Swafoto atau dikenal juga dengan selfie adalah pengambilan foto diri sendiri, dengan menggunakan tangan atau alat bantu seperti selfie stick. Selfie sendiri bukanlah sebuah hal yang baru, tapi menjadi sangat popular demgan maraknya smarphone dan kameranya yang semakin canggih. Perkenalan saya dengan selfie dan selfie stick terjadi beberapa tahun lalu, jaman saya masih bekerja di Jakarta. Tapi hubungan saya dengan selfie tak berlangsung lama, karena intensitas selfie yang terlalu tinggi. Saya membawa selfie stick untuk liburan ke Kamboja dan berakhir dengan ratusan foto yang isinya muka saya dan teman seperjalanan saya. Langsung auto muak selfie.
Semenjak itu, jumlah swafoto saya menurun drastis, walaupun angka di Iphone saya menunjukkan saya sudah mengambil selfie sebanyak lebih dari 300 kali. Selfie ini sebagian berisi muka anjing ketika duduk di pangkuan saya, atau ponakan piyik (yang iseng ngambil HP untuk selfie) dan muka-muka saya selfie bersama bayi-bayi orang. Bagi saya, selfie itu gak penting.
Tapi tidak bagi banyak orang lainnya. Selfie menjadi sebuah keharusan, apalagi jika berada di tempat-tempat yang memiliki pemandangan cantik. Apalah artinya pemandangan yang cantik jika tak ditambah dengan wajah-wajah kita yang tak kalah cantik. Mungkin begitu prinsipnya. Suka-sukalah, toh menggunakan gawainya sendiri-sendiri.
Bagi saya pribadi, ada beberapa kondisi yang membuat selfie menjadi big no no. Pertama soal selfieย yang overdosis. Di mana-mana harus selfie dulu, mau makan selfie dulu, ketemu temen selfie lagi (ya kalau ketemunya sekali-sekali), nge-gym selfie lagi. Padahal muka juga gitu-gitu aja. Nah parahnya selfie ini kemudian dimasukkan ke dalam media sosial dengan intesitas yang keterlaluan. Apa indikasinya keterlaluan? Ya kalau bikin orang lain capek lihatnya, mukanya gitu lagi gitu lagi, gayanya gitu lagi gitu lagi, sudutnya juga itu lagi itu lagi; langsung pencet tombol mute atau unfollow.
Selain urusan overdosis, selfi lain yang juga engga banget ย bagi saya adalah selfie yang tak memikirkan lingkungan sekitar. Swafoto di makam, swafoto dengan jenasah, atau misalnya ditempat tragedi terjadi, seperti di Auschwitz. Penting dan pantaskah melakukan hal tersebut?
Tak hanya soal kepatutan di tempat-tempat tertentu, tapi juga dampak yang timbul akibat swafoto tersebut. Sudah berulang kali kita mendengar kasus tanaman, bunga, ataupun hal lain dari alam kita yang rusak hanya gara-gara napsu ingin selfie.
Nah selfie terakhir adalah selfie yang apes bercampur dengan kurang cerdas; selfie yang membahayakan diri sendiri hingga membuat nyawa melayang. Pernah dengar kan cerita orang yang meninggal dunia gara-gara selfie? Ternyata menurut global study, dalam rentang enam tahun, dari 2011 hingga 2017 ada 259 orang yang meninggal dunia karena selfie. Beberapa mengkategorikannya sebagai sebuah epidemi.
Kasus meninggal dunia karena selfie ini bermacam-macam; yang teranyar ketika tulisan ini dibuat, seorang pelajar dari Belarus yang meninggal jatuh dari balkoni hostel di tengah malam. Beberapa kematian akibat selfie ini juga banyak terkait dengan kereta, dari tersetrum hingga tertabrak kereta.
Di Indonesia sendiri ada kasus selfie dimana seseorang meninggal karena jatuh ke dalam kawah, tenggelam di air terjun, hingga jatuh ke laut dari tebing. Kasus selfie yang membekas di kepala saya sendiri kasus pasangan Polandia yang meninggal, jatuh dari tebing di Portugis di depan anak-anaknya. Saya tak bisa membayangkan trauma yang timbul akibat kehilangan orang tua dengan cara seperti itu.
Manusia itu berproses dan belajar dari kesalahan-kesalahannya. Saya pun tak lepas dari kesalahan dan proses belajar itu. Selayaknya, kita belajar dari kematian-kematian tragis ini. Hidup kita terlalu indah untuk diakhiri dengan selfie maut, hanya karena konten yang ingin kita unggah di media sosial untuk mendapatkan notifikasi like.
Jadi, kapan terakhir kalian selfie?
xx,
Tjetje
Aku baru punya selfie stick malah telat Ail, baru tahun 2015 akhir, hadiah dari tempat kerja, kado Natal. Meskipun punya, tapi ya jarang digunakan. Kalau liburan tetap dibawa sih, jaga2 kalau ga ada yang motoin kami, jadinya ya pakai cara pamungkas, pakai selfie stick dipanjangin sampai maksimal, jadi latar belakangnya tetep nampak, ga cuma muka kami aja.
Aku ga suka selfie, tapi kalo wefie (haha begitukah istilahnya kalau rame2?) sering. Terakhir pas hari Ibu minggu lalu.
Jadi ingat pas ke Malta, di salah satu tujuan wisata yang bawahnya laut lepas dan ditebing, ada turis Asia niat banget Selfie dengan sepatu high heel. Ngeri salah mijak batu salah2 malah kecebur karena angin saat itupun kencang sekali. Suamiku sampai komen : crazy! Karena demi foto dibelain begitu
Duh itu ya yang bela-belain foto dengan risiko tinggi, apa ya sepadan ๐ฆ
Aku udah gak punya selfie stick lagi, males.
Jarang selfie karena gatau yaaa aku ga bisa ambil angle yang bagus jadi males gitu liat selfie muka sendiri. Tapi emang sekarang tu banyak orang yang demi konten sosmed rela nekat foto berbahaya gak pikir panjang ๐ฆ
Susah ambil angle bagus kalau selfie, kecuali kalau tangannya panjang bener.
Hahaha, kalau aku termasuk dalam kategori sering selfie nggak ya? Hahaha. Tapi sekarang lebih suka difotoin orang aja sih, lebih dapat suasana/view-nya biasanya daripada selfie pakai kamera depan ๐ .
Tapi iya, selfie maupun foto biasa juga ada tempat dan waktunya ya.
Kamu mah gak termasuk kategori selfie Ko. Ini ada yang sehari bisa beberapa kali posting selfie.
Kalau aku sih selfie pas olahraga aja. Haha.
Posenya maut soalnya.
Bener nih Mbak. Terakhir swafoto di IG sebulan yg lalu dan belakangan ini mulai malas upload foto. Apakah dampak penuaan selain kulit yg bertambah kerutan juga menurunnya keinginan untuk unggah swafoto? ๐ค
Aku makin malas upload foto sendiri bukan karena tambah tua, cuma males aja gak ada value addednya untuk orang lain.
Duh, jleb banget ini Mbak. :’D
Selfie terakhir?
Semalam mbak di tempat tukang bubur ayam ๐
Emang ada cahaya cukup di abang bubur ayam?
Disini kalau lagi di tempat umum aku jarang lihat orang selfie, tapi inget waktu di Jakarta ya semua apa – apa di selfie-in dulu. Nggak kejadian kalau nggak ada selfie nya katanya! Anyway aku dari dulu gak suka selfie, selalu merasa canggung kalo selfie, matanya gak pernah bisa liat kamera yang bener, hahaha…
Iya tingkat selfie di Jakarta jauh lebih tinggi daripada di sini. Di sini paling kalau ketemu orang Indonesia baru diajakin selfie.
kalau kata teman saya, “Why do you take so many pictures of yourself? You already know how you look like.” haha..paling sebel kalau liat org selfie di pemakaman yang bukan keluarga/kerabat, trs caption fotonya, “Selamat jalan xxx.” Emangnya yg meninggal masih bisa connect ke sosmed?
Iya, itu nyebelin banget, pas suasana duka kok repot selfie ๐ฆ
Tadi pagi sama anakku abis lari pagi hahaha.
Tapi pernah diceritain ada yang jatuh karena selfie di air terjun sampe tulangnya remuk semua. Ngilu dengernya
Aduh…untung gak meninggal ya, “cuma” remuk doang. Wah semangat olahraga ya Ka!
Eh itu meninggal sampe remuk ๐๐
Alamaaaak…..
Udah lama aku gak selfie, pernah beberapa kali, tapi masih normal menurut aku, dan biasanya aku simpen di hp aja, jarang di post.
saya termasuk yang jarang selfie, tapi suami yg suka,ga sering dia posting di akun medsosnya,kebanyakan foto selfie nya dia simpen sendiri kyk di laptop,sampe enek kalo nyari file foto di folder kebanyakan foto selfi suami:V kalo selfie sampe mengundang maut gitu udah tanda gangguan jiwa mungkin ya..narsistik tinggi sampe bertaruh nyawa-.-‘
Wah terus foto selfie segitu banyak dipakai untuk apa?
Iya mbok.
Di Tanah Lot aja udah berapa kali ya turis jatuh dari tebing gara2 berselfie.
Bahkan sekarang wisatawan terutama dari china mereka ambil paket wisata selfie. Jadi dalam 3 hari mereka pergi ke beberapa tempat2 dengan pemandangan iconic di Bali, hanya untuk selfie saja. Saya sedih karena makin ke sini wisatawan yang betul2 datang karena kepingin tau dengan budaya Bali itu udah jarang. Yang ada ya wisata 4 S+1S itu: sea, sun, sex + selfie
Alamak, ada paket wisata selfie segala. Bagus sih jadi mendatangkan uang, tapi ya sedih bener jalan-jalan buat selfie doang.
Terakhir selfie kayaknya awal bulan ini hahaha.. tapi aku termasuk yang jarang selfie, kalaupun selfie, buat disimpen sendiri aja, tapi itu juga jarang banget..
Salam kenal… saya newbi nih… ๐ฌ๐ฌ๐ฌ
Lagi berusaha untuk kembali ke dunia maya,
Hmmm setuju banget sih tragedi yg seharusnya g terjadi, … saya terakhir punya selfie stick /tongsis/ tongkat narsis sekitar 3 tahun lalu, males pke karena ga suka selfie sebenernya , beli karena biar bisa wefie aja gtu.. tpi kasus kasus tragis emang sering bgt denger, tahun lalu aja nih di Italia ada remaja meninggal karena jatuh dari gedung pertokoan, karena selfie.. kata bapak mertua yg emang mulut nya agak lemes ๐ฌ๐ฌ bilang gini, yaahh syukurlah deh berkurang satu orang bodoh, ini mah namanya seleksi alam..
Ya ampun bapak mertua! Btw, selamat datang kembali di dunia maya!