Memesan makanan melalui telepon tak pernah mudah, selain menghabiskan waktu, pesan melalui telepon juga membuang pulsa. Semakin lama kita berbicara, semakin banyak pulsa yang terkuras. Saking lamanya proses order, saya pernah (dan masih) menduga bahwa mereka yang bekerja di balik gagang telepon tersebut ditargetkan untuk menguras sebanyak mungkin pulsa telepon kita. Saya ambilkan contoh dari pembicaraan dengan salah satu restaurant warung cepat saji di negeri ini:
“Selamat malam dengan ‘bla bla bla’ delivery, ada yang bisa dibantu?”
“Mau pesan Mbak/ Mas?”
“Dengan Ibu siapa saya berbicara?” Dan saya pun harus mengulang nama, padahal di dalam sistemnya sudah ada nama, alamat dan segala detail informasi tentang saya.
“Ditunggu sebentar ya Ibu, saya carikan outlet terdekat” Lalu sekian detik terbuang percuma.
Petugas kembali online untuk menanyakan apakah lokasi A cukup dekat, jika tak cukup dekat maka petugas akan mencari lokasi lain lagi. Bagi saya metode ini tidak efisien sama sekali karena sudah banyak teknologi yang bisa merekam wilayah pengantaran.
Selanjutnya, petugas akan kembali menanyakan alamat, nomor telpon, nomor telpon lain dan beribu pertanyaan lainnya. Kemudian, tibalah giliran memesan. Pelanggan yang bersemangat tapi harus menahan diri karena petugas masih harus menawarkan menu baru dan paket baru.
Ketika giliran kita memesan, petugas seringkali tak mendengarkan semua pesanan dengan seksama. Sekali lagi saya melihat menduga petugas suka pura-pura tak mendengar lalu melupakan salah satu pesanan. Akibatnya, pesanan harus diulang kembali. Pelanggan mengulangi semua pesanan, petugas pun mengulangin semua pesanan, layaknya Beo. Begitu terus hingga tercapai pesanan yang sesuai. Setelah puas mengulang berulang kali pertanyaan, petugas kembali mengulang alamat yang sudah di cek selama beberapa kali. Seringkali, petugas masih juga mencoba menawarkan ini itu, dari CD hingga tambahan makanan.
Total pembicaraan untuk memesan makanan biasanya di atas 4 menit. Rekor tercepat yang pernah saya lakukan adalah 3.5 menit, itupun dengan jutek supaya sang petugas tak bisa berbicara banyak. Waktu kurang dari lima menit ini terdengar sangat pendek, tapi ingat dengan waktu segitu, kita baru bisa pesan makanan. Padahal, kalau di karaoke kita sudah bisa menyanyikan dua lagu. Kesimpulannya, pesen makanan lewat telepon itu buang-buang waktu dan kurang efisien.
Tak heran ada banyak orang di Jakarta yang sudah mulai enggan berbicara dengan manusia melalui telepon, terutama ketika urusan pemesanan makanan. Tadinya saya kira orang-orang ini berlebihan, tapi setelah saya berulang kali mengalami proses pemesanan yang berbelit, saya jadi paham mengapa sebagian dari kita malas berurusan dengan telepon. Mereka yang memesan makanan biasanya berada dalam kondisi lapar dan ingin segera mendapatkan makanan, basa-basi selama beberapa detik saja akan menunda pembelian makanan.
Hal tersebut yang nampaknya gagal dipahami oleh perusahan pelayanan makanan. Standar operasi yang diterapkan mungkin maksudnya supaya detail dan tidak salah, tetapi proses yang terlalu banyak basa-basi dengan pengulangan berulang kali rasanya sangat tidak efisien. Makanya kehadiran alternatif pemesanan lewat website serta aplikasi di teleponan genggam memberikan kemudahan bagi calon pemesan.
Ada beragam pilihan aplikasi untuk pemesanan makanan. Food Panda, Klik-eat, serta Gojek Food merupakan beberapa pilihan. Saya yang tak bisa memasak ini hanya pernah menggunakan Klik Eat serta Gojek Food. Klik Eat, yang lebih dari lima puluh persen sahamnya dibeli oleh Jepang, menurut saya agak merepotkan karena ada pembatasan area pengantaran. Sementara Gojek Food, yang merupakan perusahaan Indonesia, menawarkan keleluasan. Tak hanya menawarkan jasa pembelian dan pengantara makanan. Gojek juga memberikan pilihan pembelian barang lain. Baru-baru ini misalnya, saya membeli aneka rupa obat serta vitamin dari sebuah apotek.Proses pemesanan singkat dan yang paling penting: tak banyak basa-basi, cukup membuka aplikasi.Ah kalau sudah begini saya cuma bisa bersyukur karena hidup di Jakarta itu penuh dengan kemudahan (dan bikin kantong bolong).
Bagaimana dengan kalian, masih suka pesan lewat telpon?
