Cerita Kematian

Saya jarang sekali bercakap-cakap dengan tetangga sebelah rumah, kalapun ada biasanya hanya obrolan ringan tentang cuaca Irlandia dan bisa dihitung dengan jari di tangan kiri. Awal bulan Januari lalu ada ambulans lengkap dengan lampu disko birunya parkir di depan tempat kami tinggal. Saking cerahnya, lampu tersebut masuk ke dalam rumah dan lumayan menyilaukan kami yang ada di dalam. Rupanya tetangga kami sakit dan harus masuk ke rumah sakit. Kami para tetangganya tak repot menjenguk ataupun menanyakan kabar.

Menjelang akhir bulan, tetangga kami meninggal. Tak ada bendera kuning, kursi, apalagi tenda. Semuanya begitu tenang, tampak normal seperti hari biasa. Kami sendiri mengetahui berita ini karena ibu mertua yang tinggal tak jauh dari rumah kami mengetuk rumah mereka untuk menanyakan kabar tetangga yang sakit. Entah kenapa malam itu ibu mertua tak tahan dan tergerak mengetuk rumah tetangga untuk menanyakan kabar.

Kematian tetangga saya ini bukan kematian pertama yang saya lihat di Irlandia. Sebelumnya saya sudah sempat menengok upacara kematian yang tak seperti di Indonesia. Disini proses penguburan memerlukan waktu beberapa hari dan biaya yang tak murah. Setelah meninggal, biasanya jenasah dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan selama satu atau dua hari, tergantung situasi. Tetangga dan kenalan pun bergantian menengok yang berpulang untuk memberikan penghormatan terakhir. Tak ada yang membawa amplop, beras ataupun gula di dalam nampan yang ditutup oleh serbet. Banyak keluarga jaman sekarang yang juga menolak pemberian bunga.

Di Dublin, pakaian hitam sebagai tanda duka yang diinspirasi oleh Ratu Victoria sudah tak digunakan lagi. Sementara pada peristiwa kematian lainnya, saya lihat hanya keluarga yang mengenakan pakaian hitam. Yang pria mengenakan jas dan dasi, sementara yang perempuan mengenakan gaun berwarna hitam. Mereka yang memberikan penghormatan mengenakan pakaian sesuai musim, saat musim dingin berjaket tebal, sementara saat musim panas mereka datang mengenakan pakaian berwarna cerah dengan sandalnya. Sungguh jauh dari kesan muram durja kematian.

Dari rumah duka, jenasah biasanya dibawa menuju ke gereja untuk removal. Saat removal ini keluarga yang mengenakan pakaian hitam berjalan di belakang kendaraan yang membawa peti jenasah dari rumah duka ke gereja. Sepanjang jalan kendaraan memberikan jalan dan orang-orang berhenti sejenak untuk membuat tanda salib ketika melihat peti jenasah tersebut. Tak ada anak-anak muda yang repot membawa bendera warna kuning dan menutup jalan untuk memberikan jalan, karena otomatis tanpa perlu diberi komando orang berjalan melambat memberikan jalan bagi jenasah.

Setelah removal, keesokan harinya dilakukan misa arwah. Wah ini prosesi yang sangat mengharukan dan menyedihkan. Tetangga saya sendiri harus disemayamkan di rumah duka agak lama karena gereja sudah fully booked. Rupanya banyak orang yang meninggal dunia pada akhir pekan tersebut sehingga sang Pastor tak bisa melayani misa lagi. Seusai misa, jenasah bisa dikuburkan ataupun dikremasi sesuai keadaan ekonomi masing-masing dan juga pilihan dari yang meninggal dan keluarganya.

Di Dublin, kremasi jauh lebih murah ketimbang dimakamkan, karena satu petak tanah kuburan harganya tak murah, sekitar 2000€. Jauh lebih murah tentunya ketimbang pemakaman super mewah di dekat Jakarta sana. Tak semua orang Irlandia menerima ide kremasi dengan tangan terbuka, terutama mereka yang tinggal di pedesaan yang belum kenal dengan konsep kremasi. Prosesi pemakaman ini sendiri biasanya memerlukan setidaknya 6000 Euro atau sekitar sembilan puluh juta rupiah. Tak ada gotong royong, keluarga yang berduka mesti menyiapkan sendiri atau lewat asuransi.

Ereveld Ancol

Ketika prosesi pemakaman usai, masih ada lagi satu tradisi yang banyak dijalankan oleh orang-orang disini, yaitu pergi ke pub untuk sekadar minum. Tradisi ini untuk menemani keluarga yang ditinggalkan supaya tidak sendirian. Mereka yang berpulang kemudian dikenang dan dibicarakan dengan cara yang baik, diberikan banyak toast, dan tak satu hal yang jelek dibicarakan. Jika pernah melihat film PS I Love you, ada satu sesi dimana semua keluarga berkumpul menegak Jameson’s dan mengenang Gerry di dalam pub. Nah mirip-mirip deh.

Beberapa waktu lalu saya bertemu suami dari tetangga yang meninggal. Saya pun berbincang dan mengucapkan belasungkawa. Dia bercerita tentang prosesi pemakaman dan bagaimana indahnya cuaca saat prosesi berlangsung (disini cuaca memang topik yang gak ada matinya), satu hal yang kemudian bikin saya sedih, dia berkata: “I will never get over it”. Ah ditinggal mati memang sebuah patah hati yang tak pernah bisa tersembuhkan.

Bagaimana prosesi kematian di tempat kalian tinggal?

Xx,
Tjetje
Baru saja menggoogle apa yang akan terjadi jika ratu Inggris meninggal, ternyata ribet.

Baca juga: Ereveld Peristirahatan Penuh Kedamaian