup untuk Avanza, tapi ingin membeli Ferrari. Pengalaman kerja baru setahun tapi sudah ingin menjadi pentolan perusahaan C-level layaknya para pengguna Clubhouse #Eh. Perlu dibedakan juga antara mereka yang bermimpi besar tapi kaki menapak di bumi (baca: realistis) dan mereka yang kakinya melayang karena fantasi muluk-muluk ini tanpa bisa mengaca dan melihat kemampuan diri.


Manipulatif

Hubungan dengan NPD itu satu arah, hanya jika mereka perlu saja. Jika mereka tak mendapatkan yang dimau, siap-siap saja dibuang. Dan korban mereka kebanyakan orang-orang dengan rasa empati yang tinggi, karena mereka bisa dengan mudahnya dimanfaatkan dan dimanipulasi.

Dan dalam hubungan ini mereka harus selalu mendapatkan apa yang mereka mau, dan mereka tak segan memanfaatkan orang lain. Konsep hubungan mereka bukan give and take, hanya take, take, take.

Soal manipulatif ini ada bermacam-macam, salah satunya adalah gaslighting dimana perasaan dan pikiran si korban dianggap tak penting hingga sang korban mempertanyakan sendiri kesehatan jiwannya.

Mempertahankan Hubungan

Orang-orang narsis itu tak punya konsep untuk introspeksi. Dalam aneka situasi, mereka tak pernah mau berjiwa besar dan mengaku salah. Mereka harus selalu benar dalam segala hal. Jangan coba-coba pula untuk kritik mereka, karena mereka merasa diserang dan akan menyerang balik (bahkan ad hominem).

Dalam beberapa kasus mereka juga tak segan untuk mempertahankan hubungan dengan modal ancaman, apalagi hubungan asmara. Makanya mereka cenderung tak punya hubungan (entah itu pertemanan, persaudaraan, kolega, hingga hubungan asmara) yang bertahan lama.

Hubungan ini sering runyam karena orang-orang di lingkungan sekitar akan eneg ketika mengetahui pribadi mereka lebih dalam. Belum lagi, menghabiskan waktu dengan mereka ini menguras energi dan juga emosi, sehingga banyak orang enggan berhubungan lebih jauh dengan mereka. Capek.

Penutup

Media sosial kemudian memberikan keleluasan bagi mereka untuk bisa mengekspresikan diri. Kita bisa dengan mudahnya menemukan  mereka yang tinggal di negeri fantasi dan mati-matian menebar ilusi bahwa hidup mereka indah, kaya raya, makmur, tinggal di daerah paling mewah dan lain sebagainya. Padahal orang-orang di sekitarnya tahu itu hanya ilusi belaka untuk mendapatkan validasi dan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya.

Rumput tetangga memang sering terlihat lebih hijau, tapi siapa yang tahu kalau rumput-rumput tersebut ternyata rumput plastik. Makanya jangan percaya semua yang kalian lihat di media sosial.

Semoga kita semua dijauhkan dari orang-orang narsis dan tidak tumbuh menjadi individu yang narsis.

Ailtje

6 thoughts on “Narsistik

  1. Aku sering bertanya2 sendiri bagaimana sebenarnya hidup orang2 ini dalam dunia nyata. Apakah merasa hampa dan sepi. Begitu kuat dan ngotot menampakkan profil diri yang sempurna di dunia maya, setelahnya apa yang dia rasakan dalam dunia nyata. Aku suka membayangkan hidup mereka kesepian dan capek karena harus melakukan segala cara untuk menampilkan diri yang sempurna.

  2. Aku ada sempet kenal dengan orang seperti ini, kalau ngobrol sama dia, mau2nya semua topik berputar tentang dia, dan bahkan klo ada yang berbicara tentang topik yang lebih menarik dari yang dia omongin, dia bakal play victim or seek attention (contoh: mendadak sakit perut). Sempat pas di salah satu pesta, dia lari keluar sambil nangis, karena ngga ada yang mau ngomong sama dia. Dia merasa seluruh dunia against her (ini karena circle group kita udah tau tabiat dia seperti apa) dan dia playing victim, merasa bahwa dia sebagai orang baik, banyak disakiti oleh orang di sekitar dia.

    Dia juga suka menciptakan penyakit2 bualan, supaya orang2 disekitarnya berempati, dan punya alergi macam macam yang ngga masuk akal lah ceritanya. Bikin cerita kalau dia masuk TV di negaranya, tapi ketika ditanya program yang mana jam berapa tayangnya, lalu merubah cerita

    Sungguh, sebelum ada yang bilang bahwa nih orang menderita narsistik (as a mental disorder), aku mengira nih orang cuman nyebelin aja, tapi setelah ada yang bilang begitu, langsung ngeklik. Sayangnya karena yang punya disorder ngga mau mengakui bahwa dia “menderita penyakit” ya jadinya gitu2 aja terus. Dia merasa ga punya temen karena tiap kali bertemen sama beberapa orang, temennya tentu sebel sama dia, dan terus aja cari temen baru.

Show me love, leave your thought here!