Tanggal 20 Februari yang lalu, saya berkesempatan masuk kamar Bung Karno di Hotel Inna Grand Bali Beach, hotel yang terkenal sebagai hotel paling tinggi di Bali. Hotel ini tingginya melebihi pohon kelapa sementara di Pulau Dewata, bangunan tak boleh melebihi pohon kelapa. Selain terkenal karena tingginya, juga tuanya, hotel ini juga terkenal karena dua buah kamar. Satu kamar untuk Nyi Roro Kidul dan satunya kamar Bung Karno.
Untuk bisa mampir ke kamar ini, diperlukan ijin dari Manajer Hotel dan hanya bisa dilakukan pada hari Kamis jam 17.00 – 21.00; malam Jum’at bow! Saya berkesempatan masuk di waktu yang tak sesuai karena bersama tamu VIP yang diundang Ibu Manager. Sayangnya sodara-sodara, kamar ini gak boleh difoto. Jadi mari saya deskripsikan berdasarkan ingatan.
Kalau pintu masuk kamar di hotel itu ada satu, disini pintu masuknya double. Setelah pintu kayu ada pintu kaca. Sama kayak kamar hotel pada normalnya, di sisi kiri ada lemari dan di sisi kanan ada kamar mandi marble lengkap dengan bathtubnya, sayang kamar mandinya tak terurus. Setelah itu, ada tempat koper yang dialihfungsikan menjadi tempat kotak dana punia atau uang sumbangan. Tamu VIP pun bertanya, kemana larinya uang itu dan dijawab pihak hotel bahwa uang tersebut untuk membiayai perawatan kamar tersebut.
Meja TV di kamar ini bersebelahan dengan lemari kaca display yang memuat aneka rupa barang. Mejanya sendiri berubah fungsi menjadi tempat persembahan, bersebelahan dengan aneka rupa barang keramat seperti keris juga patung-patung kecil hadiah dari tamu, termasuk patung angel. Lalu di sisi kanan ada dua tempat tidur. Lha, Bung Karno itu nyonyanya ada sembilan (baca: selalu dikelilingi perempuan), masa mau tidur di kamar twin sharing? Jadilah saya nanya:
“Emang Bung Karno tidurnya terpisah ya?” Pengen tahun banget kan ya. Ternyata hotel ini NGGAK pernah ditempati Bung Karno. Konon ide kamar untuk Nyi Roro Kidul itu datangnya dari Bung Karno. Makanya kamar ini disebut kamar bung Karno, walaupun beliau sendiri nggak pernah kesini. Alamak….
Pertanyaan selanjutnya tentang ukuran kasur yang menurut tamu VIP setinggi dua meter kurang dua cm kecil-kecil. Si Mbak perwakilan dari hotel bilang kalau Hotel ini itu dibangun Jepang bahkan kasur pun dibawa dari Jepang, makanya kasurnya kecil-kecil. Disesuaikan dengan tinggi orang Jepang. Saya pun menghitung pakai jengkal, dan ternyata 2 meter pas. Jadi kasur itu standard aja, sama kayak kasur jaman sekarang. Si Mbak juga bilang kalau hotel ini bisa beralih ke Indonesia karena dirampas. Waktu itu saya manggut-manggut aja, tapi google bilang hotel ini baru selesai berdiri tahun 1966. Jepang udah pada pulang kali jaman tahun segitu, perang udah lama selesai, gimana ngerampas hotelnya?! Kayaknya yang bener, hotel ini dibangun dengan biaya dari rampasan perang Jepang. Entahlah.
Tembok kamar ini masih dipertahkankan dengan warna aslinya, alias warna kecoklatan pasca kebakaran di tahun 1993. Ketika kebakaran itu, kamar ini selamat dari lahapan api. Makanya ini kamar dikeramatkan. Tembok ini dipenuhi dengan beberapa foto Bung Karno dan juga lukisan Nyi Roro Kidul.
Lucunya, kita tak diperkenankan pakai sepatu ketika masuk kamar ini, tapi di antara dua tempat tidur terdapat beberapa pasang sepatu pria yang rupanya hadiah dari para tamu. Rupanya, banyak orang bawa hadiah untuk kamar ini. Anyway, bagi saya melihat sesajian croissant, aneka pastry, aneka minuman itu biasa. Apa yang biasa dimakan ya itu yang dipersembahkan. Tapi yang menarik ada cerutu Cuba di meja sesaji itu dan itu cerutu sudah dibakar sebagian. Jadi bertanya-tanya, siapa yang membakar cerutu itu? Emangnya Nyi Roro Kidul merokok?
Impresi kamar saya tentang kamar ini: suram dan terlalu penuh. Tembok yang dipertahankan warnanya kecoklatan itu memberi nuansa gelap yang kurang resik. Banyaknya hadiah persembahan dari tamu juga bikin kamar itu jadi penuh banget. Aroma mistis? Kata mama saya yang masuk kamar ini sebulan lalu, aroma mistisnya kuat banget, bahkan ada yang kemasukan ketika keluar dari kamar ini. Tapi saya nggak ngerasa apa-apa. Saya Cuma merasa senang karena lihat burung-burung di balkon yang sibuk memakan sesajian dari depan patung Budha di balkon.
Hayo siapa yang minat masuk kamar ini?
aku minat dong Ai tapi kamu temenin ya hahaha
Males mau masuk lagi Yu. Ga menarik kamarnya. Terus terang kalau gue jadi sang Ratu gue akan minta kamar itu dibersihkan dan dicat putih atau ijo sekalian.
Di lobi hotel ini aja aku udah males masuk euy…
Aku juga ga tidur di hotel ini, kumuh gitu.
Iya betul Febi bilang, aku liat hotelnya dari luar udah males Tje. Ini kamar yang lukisan Nyi Loro Kidul karyanya Basuki Abdullah kan?
Emang kumuh, udah gitu mahal, per night 1-1.2 juta. Aku kemarin ga tidur disitu karena geli. Eh aku ga tau kalau lukisan Basuki Abdullah.
sayang ga bisa foto2… padahal seru kan kalo bisa (ngarep ada penampakan )
Ha hahahaha…. Nggak mau penampakan, nanti gak bisa tidur!!
jadi sempet ninggalin sesuatu ga di sana, seperti pengunjung lainnya…
Nggak sama sekali.
wah.. mahal juga ya padahal tempatnya kurang menarik dan horor ^^
saya ga mau ah Mba ke kamarnya, mending ke pantai aja liat sunset and sun rise ^^
Harga kamar disitu emang lumayan mahal, 1 -1.2 per malam nggak worth it dan jatuhnya emang jad imahal.
Buat pengalaman, masuk situ sekali2. Siapa tahu ketemu Nyi Roro Kidul.
A… aku ga berani ketemu Nyi Roro Kidul Mba, Soale kalah cakep aku sama dia, hahaha