Kata orang, dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang sebenarnya biasa-biasa aja ini, saya akan bertahan dan mudah beradaptasi di Irlandia. Tapi ternyata, adaptasi bahasa di Irlandia bukanlah hal yang mudah, karena saya jauh lebih familiar dengan bahasa Inggris Amerika dan kurang paham dengan Irish English, apalagi dengan bahasa slang mereka.
Tantangan pertama dalam memahami Inggris Irlandia adalah aksen mereka yang kental. Kalau sudah berkumpul dengan segerombolan orang Irlandia, apalagi ngumpulnya di dalam pub, saya cuma bisa berkata yas-yes-yas-yes padahal tak mengerti satu katapun yang mereka ucapkan. Apalagi kalau yang ngomong berkumur-kumur dan tak jelas. Saat itu rasanya kalau boleh memilih saya lebih baik dimasukkan ke dalam bioskop dan disuruh nonton film tanpa teks, ketimbang mendengarkan segerombolan orang Irlandia ngobrol. Film Amerika ya, bukan film Irlandia!
Saya tidak sendirian, rupanya banyak orang yang seringkali tak paham dengan aksen Irlandia. Dalam sebuah perhelatan, tiga orang teman saya berbincang-bincang dengan pasangan saya. Dua orang yang berasal dari daratan Eropa berakhir kebingungan dan pembicaraan tersebut harus diterjemahkan ulang oleh rekan saya yang dari Inggris. Padahal, aksen Irish pasangan saya tidaklah ‘semedok’ orang-orang Irlandia lainnya. Lucunya hingga saat ini sahabat saya masih ada yang ‘ketakutan’ jika ditinggal berduaan dengan pasangan saya, ketakutan tak memahami bahasa Inggrisnya. Harap dimaklumi, sahabat saya ini memang belajar bahasa Inggris di Amerika.
Perjuangan memahami Inggris Irlandia ini masih ditambah dengan pelafalan bahasa Inggris yang tak sama. Beberapa waktu lalu, saya duduk di samping kakek tua yang bersemangat mengajak saya ngobrol tentang Irlandia dan cuacanya. Obrolan kami kemudian mengarah pada bencana banjir di Galway, sebuah kota di barat Irlandia. Si Bapak tak bisa menangkap bahasa Inggris saya, karena saya melafalkan banjir, flood, sebagai /flʌd/. Sementara bagi bapak ini (dan kebanyakan orang Irlandia) melafalkannya seperti flute tetapi dengan huruf d di belakang. Si kakek ngeyel bahwa pelafalan itu yang benar, sementara saya tak bergeming. Saya tak mau berbicara Inggris dengan aksen Irish, sekalipun aksen ini dianggap seksi, karena tak ada yang paham. Flood bukan satu-satunya kata yang membawa kesalahpahaman. Ada banyak kata-kata lain, terutama yang mengandung huruf U. Disini, huruf U memang dilafalkan secara jelas, jadi bus bukan bʌs.
Selain urusan pelafalan, saya juga harus berhadapan dengan tata bahasa yang jauh dari pakem. Salah satu contohnya penggunaan pronoun possesive: my. Bagi yang nonton PS I Love You pasti ingat ketika Gerry berkata “me arse”. Nah disini, my memang digantikan dengan me. Me mother, me-self, me folks, dan segala me-lainnya. Gak penting banget sih tapi tiap kali dengar orang berbicara seperti ini saya pengen mengkoreksi, it’s my, not me.
Urusan membaca jam di Irlandia juga agak ngacau. Jam 2.30 yang seharusnya dibaca sebagai half pas two oleh mereka dibaca langsung menjadi half two. Ini gak cuma Irlandia sih yang begini, di Inggris juga sama aja. Nah kalau ada orang Indonesia yang mengartikan bahasa Inggris kata-perkata maka jam 2.30 ini bisa diartikan sebagai setengah dua.
Kesulitan lain yang saya hadapi adalah kosakata Inggris yang lagi-lagi jauh berbeda dengan Inggris Amerika. Kentang goreng misalnya disebut sebagai chips, bukan fries. Terdengar sepele memang, tapi kalau sedang ngidam keripik kentang dan order keripik kentang yang muncul kentang goreng kan lumayan fatal (ini saya pernah ngalamin sendiri). Btw, sampai saat ini saya tak bisa melafalkan crisps dengan baik dan benar, mungkin karena dari hati saya sudah nggak niat belajarnya. It’s chips, not crisps. Gak hanya urusan kentang saja, ada banyak sekali koleksi kata-kata yang berbeda ini, dari mulai liburan sampai bagian-bagian mobil. Saking seringnya menggunakan koleksi kata Inggris Amerika saya sampai “dituduh” ingin mengamerikanisasi (aduh ini gimana sih nulisnya) keponakan saya yang masih piyik.
Orang Irlandia juga memiliki koleksi-koleksi slangnya sendiri. Bertanya kabar misalnya tak dijawab fine or good, tapi dijawab “grand”. Mereka juga suka sekali mengucapkan kata yoke yang berarti hal-hal yang tak diketahui namanya. “I bought that yoke for a fiver”, “This yoke is not working”, “Pass me that yoke”. Apa aja yang gak ketahuan namanya atau kelupaan namanya diganti semua jadi yoke. Sapu yang kelihatan di depan mata pun bisa dirubah namanya menjadi yoke. Mereka juga suka sekali mengucapkan kata ‘your man’. “That is your man there” yang kira-kira jika diartikan berarti itu orangnya. Your man ini rupanya kata pengganti untuk menghindari menyebutkan nama orang. Anehnya, mereka punya istilah “I will yea” yang memiliki sense negative padahal tak mengandung kata not sama sekali. Jadi, kalau ada orang ditanya mau teh dan dijawab “Sure, I will yea”, artinya gak mau.
Urusan mengumpat di dalam bahasa Inggris Irlandia juga “tak kalah anehnya”. Seperti saya tulis di atas huruf U di dalam Inggris Irish dibaca sebagai U kalau ada yang mengumpat fuck maka dibaca dengan dengan huruf u. Mirip-miriplah pengucapannya dengan krim perawatan wajah Tje Fuk. Orang Irlandia juga memiliki versi halus dari fuck yaitu feck; feck off, for feck sake dan aneka rupa feck lainnya. Selain the f word, mereka juga menggunakan kata shite sebagai pengganti dari shit. Dengan mayoritas masyarakatnya yang beragama Katolik, maka jangan heran kalau banyak yang menggunakan Jaysus sebagai exclamation. Persislah kayak orang Indonesia yang sering memakai kata “ya Allah”. Terus terang saya masih sering ketawa-ketawa sendiri jika mendengarkan orang-orang Irlandia misuh dengan caranya sendiri karena terdengar kurang serius.
Anggapan saya bahwa bahasa Inggris Irlandia itu bahasa yang aneh sebenarnya karena saya tak terbiasa saja dengan koleksi kata, tata bahasa dan juga slang mereka. Seiring dengan waktu tentunya saya akan semakin memahami bahasa Inggris mereka. Bahasa Inggris yang menyumbang banyak pemasukan bagi negeri ini karena banyak pelajar dari negara-negara seperti Amerika Latin dan Spanyol yang belajar bahasa Inggris disini. Selain urusan visa yang relatif mudah, belajar bahasa Inggris di Irlandia juga murah.
Kalian, pernah berurusan dengan slang atau aksen yang ‘aneh’?
Xx,
Tjetje
Berbicara bahasa Inggris dengan aksen Jawa