Sindiran Untuk Generasi Masa Kini

Beberapa waktu lalu, satu seri gambar-gambar dengan hashtag #thisgeneration buatan Ajit Johnson berkeliaran di sosial media. Si Ajit Johnson ini gak cuma bikin sindiran-sindiran tentang #ThisGeneration, tapi juga bikin poster-poster tentang #ChangeTheWorld. Silahkan di klik nama dia di atas kalau pengen liaht karya-karya dia di Facebook. Anyway, ada beberapa gambar dari seri #ThisGeneration yang harusnya menampar kita semua, yang merupakan bagian dari generasi masa kini:

 thisgeneration-toilet-selfie

Selfie di kamar mandi dan juga selfie stick. Selfie ini menurut saya sudah sangat kebablasan. Kemaren waktu saya melewati tebing-tebing kering di sebuah desa di Imogiri saya juga melihat banyak anak muda yang nekat selfie di pinggir tebing. Nampaknya mereka tak tahu bahwa selfie itu sangat berbahaya jika terlalu bersemangat. Sangking bahayanya, di Eropa sana ada orang tua yang jatuh dari pinggir tebing di depan anak-anaknya.  Kalau soal tongsis, syukurlah di banyak tempat (bahkan di konser) sudah banyak dilarang. Setelah liburan dengan tongsis, saya jadi sadar kalau tongsis ini bikin selfie terus, bikin memori telpon penuh dan pada akhirnya bikin muak berat dengan muka sendiri yang bertebaran di aneka tempat.

Ajit Johnson juga membahas cara menulis jaman sekarang,  yang dalam bahasa kita disebut bahasa alay. Bahasa alay ini gak selamanya buruk kok, dia sangat cocok digunakan untuk bikin password. Cukup digunakan untuk password saja, selebihnya mending gak usah daripada bikin orang lain emosi karena gak paham. Soal bahasa alay ini, menurut saya gak cuma besar, kecil dan angkanya yang mengganggu; ejaan yang tidak tepat juga teramat sangat mengganggu. Banget dirubah menjadi bgd, karena (cause) berubah jadi cz, tapi yang paling parah tentunya Tuhannya dialaykan menjadi ‘Awwoh’.

This Generation marriage invitation

Selain hal-hal di atas ada juga soal undangan perkawinan di Facebook. Beberapa orang ada yang ngambek dikasih undangan online semacam ini, tapi kalau saya sih nggak menolak undangan online. Undangan itu harganya gak murah. Sebiji mungkin ‘cuma’ tiga puluh hingga seratus ribu Rupiah, tapi begitu dikalikan jumlah undangan menjadi jutaan Rupiah. Secantik apapun undangan itu (dan semahal apapun), biasanya undangan tersebut berakhir di tempat sampah. Jadi mendingan go green. Tapi tentunya semua orang tak sependapat dengan pemikiran saya dan hal tersebut sah-sah saja.

This Generation 1

Dari semua gambar yang dibuat,  yang paling menampar saya adalah gambar di atas. Saya tadinya suka membaca di Kindle dan saya punya ratusan buku di dalam Kindle itu. Semenjak punya Kindle, saya malas membeli buku kertas dan lebih rajin belanja buku elektronik di Amazon. Tahun lalu, saya sengaja meninggalkan Kindle di Dublin karena saya kira saya akan segera pindah. Gambar ini menyindir dan menampar saya secara keras, karena sejak September saya tidak membaca buku apapun. Saya merasa berdosa sekali dengan otak saya karena tidak diberi makanan yang cukup. Di jaman ini memang kita lebih banyak berkomunikasi, tentang hal-hal yang kadang tak penting melalui Whatsapp ketimbang berkomunikasi dengan diri sendiri, dalam hal ini berpikir. Gara-gara poster ini, saya memaksa diri untuk masuk toko buku dan belanja beberapa buku. Sudah bertahun-tahun saya tak membaca buku kertas. Oh nikmatnya membukan lembaran-lembaran kertas dan mencium harumnya kertas ketika di balik. Buku yang saya baca sekarang karya Oscar Wilde, seorang penulis Irlandia.

Kalian, kapan terakhir baca buku dan buku apa yang kalian baca?

xx,
Tjetje