Laptop saya yang sudah cukup uzur mendadak mati tapi akhirnya bisa dihidupkan kembali setelah saya bawa ke dokterlaptop. Datanya pun masih utuh, karena yang rusak hanya baterai. Sungguh menyenangkan ya tinggal di Indonesia, mau betulin laptop aja ‘murah’ dan gampang. Laptop yang jarang saya pakai itu kemarin saya buka dan saya menemukan banyak foto-foto yang saya ambil, termasuk foto makam Belanda, Ereveld. Minggu lalu foto Ereveld saya masukkan ke dalam Instagram saya, lalu saya kepikiran untuk bercerita tentang kunjungan saya ke Ereveld, empat atau lima tahun lalu.
Terdapat dua buah Ereveld di Jakarta, satu berada di Menteng Pulo, sementara yang satu berada di Ancol. Di Indonesia sendiri terdapat total tujuh Ereveld, dua Ereveld terletak di Semarang, sementara satu Ereveld di Cimahi, Bandung serta Surabaya. Ketujuh pemakaman ini dikelola oleh sebuah yayasan dan jika ingin masuk diperlukan ijin khusus yang bisa didapatkan di Kedutaan Belanda di Indonesia dengan menyertakan identitas. Tak ada biaya dan kita akan ditemani oleh seorang pemandu yang akan menceritakan sejarah. Indonesia bukan satu-satunya negara yang memiliki Ereveld, ada beberapa negara lain, termasuk Singapore, Myanmar, Korea, Australia, Thailand, Hong Kong, serta beberapa negara di Eropa yang memiliki pemakaman untuk mereka yang terlibat peperangan.
Ereveld Menteng Pulo terletak di daerah Casablanca, bisa dijangkau dengan angkutan umum dengan mudah. Makam ini didirikan oleh Letjen Simon Hendrik Spoor pada tahun 1947, Spoor sendiri akhirnya dimakamkan disini pada tahun 1949. Selain Spoor, ada ribuan Perwira militer Belanda, tentara Indonesia, bahkan tentara Inggris yang dimakamkan di makam yang tertata rapi ini. Di komplek pemakamam ini juga terdapat sebuah Gereja, Simultaankerk namanya. Salah satu hal terkenal dari dalam gereja tersebut adalah Salib yang dibawa dari perbatasan Myanmar dan Thailand. Kayu tersebut merupakan bantalan dari rel di jalur kereta api maut.

Salib dari bantalan rel terdapat di sisi kiri
Di Menteng Pulo juga disimpan abu dari ratusan jenasah. Lagi-lagi semuanya disimpan dengan rapi di sebuah bangunan yang mengelilingi sebuah kolam. Suasana yang sungguh tenang dan asri itu membuat saya lupa bahwa saya berada di sebuah makam, di Jakarta yang dipenuhi kebisingan. Walaupun tak bisa dipungkiri makam ini masih terlihat metropolitan dengan gedung pencakar yang menghiasi bagian belakangnya.
Di hari yang sama, kami juga memutuskan mengunjungi Ereveld Ancol yang terletak di dalam komplek Ancol, bertetanggan dengan gong perdamaian. Saya tak ingat siapa nama penjaga makam yang membukakan pagar ketika kami membunyikan lonceng, tapi saya ingat beliau berbagi banyak cerita dengan kami. Tidak seperti Ereveld Menteng Pulo, Ereveld Ancol merupakan tempat penghormatan bagi banyak korban perang yang dieksekusi di berbagai tempat, tak hanya di Ancol saja, tetapi juga di beberapa tempat lain. Jaman dahulu kala, tempat ini menjadi tempat favorit untuk menggantung orang karena air yang pasang biasanya akan membawa jenasah orang yang dieksekusi. Pohon yang menjadi saksi bisu, tempat banyak manusia meregang nyawa kini disimpan di Ereveld Ancol. Satu hal lagi yang saya ingat adalah sistem pengairan di makam ini yang menggunakan teknologi dari Belanda, sehingga makamnya tak terkena air jika terjadi air pasang.
Satu hal yang membuat saya terkesima adalah komitmen yayasan ini untuk menjaga bagian dari masa lalu, mereka menjaganya dengan baik. Sebagai bentuk penghargargaan dan penghormatan, baik bagi yang meninggal serta keluarganya, kami diminta tidak mengambil dan mempublikasikan foto-foto nisan dengan nama mereka yang telah berpulang. Sayangnya, tidak semua orang menghormati hal tersebut karena masih banyak nisan dengan nama keluarga berceceran di dunia maya. Ah padahal yang mereka minta tidaklah susah.
Berminatkah kalian menengok makam bersejarah ini?
Aku kok merinding dan berkaca-kaca ya baca ini. Terutama soal komitmen menjaga sejarah. Btw thank u Sa udah menghormati permintaan mereka dengan tidak mempublikasikan nisan dengan nama.
Aku mau berkunjung. Yuks ah kita piknik bareng, Saaaa… Udah lama juga nggak ketemuan kita
Boleh yuk datang lagi, ajakin si Kiki untuk arrange, kemaren dia yang arrange. Eh tapi aku Juni ini gak di Jakarta, pulang kampuang.
Saya baru tahu Mbak soal pemakaman ini. Saya pernahnya ke Museum Prasasti. Ada makam2 kuno juga. Salut sama mereka masih menjaga tempat ini.
Museum prasasti isinya hanya batu-batu tak terawat, jenasahnya sudah tak ada lagi di dalam sana.
Iya Mbak. Peninggalan batunya
Orang bule menjaga sejarahnya. Bangsa dhewek gusur makam buat kesenangan hedonis. Miris.
Bangsa kita masih belum bisa menghargai orang-orang dari masa lalu. Sedang belajar dengan keras nampaknya.
Seru juga ya Ai, di Medan gak ada 😦
Di Jawa semua Non.
Di MEdan palingan makan pahlawan yang lumayan
Pas dapet kesempatan masuk ke Evereld Kalibanteng, Semarang udah girang banget. Nggak nyangka ada kompleks pemakaman serapi dan sehijau itu di Indonesia hehehe. Mbak Ailsa, kalo mo ke sana lagi colek daku donk…. Mau ikuttt 😀
Eka tuh ngajakin, kalau mau abis puasaan aja. Eh atau pas puasa, biasanya dimana-mana sepi.
Bolehh bolehh banget, pas puasa ada rencana ke Jakarta juga. Ntar kujapri mbak Eka jg 😀
Aku ikut juga yah, mohon dikabari :hihi *tiba-tiba nimbrung*.
drop email aja kali ya gimana? harus ngasih KTP juga soalnya.
Wah, saya belum pernah kemari Mbak, padahal saban hari melewati daerah Casablanca. Dari jalan ereveld ini juga tak tampak. Atau saya yang kurang jeli dalam mengamati?
Tentunya saya mau banget ke sana, kepingin menggali ceritanya :)). Saya mau juga dong Mbak dikabari kalau seandainya Mbak mau ke sana lagi :hehe :)).
Iya nih gara-gara Halim ngajak kesana jadi pengen kesana lagi, awal minggu Juli mau? Kan gak puasa ini Gara.
Mbaaaaa, aku ikut juga doooonk *ndremis*
Mau! Kebetulan saya saat itu belum ada acara apa-apa. Sip, apa yang harus saya e-mail ke Mbak? :)).
Bentar gue email mereka dulu deh, nanya apa aja requirementnya. Seingatku ktp. Minggu ini aku email mereka ya.
Siap, terima kasih!
Tje,
Aku pernah ke Ereveld di Menteng Pulo bareng temen-temen dari Belanda. Memang bagus ya dirawat dengan baik. Terjemahan bebas Ereveld dalam bahasa Indonesia itu ladang (makam) kehormatan.Kalo pemakaman namanya begraafplaats.
Terimakasih atas koreksinya Mbak Yoyen. Iya rapi dan tertata banget, di Belanda makam emang selalu terawat ya Mbak?
Iya disini makam rapi. Pemakaman pribadi yang urus keluarga yang meninggal. Pemakaman pahlawan atau ereveld seperti ini biasanya yang urus yayasan dengan subsidi pemerintah setahuku. Btw, bukan koreksi tapi menambahkan 🙂
Walau bagus dipandang, tp aku penakut tje, kayaknya cukup liat dari postinganmu ini aja hehehe
Makamnya gak ngeri Christa, kecuali yang di Ancol ya agak creepy karena ceritanya.
Btw maaf ya ini baru disahutin, rupanya komentar yang lewat HP banyak bener yang gak masuk
Nice story Mba, aku baru tau klo mau berkunjung harus ijin ke kedutaan Belanda
Berminat banget mba, selalu suka pergi ke makam kalau punya teman historian yang bisa cerita siapa aja yang dikubur disana. Kalau ga ada temen, saya bela belain googling nama orang yang makamnya bagus banget 🙂
Saya tinggal di kawasan Kuningan dan selalu ingin ke sana tapi belum menyempatkan waktu … 😦
Kayaknya pada banyak yang minat, mungkin awal Juli saya arrange. Pas puasaan, berharap sepi. Berminat?
Berminat banget mbak… Sayangnya Juli besok saya pas enggak di Jakarta 😦
Ah that’s too bad.
Harus ijin dulu Mbak, kayaknya pada banyak yang rame, mungkin awal Juli saya arrange kalau berminat.
Pengen kesana jadinya. Besok agustus pas Ian ke Indonesia aku ajak kesana deh. Ke kedutaan Belandanya ngomongnya gimana mba Ai? Syaratnya cuman identitaskah?
Identitas aja, kayaknya kalau org Belanda yg punya keluarga g perlu ijin. Aku carikan emailnya dulu ya.
Bentuk makamnya memang unik ya 🙂
Indeed makamnya unik. Terus salib-salibnya juga ada ceritanya. Ada yang lurus ada yang agak “keriting”. Konon berhubungan dengan agama yang berbeda, tapi aku gak ingat.
Pingback: Cerita Kematian | Ailtje Ni Diomasaigh
Dulu selalu tertarik sama pemakaman ini setiap lewat depannya.Karena kontras banget ama sekitar yang gedung tinggi2 lalu ada malam yang tapi banget.
Baca postingan mbk,jd pengen ke sana.boleh minta info contact kalau mau izin ke sana mbk?
Terima kasih
Sik sik sik aku carikan dulu ya. Aku lupa tak taruh mana.
Ini alamat emailnya ya: ogsind(at)cbn.net.id
thank you mbk 🙂
Allow Ailsa, salam kenal yah. Sudah lama jadi silent reader baru sekarang ngasih komen. Kebetulan beberapa waktu lalu nulis tentang Ereveld Menteng Pulo, ternyata kamu sudah pernah nulis juga. Boleh yah ping artikel blog saya di tempat kamu. Makasih sebelumnya yah. https//toimoietlesautreshistoires.wordpress.com/2016/01/31/berkunjung-ke-ereveld-menteng-pulo/
Halo salam kenal juga Rosa.