Tidak seperti kematian dan kelahiran, perkawinan merupakan tahap hidup yang tidak dijalani oleh semua orang. Padahal bagi kebanyakan orang Indonesia, perkawinan ini merupakan tujuan hidup yang utama. Rasanya hidup tak sempurna, tak bahagia kalau tidak/belum kawin, apalagi jika umur menginjak 30 tahun. Bahkan, banyak orang yang menargetkan ingin kawin di usia tertentu, dengan siapapun, tak peduli apakah mereka the one ataupun bukan.
Mereka, orang-orang Indonesia yang pernah kawin atau sedang menjalani kehidupan perkawinan (terlepas dari mereka bahagia atau tidak),boleh dibilang ‘beruntung’, karena mereka terbebas dari belenggu pertanyaan teror “Kapan Kawin?” atau bahkan “Nunggu apalagi?” Tanpa disadari, pertanyaan basa-basi ini banyak menyebabkan penganiayaan. Penganiayaan terhadap kondisi psikologis si single. Hari ini saya akan mengupas penganiayaan yang tak disadari yang dilakukan oleh orang-orang terdekat i.e keluarga dan teman baik.
Teror keluarga terdekat
Idealnya, keluarga merupakan tempat kita mencari kenyamanan ketika lingkungan membuat hidup rumit. Keluargalah yang paling memahami, atau setidaknya harus berusaha memahami situasi percintaan para lajang. Tapi, keluarga bisa juga menjadi monster ketika mereka frustrasi melihat si lajang yang tak ujung kawin.
Teror keluarga ini termasuk nodong pacar untuk segera kawin. Modusnya: tiba-tiba si pria disuruh duduk, ditanya kabar ngalor-ngidul, lalu ditanya oleh si Bapak “Niat kamu sama anak saya apa?”. Pria mana yang nggak akan gelagepan dalam situasi seperti itu? Apalagi kalau dikasih bonus ultimatum yang mewajibkan si pria datang membawa orang tuanya untuk melamar.
Duhai para Bapak, Ibu, Saudara sekalian, janganlah pernah melakukan hal tersebut kepada siapapun. Kemungkinan si pria untuk mundur teratur akan sangat besar. Lagipula, ketika si pria belum datang melamar, pasti dia punya alasan kuat. Entah lagi membiayai anggota keluarganya sekolah, sedang menabung untuk Dp rumah atau bahkan tidak yakin dengan perasaannya. Jadi, sabar ya, jika si pria cinta mati, dia pasti akan melamar.
Nggak cuma itu, teror juga bisa datang dari saudara sekandung yang sudah memiliki pasangan. Dalam pertengkaran persaudaraan pun, akan muncul umpatan-umpatan khas “Dasar kamu perawan tua, nggak punya laku”. Bagus mana, jadi lajang bahagia atau terburu-buru kawin dan berakhir dengan pria yang tak bisa setia?
Teman Keparat
Selain keluarga, pelaku teror lain yang bikin sesak dada adalah teman keparat. Biasanya pelakunya teman dekat yang berniat baik tapi malah bikin kacau hubungan pertemanan. Di negeri ini banyak yang berlaku bak pahlawan kesiangan. Gemas lihat temannya single, ambil inisiatif memulai perjodohan, macam kedua belah pihak tak tahu cara mencari jodoh. Padahal, menjodohkan itu bukan pekerjaan yang mudah. Paling tidak, karakter dua belah pihak harus dipahami dengan baik dan yang terpenting, chemistrydari dua belah pihak harus ada dan kuat!
Teman Keparat biasanya nggak akan peduli soal chemistry. Yang bolak-balik dielukan adalah dagangannya barang bagus banget, santun, beragama, calon bapak yang baik, bertanggung jawab dan ini dan itu. Layaknya kecap, bachelor dagangan match maker dadakan ini nomor satu. Kalau cuma sekali dua kali menawarkan dagangan sih tak masalah. Tapi teman keparat ini biasanya suka MLM, baca: nggak mau menyerah. Dalam berbagai kesempatan, si Keparat akan mencoba menyodorkan dagangannya. Bahkan menjebak agar si lajang terpaksa pulang dengan si dagangan. Padahal, di lajang udah ogah-ogahan.
Teman keparat ini sadar sekali bahwa temannya sudah dewasa, sudah dewasa. Alih-alih menghormati apapun keputusan si lajang, teman keparat biasanya akan menggunakan usia si lajang sebagai senjata. “Kamu itu sudah umur 30, apalagi yang ditunggu? Ingat lho kamu itu punya jam biologis?”.
Jangan sekali-sekali mencoba menolak kecapbachelor nomer satu dagangan si Keparat. Yang ada si lajang akan diserang dengan pertanyaan: “Memangnya kamu yakin bisa dapat yang lebih baik dari kecap saya? Biar kata kamu dandan abis-abisan, merubah penampilan akan susah dapat yang lebih bagus dari kecap saya?” pokoknya, dunia akan runtuh kalau si lajang nggak segera menyambar kecap ini.
Kalau si lajang nggak suka dengan situasi ini, gampang, ambil sarung tangan, remas satu genggam lombok dan jejalkan ke mulut si Keparat. Teman yang baik tidak akan memaksakan kehendaknya dan tidak akan menjodohkan temannya dengan kecap KW. Nanti kalau hubungan berantakan, si pedagang biasanya akan lari dan berteriak, bukan salah saya… Aku cuma menjodohkan menyodorkan.
Inti ocean saya hari ini:
1. Jodoh itu akan datang ketika saatnya sudah tepat. Nggak usah dipaksa. Ingat rumusnya: ketika pria sudah sangat jatuh cinta, dia akan melakukan apa saja demi membuat si perempuan jatuh ke pelukannya ranjangnya
2. Jangan rusak hubungan dengan anak, saudara ataupun teman dengan berbagai macam teror pertanyaan bodoh, apalagi perjodohan bodoh yang hanya akan memperkosa kedamaian jiwa si lajang. Tujuan hidup itu nggak cuma kawin, bersanggama, bikin banyak anak dan mengawinkan anak!
Perkawinan itu bukanlah goal, perkawinan adalah proses dua jiwa untuk bergandengan tangan menghadapi hidup.
Ocean random ini ditulis di Denpasar sambil lebih leyeh di taman cantik pada pukul 08.02 WITA, tanggal 4 Oktober 2013. Btw, di Denpasar ada keripik singkong yang dicelup ke sambal. Keriuk2 pedas.
Have a nice weekend everyone!
at somepoint i really agree with this story..hiks
sering jadi korban atau sering menganiaya nih ^_^
RUSUH……….
gw pernah nyarain teman gw yang berkunjung ke rumah pacarnya untuk menjawab pertanyaan bapak pacarnya “apa rencana kamu ke depan” dengan “Kapan om siap melepas anak om?”. Dan dipraktekkan. Hasilnya…..bapak si pacar diam. hahahahaha….
pedagang keparat…hahahhahaha ini yang paling gw suka
suka pedagang keparat atau benci pedagang keparat?
Nakal kamu ya ^_^
Setuju mbak. Hidup bukan cuma utk kawin dan mengawinkan. Btw, tambahan leyeh2 di Bali nya itu sukses membuatku sakau jalan2.. Hayo tanggung jawab mbaak π
He he he…. Jangan ke Bali pada saat APEC, bisa Gila lihat security screening nya
hahaha….pernah merasakan hal yang sma …tp finally ktmu jdh yang paas bgt…dan pnya putri yang luar biasa..di umur yg sdh menginjak kepala 3…hehhe..tp terkdg msh pgn spti tmn2 yg laen single..lajang..tdk hrs mkr smua mslh rmh tgg..single is happy…
but the way…bali baru ribet krn APEC…tiap hari liat bpk polisi dmn2 bkn puyeng saja…
Enaknya single emang merdeka bisa ngapa2in nggak ribet ngurusin apa2 π
Iya, APEC nya emang bikin pusing ya. Untung sudah meninggalkan Bali. Tapi bawa pemasukan juga buat bali itu.
ai…disini banyak single lo π *dilempar sandal..
Aku sudah punya satu, nggak mau lagi π
Haish, dibahas. Wkwkw…
Wait, “dia akan melakukan apa saja demi membuat si perempuan jatuh ke pelukannya ranjangnya”
Ranjang apaan, adanya onggokan jerami ini.Haha
Hahaha beli ranjang dulu lah!
Aku pernah tuh ditanya2in kapan nikah. Untungnya setelah nikah ga tinggal di Indo, klo iya pasti ada pertanyaan lanjutannya “kapan punya anak” π .
Iya. Nanti kalau sudah satu ditanya lagi kapan adiknya.
korban hiks hiks..
Pertanyaan “Kapan Kawin” oleh keluarga itu termasuk teror juga yaaaa ??? sumpah baru sadar π
Iya, makin tambah stress kalau keluarga yang nanya. Tekanannya lebih berat.
ternyata pengaruh ya thd tekanan psikologis?
Banget. Keluarga itu kan benteng terdekat, ketika fungsi perlindungan berubah menjadi penganiayaan otomatis sakitnya lebih parah
sebenarnya faktor sosial/lingkungan pengaruhnya besara atau tidak sih mbak?
kalau dari lingkungan keluarga garis besar karena “malu”
Orang Indonesia itu suka basa basi nggak jelas. Maunya membuat pembicaraan (karena kita hobi ngobrol), tapi suka asal nanya nggak pakai mikir. Nanya jodoh padahal manusia usaha mati2an,Tuhan yang menentukan. Apalagi kalau urusan bayi, lebih kejam lagi, pakai rekomendasi seribu nama dokter kandungan. Orang2 yang tadinya sudah santai, tiba2 kena gempuran pertanyaan dari saudara jadi jengah juga. Lingkungan, kalau di Jakarta mah nggak begitu peduli, 30 belum kawin itu biasa. Kalau di kota kecil, 25 belum kawin aja udah dianggap nista, kasihan, nggak laku perawan tua. Terus dipaksa dijodohkan dengan a, b, c, d biar hidupnya nggak menyedihkan. Padahal belum tentu si single sedih dengan statusnya. Masyarakat itu perannya besar dalam mengacaukan hidup orang single. Tapi si single juga punya peran besar untuk melawan itu. Masa demi menutup mulut masyarakat para lesbian harus kawin dengan kaum gay. Hidup dalam kepura2an demi menghindari gunjingan.
YES!!! Marriage is not an achievement!!
Pengen gue tabok tuh orang2 yang “Aku doain kamu cepat nyusul yaaa” pas dia kawin. Ngapain pake ngedoain gue segala? Emang gue sakit mesti didoain.
suara korban nih ya. Tapi guwe jadi tahu kenapa orang2 itu mendoakan, karena ketika menemukan orang yang tepat dan kawin, hidup itu jadi makin indah. Tapi jadi single juga indah kok.
Btw, besok kalau ada yang doakan cepet kawin, minta ganti doa aja. Minta ganti supaya ketemu pria yang baik dulu. Ngapain cepet2 kawin kalau ketemu orang gak baik.
Errr tapi kan kebahagiaan itu ga diukur dari status single atau married. We don’t need a piece of paper to be happy. Some people belum mau married krn yah belum waktunya aja. Why rushing it?
Aku setuju, emang Nggak perlu buru2. Sayangnya di kota kecil, kalau umur udah 25 dan belum kawin itu ‘nista’ banget. Macam Nggak laku. Duh!
Hahahah biarin aja ah bodo amat. Mau laku dan ga laku gak tau kan gue jualannya online. Bahahahah xD
Saya korbannya, tapi belum ke tahap perjodohan. Dengan cara santun apa saya menjawabnya ya π
Disenyumin aja atau dialihkan pembicaraannya. Biar gagal fokus ke kehidupan pribadi kita.
Baiklah I’ll try deh sarannya