Mimpi Buruk Tinggal Bersama Mertua 

Bagaimana judul di atas? Sudahkah mewakili perasaan sebagian dari mereka yang tinggal dengan mertua? Bagi sebagian orang, tinggal dengan mertua itu adalah sebuah mimpi buruk. Apalagi jika mertua dan menantu tak akur dan kemudian menolak menjalin hubungan manis dan menyatakan perang dingin. Jreng…jreng…drama heboh deh, persis seperti sinetron. *camera zoom in, mata melotot, zoom out, awas jangan berkedip*

Anggapan tinggal dengan mertua sebagian mimpi buruk itu tak sepenuh benar, karena ada banyak menantu yang dekat dengan mertuanya dan memiliki hubungan manis. Tapi tentu saja cerita-cerita tersebut sangat tak menarik untuk dibaca, karena monster-in-law jauh lebih menggigit.

Banyak alasan orang tinggal dengan mertua, keuangan yang belum cukup salah satunya. Tapi tak sedikit yang tinggal dengan mertua karena ingin berbakti dan merawat mertua yang biasanya sendirian. Ada juga mertua yang memang posesif, maunya anak menantu tinggal berdekatan hingga membangun satu wilayah perumahan sendiri.

mother-in-law-nickandzuzu

nickandzuzu.com

Drama antara menantu dan mertua biasanya sudah dimulai sebelum perkawinan dimulai. Salah satu pihak, atau bahkan dua-duanya tak saling menyukai. Akibatnya merembet ke urusan memilih produk rumah tangga, hingga urusan manajemen keuangan. Jangan heran kalau kemudian mertua beli beras Jepang, sementara mantu beli beras Thailand. Lalu keduanya berakhir ribut urusan listrik dan air yang sedikit lebih mahal karena masak nasi dua kali.

Keributan tak penting semakin merembet ketika satu pihak mencampuri atau berkomentar soal keuangan yang cukup sensitif dan seharusnya tak menjadi urusan pihak lain. Menantu yang dianggap tak pandai mengurus keuangan dan boros akan jadi bahan bulan-bulanan dan mendapat penghargaan menantu kurang ideal. Apalagi jika uang yang digunakan adalah uang sang anak. Makin meradang deh.

Sayangnya penghargaan ini tidak langsung diberikan di depan mata, tapi di hadapan abang tukang sayur sembari memilih pete dan jengkol untuk dilalap. Mungkin besok-besok abang tukang sayur harus mulai mengenakan biaya tambahan ketika harus mendengarkan curhatan rumah tangga. Tak mau kalah, yang lebih muda pun berkoar-koar di media sosial mengumbar hubungan tak manis. Satu dunia pun tahu soal drama yang tak penting.

Tak hanya soal manajemen dapur dan keuangan, manajemen tidur juga menjadi pembicaraan tak mengenakkan. Anak perempuan dipaksa bangun pagi dan menyiapkan sarapan supaya bisa menyandang predikat menantu ideal. Sementara anak laki-laki tidur aja, santai-santai tunggu sarapan #LemparSandalJepit. Lalu ketika sang menantu bangun siang, sindiran-sindiran tajam dan tak mengenakkan pun dilemparkan.

Tapi dari semua itu keributan yang paling tak menyenangkan konon jika sudah menyangkut anak. Mertua yang kadung sebel dengan mantu suka ngumpat atau menyindir menantu yang belum kunjung mengandung. Mereka yang sudah punya bayi pun tak lepas dari konflik. Dari mulai memaksa memasang gurita hingga soal cara mendidik anak. Yang satu merasa sudah berpengalaman, sementara yang satu membaca panduan mendidik masa kini yang sudah jauh berbeda. Runyam.

Di antara keributan ini ada banyak pihak yang tersiksa. Sang anak akan sangat pusing karena berada di antara ibu dan istri, lalu untuk menambah drama disuruh milih. Padahal memilih antara ibu dan istri itu sungguh sulit. Sementara sang pekerja rumah tangga juga tak kalah pusing karena mertua minta masak sayur bayam, sementara sang mantu minta gudeg. Begini terus setiap hari, lama-lama si mbak pun pamit mundur karena akan kawin di kampung. Entah kapan pacarannya.

Pada beberapa kasus yang saya tahu, drama menantu dan mertua ini berakhir di pengadilan agama dengan diketuknya palu perceraian. Saat tak ada anak, tentunya jadi lebih mudah, cukup katakan selamat tinggal. Tapi begitu ada anak, hak asuh anak ada pada ibunya, dan sang nenek kesulitan akses menengok cucunya. Dan babak kedua perseteruan pun dimulai, kali ini dengan pemain tambahan, sang cucu.

Dan di sebuah kasus yang ekstrem, saat sang anak meninggal dunia, mantu meninggalkan rumah membawa cucu, mertua pun merana. Kehilangan anak dan juga kehilangan cucu. Kesempatan untuk berhubungan dengan cucu hilang karena sang ibu terlanjur sakit hati. Nah lho kalau udah gini menyesal pun tak berguna.

Jadi, bagaimana hubunganmu dengan ibu mertua, buruk atau manis?

Xx,
Tjetje
Mencintai ibu mertua yang super baik

Catatan: tulisan ini hanya membahas satu sisi saja, monster-in-law. Mantu monster sengaja tak dibahas karena bahannya belum cukup. Jadi gak usah nyinyir-nyinyiran ya.

Advertisement

37 thoughts on “Mimpi Buruk Tinggal Bersama Mertua 

  1. Buat aku tinggal sama orang tua sendiri (setelah udah dewasa) aja susah, apalagi tinggal sama mertua, makanya terheran2 plus kagum buat yang bisa.

    Di budaya Chinese-Indonesian, kayaknya itu wajar banget. Yang jelas sepupuku (laki2) masih tinggal bersama orangtuanya, termasuk istri dan 2 anaknya, dan mereka so far akur2 aja, nggak tau resepnya apa. Di budaya Indonesia secara general memang orang tua susah sekali melepas anak, dibanding budaya barat

    Buat aku, tinggal sendiri itu test untuk jadi mandiri, klo selamanya tinggal sama orang tua (terlepas dari betah apa enggak) kapan mandirinya??

  2. Mertua monster dan mantu monster, haha. Drama yang ketika kita bukan pelakunya bisa dengan gampang banget menertawakan, tapi ketika kita sudah terlibat sebagai salah satu pihak, sebisa mungkin ditutup supaya tidak menyebar ke mana-mana (meski tentu pada akhirnya akan bocor juga informasi perkelahian). Tapi menurut saya memang paling bagus hidup mandiri ya. Selain menghindari konflik juga jadi pembuktian soal kemapanan dan kesiapan hidup berumah tangga. (Dari yang sedang mengumpulkan receh untuk membeli sebuah rumah ketjil).

  3. Cocok enggak nya orang tidak tergantung garis darah, tp tergantung karakter. Ngga semua ortu dan anak itu karakter nya sama. Jika yg satu hectic sementara yang lain nya laid back, mereka ngga akan cocok. Yang laid back biasanya lebih bisa toleran tapi yg hectic ini biasanya yg ngga bisa toleran karena selalu anggep si laid back itu malas. Padahal anggapan begitu itu Konyol, kenapa pula orang harus jadi workaholic coba?!
    Kemungkinan sang anak kawin sama tipe laid back juga cukup besar karena Merasa cocok, kan. Nah, mertua jd makin reseh krn bukan anak sendiri jd ke tidak sukaan lebih kuat. Dalam hal ini saya rasa kunci nya tetap ada pada sang suami. Jika dia tetap bisa menempatkan istri dan ibunya pada posisi nya yang seharusnya dan memperlakukan mereka sesuai itu, sy rasa apapun ke tidak cocokan yg ada ngga akan jadi bencana yang bisa disesali. Seorang wanita akan Merasa tersiksa jika suaminya sendiri tidak mensupport dia dgn semestinya, tdk mengerti kesulitan2nya, memberikan respect yg layak dia dapatkan. Hormat Kepada ortu kan ngga harus berarti mengijinkan mereka untuk ikut mengelola urusan RT anaknya, mengurusi seperti apa uang RT anaknya dibelanjakan. Itu hak dia dan istri nya sendiri. Orang yg sudah menikah itu dewasa penuh dan bertanggungjawab atas hidup nya sendiri.
    E.g. Aku bakal ngga ambil hati apapun ocehan dan kritikan mertua yg tergolong tidak beralasan, selama suamiku juga tidak menganggap nya masalah. Why should I care if others judge me lazy, bad mother/wife and useless if my husband doesn’t think I am like that. His treatment towards me is what truly matters to me, he is my chosen living partner. His parents are only bonus which I can’t decline, the same like my parents too.
    Yg seringnya bikin Bencana itu Karena sang suami berat di ibu dan melupakan Fakta bahwa seorang istri punya posisi dengan kehormatan dan hak2nya yang layak dia terima sepantasnya.
    Membuat sang istri jadi merasa sendiri. Juga dalam hal “keturunan”, jika si suami bisa menerima istri nya apa adanya dan ngga ikut2an ortunya nyalahin istri krn Ngga hamil2 juga… Emangnya si ortu bisa apa?
    Yg kawin kan bukan mereka.
    Soal mendidik anak juga.. Jika si suami yg jd jembatan bisa menegaskan pd ortunya bahwa pola didikan anak adalah 100% wewenang mereka berdua sbg ortu si anak, memang nya kakek neneknya bisa apa?
    Tapi tentunya dlm hal ini mereka hrs konsisten ya. Kl ngga mau nenek kakeknya menyuntikkan pengaruh pd cucu dan mengacaukan pola didikan ortunya, ya jangan lantas menjadikan si kakek nenek full-time baby sitter utk cucunya dong. Baby sitter orang luar aja bisa lbh berpengaruh dan dekat sm anak kl ortunya terlalu lepas tangan kok, Apalagi kalau itu kakek neneknya sendiri kan.
    Kesalahan kedua yg sering terjadi adalah mentang2 numpang ortu lantas tutup mata dgn pengeluaran listrik , air dan semacam nya. Si penumpang kalau tahu diri mestinya sudah bersyukur ngga perlu bayar sewa jadi setidaknya ikutlah nanggung biaya yg sudah pasti nambah dgn tambahan penghuni. Jika ikut bayar biaya bulanan, adakah alasan si ortu untuk cerewet kalau si mantu mau masak sendiri?
    Kalau masih reseh itu kebangeten. Anggap aja kalau si ibu sewain separuh rumah sama orang luar, apa si ibu mau melarang nya masak juga? Ngga logis kan kalau biaya sudah di perhitungkan.
    Ketidak cocokan boleh aja ada, tapi kalau suami yg dlm hal ini berperan sebagai jembatan bisa menempatkan semua orang pada tempatnya, sy rasa minimal tidak akan ada konflik yg berujung pada bencana.

      • Haha… Maaf, itu penyakit kronis Saya 😁. Kebetulan artikel ini mengingatkanku pd seorang teman yg mengalaminya dan untungnya berakhir happy ending, hingga sy jd ingin berbagi gitu.
        Mereka ada 2 anak dan udah pisah rumah plg ngga setahun, udah dalam proses cerai. Untungnya punya ipar bijak yg kmdn ngingatin adiknya (si suami) spy coba menempatkan diri pd posisi istri nya… Intinya kurleb spt yg sy tulis diatas lah. Perceraian pun batal. Hubungan mantu dan mertua sejauh yg kutahu masih tetap ngga bisa dibilang manis, tapi masalah itu sudah jd masa lalu dan pelajaran berharga sejak 6 tahun yg lalu. Mereka dan anak2nya saat ini kembali happy dan harmonis. Just info, si suami kebetulan justru adalah anak yg paling di sayang si ibu mertua, dan paling berbakti. Jd ngga berarti hubungan ibu dan anak kmdn rusak lho. Cuma menantu dan mertua doang yg masih ngga mesra.
        Yah, siapa tahu ini bisa jd inspirasi jg buat yg lain.

  4. Sebelum sama suami ini kan aku nyaris kawin dengan yg lain. Waktu itu berasa berat di aku karena setelah kawin syarat dari orangtuanya disuruh tinggal sama mereka. Aku sampai curhat sama Ibu (karena Ibunya temen deket Ibuku). Trus Ibuku komen “lha mosok isok awakmu kumpul karo mertuo. Wong wes biasa ngekos. Isok2 bendino cakar2an” huahaha. Untunglah ga jadi kawin. Aku juga sayang banget nih sama mertua. Dan untungnya Beliau pernah tinggal di Jakarta, sudah terbiasa dengan makanan Indonesia. Jadi kalau aku masak suka kukirimin kalo weekend ke rumah Beliau (sampe pete, iwak asin, jengkol, durian segala doyan).

      • Suami sama Mama mertua ini lidahnya lebih Indonesia dari aku, karena aku ga pernah makan jengkol dan durian (pusing kalau mencium bau durian). Mereka malah bilang dua makanan itu enak banget. Ada jengkol di sini Ail, dijual di toko oriental.

  5. Untuunggg jauh sama mertua *eh. Tapi cerita di post ini mirip bgt sama kisah sahabatku. Positifnya dia ambil hikmahnya, gak selamanya manusia hidup jadi ya emang gak selamanya akan kayak sekarang. Luar biasa mantu yg bisa nrimo, walopun aku pribadi lihatnya, ibu mertua yg kufur nikmat.

  6. Mungkin emang lebih bagusnya jika sering sering dilakukan diskusi duduk bersama dan atau sekalian juga dilakukan proses penjajakan antara camer & caman (calon mertua & calon mantu) semua ini demi menjamin kelangsungan & kedamaian pernikahan.. 😅😅
    *kata orang sy beruntung sebab tidak punya mertua.. tapi sy turut berempati kepada sesama perempuan dalam posisi mantu dan kepada perempuan senior (perempuan berusia lanjut) yg pegang peran sbg ibu mertua..

    Mbak Ailsa, maaf mau nambah…tapi sy tidak setuju /kurang sreg kalo melihat ada menantu perempuan & ibu mertuanya sok akrab akraban berlebihan seperti layaknya bff. Maksud sy, meskipun ibu mertua kita orangnya asyik & baik bin gaul tetapi tetap aja dia judulnya adalah Ibu mertua, ya respect dikit lah

  7. Mbak, mbak tulisanmu memang suka sukses bikin ketawa. Wis jian dimana-mana drama ginian tetep ya ada. Paling sebel dengan tuntutan menantu perempuan mesti bangun pagi buat siapin sarapan. Ya keles itu istrinya atau mbak art yg dibayar buat siapin sarapan. Ya bareng-barenglah, wong rumtang bersama. Oiya yg adik iparnya kebetulan cewek terus ikut-ikut ngerusuh nggak ikut dibahas mbak? Hahaha

    • Aku gak ngalamin drama beginian sih, tapi benar cerita seperti ini ada dimana-mana.

      Was spot on itu soal ipar. Mungkin aku bisa membahas dunia pergosipan keluarga yang melibatkan tak hanya ipar tapi juga besan.

  8. Itu mah cerita sehari2 sinetron gak Turki, Indonesia, India ampe telenovela jaman cilikku dulu Tje, hahaha. Bener kt Deva, ngumpul ama orangtua aja kadang awkward, apalagi ama mertua. Terpisah kadang lebih baik.

  9. Halo mbak Ail…Salam kenal ya..
    Aduh mba..ini cerita aku bgt ..mertua aku baik tadinya tp pas aku merit n pny anak, malah jd biang kerok adu domba aku sm suami, dan ngejelek2in keluarga aku. Ampun deh,, punya mertua n ipar ga iklas bgt klo anak n kakaknya merit. Sekarang akhirnya hub aku n keluarga suami ga baik bgt, bahkan baru tau klo mertua yg cowo ga suka sm aku, ga tau kenapa pdhl aku juga ga deket sm mereka dan ga pernah nyari masalah. Mungkin mereka pikir aku ngambil anaknya kali ya. Dan suami ku udah aku blg juga klo ortu ato keluarganya ada ngomong tentang aku n keluarga aku, suami wajib konfirmasi dl ke aku tentang kebenarannya, dan syukurnya suami konfirmasi klo ada laporan gtu, ternyata yg dilaporin malah ga bener. Kan ketahuan tuh klo mo ngerusak. Kezzzzeell loh mba hahaha…

  10. Ga deket mba…kan jarang video call sm suami… Buat aku sih terserah lah mo ga suka gmn. Yg penting jgn acak2 rumah tangga aku aja sih. Dan aku pun jd menjauh dr keluarga suami, karena ya kelakuannya mereka deh 😬

    • Ini persis banget sama kejadian orangtua ku, Mbak. Bapake yang ibunya uda gak ada diangkat sama tantenya yang jadi bos Mama ku di kantor. Awalnya dijodohin eeeeeeh malah dipisahin. Huhuhu..

      Setrong, Mbak!

  11. Huahahah. Ngakak bacanya aku, Mbak 😀

    Aku belom punya mertua sik. Dan kalok jadi sama calon ku ini, tetep gak ada mertua karena orangtua calon suami uda gak ada dua-duanya 😦

    Pengalaman temen ku bahkan ada yg disiram aer panas gegara temen ku lelet mandiin anak. Sedih banget dengernya 😥

Leave a Reply to Binibule.com [Tjetje] Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s