Cerita Gado-gado Tentang Abdi Negeri Ini

Awalnya saya ingin menuliskan tentang “Thing Indonesians Like: Being a Civil Servant”. Akhirnya saya belum jadi memposting cerita itu, karena menghindari segala kontroversinya. Jadinya nulis versi gado-gado ini. Anyway, di negeri ini banyak banget orang tua yang terobsesi agar anaknya menjadi PNS, bahkan rela mengeluarkan uang beratus-ratus juta agar anak bisa menjadi pelayan masyarakat. Sayangnya, banyak PNS yang kualitas dan kelakukannya bikin mengelus dada. Kebanyakan PNS model begini ini adalah mereka yang lupa kalau mereka sebenarnya adalah abdi masyarakat. Saya bukan orang yang anti PNS macam pekerja NGO, tapi banyak banget kejadian yang bikin saya melirik tajam macam artis di sinetron, ketika berurusan dengan PNS.

Click untuk melihat sumber photo Click untuk melihat sumber photo

Alat Komunikasi

Entah mengapa, berurusan sama instansi pemerintahan itu harus lewat mesin fax. Boro-boro  nemu nomor fax, nemu nomor telepon aja susahnya setengah mati. Nggak semua website mencantumkan alamat dan nomor telpon yang bisa dihubungi. Nelpon 108 pun lebih menggemaskan lagi, karena operator satu ke operator lain jawabannya berbeda-beda. Nah kalau telpon aja susah, apalagi email. Beberapa waktu lalu saya masih sempet komunikasi sama PNS yang teriak: “Eh..nomor email apa, nomor email?”

Pas jaman post-tsunami, saya pernah kelimpahan rejeki ngirimkan fax ke berbagai daerah di Aceh. Saya nggak ingat daerah mana, tapi saya ingat ada seorang Bapak yang ketika saya hubungi lewat kantor, beliau minta maaf karena tidak ada yang mengangkat telepon. Para staff, menurut beliau, banyak yang meninggal dunia terhempas gelombang tsunami. Kalau ingat itu, saya suka sedih. Sementara di daerah lainnya, seorang mbak, minta maaf karena ruangan fax dikunci di ruangan pak kepala, sehingga nggak ada yang bisa mencet tombol untuk memberi nada fax, alhasil fax gagal terus. Nah kalau ingat yang ini, saya gondok banget, beli mesin fax kok dikandangin.

Gaji Kecil, Hidup Nyaman

Udah bukan rahasia lagi kalau bikin acara, walaupun bagi-bagi ilmu, honorarium dan uang transport itu wajib hukumnya. Kewajiban untuk bayar transport dan honor ini ada aturan Menteri Keuangan, namanya SBU. Tiap tahun, SBU ini berganti-ganti angkanya. Nah, kalau selama seminar, workshop atau apapun namanya peserta mengantuk-ngantuk dan nggak serius, begitu urusan menyelesaikan administrasi, biasanya mereka mendadak serius. Orang yang ngurusin keuangan biasanya jadi orang yang paling dicari pada saat makan siang. Saking seriusnya, saya pernah ditelpon seorang Ibu yang sudah menandatangani dan mengambil uang transportnya. Menurut ibu itu, uangnya kurang, si Ibu bahkan bawa-bawa nama Tuhan. Saya yang pada saat itu masih anak baru terdiam nggak bisa ngomong apa-apa (padahal saya ini galak lho). Untung ada yang saat itu lebih galak dari saya (dan pada saat itu ikut ngitung uang) jadilah si Ibu itu disemprot.

Ada lagi yang menarik, SBU itu mengatur honorarium untuk moderator, satu jamnya (jaman dulu) sekitar 500.000-an. Nah, kalau ketemu PNS yang agak tamak nih, dia bisa minta jadi moderator hingga berjam-jam. Yang kalau ditotal, ongkos honor menjadi moderator selama satu hari = gaji fresh graduate satu bulan. Biarpun jadi moderator pada saat jam kerja, tetep berhak dapat honor lho. Terlihat seperti pemborosan, lha emang diatur sama menterinya mau gimana? Kalau ada PNS yang naik mobil BMW, berpikir positif aja, kerjanya pasti keras, sehari bisa 10 jam jadi moderator.

Satu hal yang berubah ketika Sri Mulyani jadi menteri keuangan, beliau merubah kebijakan perjalanan dinas yang lumpsum menjadi at cost. Jadi dulu banyak yang suka mengumpulkan uang sisa lumpsum perjalanan dinas dengan naik penerbangan yang pailng murah, tidur di hotel yang paling sederhana. Soal praktik ajaib seputar perjalanan dinas nggak perlu diceritakan disini lah ya.

Anyway, dari semua hal di atas, ada satu hal yang tak terlupakan di dalam hidup saya, pembelian laptop seharga 30 juta. Waktu saya menemukan hal tersebut, saya pun meminta klarifikasi. tahu jawabannya: “Jadi menurut adik, ada praktik mark up gitu?” saya yang setengah terintimidasi cuma bisa mengangguk. Jawaban sakti dari si Bapak pejabat: “Barang ini kan didatangkan dari Jakarta. Suppliernya kan perlu biaya ke Jakarta, pengirimannya pun juga perlu biaya, belum lagi supplier ini kan punya keluarga yang harus diberi makan. Jadi wajar dong kalau suppliernya mengambil keuntungan”. Saya speechless, dipikir si Bapak saya ini goblok apa ya.

Laptop 30 juta gak pakai emas ya! Laptop 30 juta gak pakai emas ya!

Nah, kalau honor-honor itu nggak cukup dan pengen mengotori tangan, bolehlah berlaku seperti pak Lurah saya. Alkisah, keluarga saya sedang membuat surat hak ahli waris. Begitu mendengar kata waris, Pak Lurah saya matanya langsung berubah menjadi hijau. Disebutlah angka sekian juta untuk meloloskan surat warisan itu. Entah dimana otak pak Lurah ini ya, sekolah dibayar negara, makan dibayar negara (dan semuanya itu uang rakyat), kok ya masih mikir pengen meres rakyat. Solusinya, datang kembali ke kelurahan dikawal aparat hijau, naik mobil hijau, pak Lurah kicep nggak berani minta uang.

Biarpun gaji kecil, PNS itu bisa sekolah di luar negeri (bahkan tak sedikit anak PNS yg sekolah dengan biaya pribadi di luar negeri). PNS itu punya banyak akses terhadap beasiswa di seluruh dunia. Biasanya ada kuota-kuota tertentu dari negara/ instansi pemberi beasiswa yang dikhususkan untuk PNS. Saktinya, mereka bisa mendapatkan beasiwa walaupun dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan. Entah gimana dengan kemampuan bahasa pas-pasan mereka bisa sekolah di luar negeri, pulang ke Indonesia bahasa Inggrisnya ya tetep pas-pasan. Saking pasnya kalau ada acara yang menggunakan Bahasa Inggris masih minta penerjemah. Lha, dulu sekolahnya bagaimana?

Penutup

Anyway, nggak semua PNS itu bobrok dan perlu upgrade kapasitas. Ada banyak PNS yang membawa perubahan dan punya kualitas luar biasa, bahkan lancar berbahasa Inggris, saya sendiri beruntung pernah kerja dengan salah satu yang terbaik di negeri ini. Sayangnya, kebanyakan dari PNS berkualitas ini kerjanya di Jakarta. Saya sendiri jarang (jarang bukan berarti tak ada ya) menemukan PNS yang berkualitas tinggi di daerah. Saat ini lagi banyak lowongan untuk PNS, sepertinya jumlah PNS yang ada nggak cukup untuk melayani masyarakat. Kalau merasa bersih dan berkualitas, jangan segan jadi PNS. Gaji mungkin kecil, tapi bisa dapat honor dengan cara jadi moderator sampai rahang kaku. Satu hal yang mesti diingat, kalau mau jadi PNS mentalnya harus benar-benar super kuat tak tergoyahkan ya, biar kalau ngadepin bapak-PNS-yang-bikin-speechless bisa ngelawan dan biar kelakuannya nggak seperti Pak Lurah. Resikonya kalau nggak tergoyahkan, ya pangkat tertunda, tapi yang penting kan hidup bermanfaat karena melaksanakan tugas mulia untuk mengabdi pada masyarakat, bukan mengambil & menghamburkan uang masyarakat.

Gimana berminat mengabdi pada masyarakat?

Advertisement

11 thoughts on “Cerita Gado-gado Tentang Abdi Negeri Ini

  1. Risih kalo liat pns jalan-jalan di mall pas jam kerja.risih kalo liat plat merah nongkrong depan kafe.benci kalo ngurus paspor dimintai duit ekstra.trenyuh kalo liat tukangpos ngedorong motornya yang mogok…..
    Gadai SK,nepotisme etc etc..
    pengen sih jadi pns,kada usah begawi banar pensiun ganal.tapi…. ..tapi… wang sinawang kata simbah.what looks good doesnt mean it’s good for us.

    • Pensiunnya halus, profesor bisa cuma dapat pensiun kurang dari dua juta. Hari ini dua juta bisa apa? Tapi emang bener, kada usah begawi, duduk2, merokok, minum kopi dan nonton sinetron pun gaji lancar. Sayangnya nggak ada mekanisme reward and punishment untuk PNS.

  2. Saya nggak pernah berminat jadi PNS mbak, meskipun saya dibesarkan oleh ortu pensiunan PNS (Bapak). Dan menurut pengamatan saya, beliau sangat berkualitas :). Dulu beliau suka diledekin teman2nya karna jalan hidupnya yg lurus (tak mau menilep uang/mark-up/sejenisnya). Itu sudah prinsip hidupnya yang tak bisa ditawar-tawar :). Karna menurutnya suatu saat nanti, semua yg kita lakukan didunia ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Yang Khalik itu. Makanya beliau takut. Kalau zaman sekarang mbak, orang tak takut lagi sama Tuhan. Justru Uang-lah Tuhannya zaman sekarang.

      • yah kalo kayak gitu mereka nanti protes juga Ai 🙂 trus susah deh hahahaha. tapi emang bener sih kasih pensiun dini aja daripada berat2in beban negara. kan gaji PNS itu gak murah dan buanyak pula trus kerjanya banyak yg gak maksimal. ada sih PNS baik tapi koq kayaknya kalah di jumlah

  3. Sebenarnya para PNS itu sadar gak yaw…gaji mrk itu kan dari pajak penghasilan kita yang di potong stiap bulannya…dah gtuw pelayanannya amburadul..seenaknya sdri krn mentang2 g bsa lgsg di pecat gtuww..ooowwwhh

    • Justru kebanyakan masuk PNS kan jargonnya : “Gak papa gaji kecil, yang penting nanti dapat pensiun”. Ini tuh sebenarnya tanda kemalasan, karena jadi pegawai swasta juga bisa dapat pensiun asal rajin dan kompetitif.

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s