Aneka Rupa Cerita Tentang Nama

Di desa-desa di Jawa, ada tradisi dan kebiasaan mengganti nama ibu-ibu menjadi nama suaminya. Istrinya Pak Edi  misalnya dipanggil menjadi Ibu Edi atau Nyonya Edi. Sementara di Papua, ada tradisi mengganti nama ibu dengan nama anak pertamanya. Jika anak tertua bernama Thomas, maka si Ibu berganti menjadi Mama Thomas. Satu kampung tahunya mama Thomas.

Kendati tradisi ini merupakan tradisi yang dipegang selama bertahun-tahun dan dilestarikan banyak orang, ada hal-hal yang kurang mengenakkan. Pertama, perempuan menjadi kehilangan nama yang diberikan sebagai hadiah (dan dibeberapa keluarga dianggap sebagai doa) dari orang tuanya. Selain itu, secara administrasi jadi menyusahkan. Ambil contoh ketika urusan surat harus dikirimkan dan alamat rumah tak lengkap karena sistem yang belum sempurna. Pak Pos pun bakal kerepotan karena tak tahu siapa sebenarnya Ibu Valensia, kecuali jika diberikan tambahan Mama Thomas.

Perubahan nama ini juga seringkali merepotkan di dunia sosial media. Bagi saya, yang paling mengganggu adalah ibu-ibu yang mengganti namanya menjadi Bundanya X, Ibunya Y, Mamanya Z, kemudian memasang foto profil dengan foto anaknya dan request friend di facebook.  Lha siapa yang bisa memperkirakan siapa kira-kira ibu dari anak-anak tersebut dan kemudian mencari data-data wajah dari masa SMP atau SMA. Aduh, aku kan bukan google image yang bisa cari wajah asli.

Kawin dengan orang asing sedikit banyak juga berurusan dengan kemungkinan pergantian nama keluarga. Saya sendiri tak berganti nama keluarga, karena seperti kebanyakan orang Indonesia dokumen-dokumen saya tak ada nama keluarga. Well, sebenarnya saya punya nama keluarga tapi nama keluarga ini tak pernah dituliskan di dalam dokumen-dokumen resmi. Jadi, saya pun mudah tinggal mengadopsi secara tidak resmi nama keluarga pasangan saya (kalau mau adopsi resmi mesti lewat pengadilan). Ketiadaan nama keluarga sendiri juga sempat merepotkan ketika pihak catatan sipil di Hong Kong melihat dokumen-dokumen saya. Lha bapak ini nampaknya belum ketemu Pak Suharto ataupun Ibu Suharti yang dagangan ayam enak itu.

Pergantian nama sendiri sebenarnya merupakan pilihan dan tak selayaknya menjadi paksaan, seperti di Jepang di mana perempuan diwajibkan mengganti nama keluarganya menjadi nama suaminya. Bagi banyak perempuan, mengganti nama keluarga itu menjadi satu hal yang berat karena nama keluarga merupakan identitas yang sudah melekat semenjak lahir. Perubahan nama untuk mengadopsi nama pria juga dilihat sebagai dominasi dan sisa jejak patriarkis. Tak hanya itu, pergantian nama juga dianggap merepotkan ketika terjadi perceraian. Makanya banyak perempuan yang tak mengganti nama keluarga, atau kemudian menggabungkan nama keluarga, seperti Jolie-Pitt. Di Spanyol sendiri wajib hukumnya untuk menuliskan dua nama keluarga dari pihak ibu dan  bapak. Jadi jangan heran kalau nama mereka kemudian menjadi sangat panjang.

last name

Bicara tentang nama tentunya tak bisa lepas dari salah pengucapan nama. Nama saya, Ailsa, yang sering salah diucapkan menjadi Ailisa, Alisa, Elisa, Eilisa, Aisyah, Aisah, Ashley, dan seribu satu salah ucap lainnya. Nama saya sebenarnya tak terlalu susah diucapkan, apalagi kalau dibandingkan dengan nama-nama Irlandia yang antara penulisan dan pengucapannya jauh berbeda. Ambil contoh nama Saoirse, pemeran utama film Brooklyn, yang namanya salah diucapkan pada saat nominasi Golden Globe. Saoirse sendiri dilafalkan sebagai Seer-sha. Kalau kata Ryan Gosling, “It’s Seer-sha like inertia”.

Masih banyak lagi nama-nama Irlandia yang penulisan dan pengucapannya jauh berbeda. Beberapa di antaranya saya list disini:

Caoimhe      : KEE-va atau KWEE-va

Siobhan       : shi-VAWN

Sadhbh         : Sa-iv

Aoife             : EE-fa

Ciara             : KEE-ra atau KEE-ar-a

Maeve          : Mayv

Niamh          : Nee-av atau NEEV

Sinéad          : Shi-NAYD

Daithi           : DAH-hee

Eoin              : O-in

Oisin             : UH-Sheen atau O-sheen (persis karakter film Jepang itu)

Seamus        : Shay-mus

Cian               : Kee-an atau KEEN

Nah karena saya sudah merasakan betapa gak enaknya dipanggil seenak udelnya orang, saya berusaha keras untuk bisa belajar mengucapkan nama-nama tersebut dengan benar. Tapi yang jelas, saya belum pernah mendengar orang Irlandia yang mengganti namanya karena keberatan nama.

Bagaimana dengan kalian, punya cerita seru tentang nama?