Minggu lalu, saya berkesempatan nonton (lagi) konser pianonya Ananda Sukarlan. Konser kali ini gratis dan diadakan di Auditorium Institute Francais Indonesia. Bagi yang belum tahu siapa itu Ananda Sukarlan, beliau adalah satu-satunya pianis Indonesia yang masuk buku tentang pianis di dunia. Mas Andy, panggilan akrabnya, menciptakan banyak seri Rapsodia Nusantara yang diinspirasi dari lagu-lagu daerah Indonesia. Sampai saat ini sudah ada 18 yang telah dibuat dan janjinya Mas Andy ia akan menciptakan sebanyak jumlah provinsi di negeri ini. Soal penampilan Mas Andy, gak perlu diragukan lagi. His music and his fingers were insanely beautiful!
Di tengah-tengah alunan Arabesque#1-nya Debussy, tiba-tiba sebuah HANDPHONE BERBUNYI dengan kencangnya. Saking kencangnya, sang pianis yang ada di atas panggung sampai noleh dan terpukau. Ibu-ibu yang handphonenya bunyi itu kebetulan duduk tak jauh di depan saya dan butuh waktu lama bagi dia untuk menemukan handphonenya. Memalukan sekali!
Di berbagai konser yang saya hadiri — dari konser jazz sampai konser klasik — serta pertunjukan tari — dari klasik Jawa hingga balet — SELALU ada orang yang lupa mematikan handphonenya. Herannya, tragedi handphone ini tak hanya terjadi di pertunjukan gratis, tetapi juga yang berbayar. Bahkan ketika sudah diingatkan untuk mematikan, tetep saja ada yang berbunyi. Sebenarnya, mereka ini teledor, bodoh, atau egois sih?
Selan ringtone, hal lain yang bunyinya selalu menggangu adalah KEYPAD baik handphone, tablet, apalagi blackberry murahan. Noraknya, orang sering kali sibuk mengirimkan pesan ketika pertunjukan sedang berlangsung. Kemarin, saya sempat memelototin mas-mas yang sibuk memencet tabletnya yang berisik ketika mas Andy sedang bercerita. Ia tak bergeming sampai saya mengartikulasikan ketidaknyaman saya. Saya gagal paham, mengapa orang pergi ke konser kalau malas mendengar cerita pianisnya apalagi mendengarkan karya artisnya?
Cahaya yang keluar dari telpon genggam (SCREEN GLARE) juga sangat mengganggu mata penikmat pertunjukan lainnya. Tak hanya dari handphone, tapi juga dari kamera. Masalahnya orang seringkali tak sadar kalau itu mengganggu, apalagi yang mengambil video. Terus video dengan kualitas gambar dan suara yang jelek itu mau diapakan?
LAMPU KILAT juga merupakan pengganggu konser. Di tengah-tengah konser, sering sekali ada yang lampu kilat menyala dan mengagetkan sang perfomer serta penonton. Di Gedung Kesenian Jakarta menggunakan lampu kilat itu dilarang, tapi pengalaman selalu saja ada yang tak sengaja menggunakan lampu kilat. Bunyi focus kamera serta DSLR ketika menjepret foto juga bisa sangat mengganggu, makanya penonton seharusnya mengambil foto lima menit pertama saja.
Seharusnya TERLAMBAT datang ke venue juga tak diperbolehkan masuk ke venue. Di berbagai tempat penonton biasanya mereka baru boleh masuk saat intermission. Tapi di IFI kemarin, ada yang berlari-larian kecil mengambil tempat duduk ketika mas Andy sudah masuk. Tak hanya itu, undangan recital piano jam 19.30 (konsernya sendiri pukul 20.00) tapi mereka menunggu penonton yang sudah pesan undangan hingga pukul 19.45. Yang belum kebagian undangan, termasuk saya ya harus menunggu, walaupun sudah datang sebelum jam 19.00 harus sabar menanti. Ya harus dimaklumi ini konser IFI yang pertama di gedungnya sendiri, semoga ke depannya mereka bisa lebih disiplin dan tak mentolerir keterlambatan waktu pengambilan undangan.

Saya beli CD untuk Mama saya dan minta tandatangan mas Andy, tapi sukses lupa minta foto. Cerdas banget!
Pertunjukan klasik berbeda dengan Slank. Suara-suara yang tak diperlukan, dari suara handphone sampai suara diri sendiri yang humming ketika sang pianis memainkan tutsnya patut dihentikan dulu. Kok humming yang cantik dan bernada, batuk dan berdehem aja sebaiknya tak dilakukan. Perlu diingat bahwa banyak penonton lainnya yang jauh-jauh datang untuk memanjakan mata dan telinganya sedang ingin dimanjakan oleh jari-jari yang menari dan meloncat indah di atas tuts memainkan rangkaian musik yang indah. Maka sudah sepatutnya sebagai manusia beradab kita berdiam diri selama beberapa jam untuk menghormati sang performer dan penontonnya. Nonton konser Ananda Sukarlan, apalagi yang gratisan, itu belum tentu setahun sekali, jadi apa susahnya sih diam sebentar saja tanpa suara aneh-aneh?
PS: Pria 112 yang ada di postingan saya disini juga muncul di konser Ananda Sukarlan ini. Nampaknya dia jatuh cinta dengan musik klasik.
Walah mbak ngak usah konser klasik , hal yang gampang aja nonton bioskop tiba tiba ada suara hp udah bikin terganggu buanget dah resek kan.
Tapi kejadian yg mbak ai alami benar benar nyebelinya.
Ah iya bioskop juga sama, tapi ditambahin tangisan anak-anak.
Benar mbak kasus kemarin gara gara mau nonton cinderlela yang emang pasti domoninan anak anak aku nontonnya malam sekalian biar aman.
Oh bener rame banget. Temenku ada yang berkelahi di bioskop karena ngingetin orang tua lain untuk menenangkan anaknya.
Betul Tje, setuju dengan Ria di bioskop banyak yang ganggu juga. Kalo konser klasik atau jenis musik lainnya aku kesel orang rekam/motret shownya dengan tablet yang gede itu dan diangkat tinggi-tinggi pula. Ini mengurangi kenikmatan aku nonton konser, ganggu banget.
Nah itu talenan emang luar biasa Mbak, gede dan ngeganggu banget.
Iya, terus kalo kita tegur yang punya lebih galak jawabnya. Waaaa
Wah.. Wibi Soerjadi juga ikut di konsernya Ananda Sukarlan.
Bagi saya meski mereka tidak tinggal di Indonesia, karya-karyanya patut diacungi jempol.
Jadi semangat mendorong putriku menguasai karya2 klasik lewat pianonya.
Saya setuju dengan pandangan mbak Ailsa soal etika di dalam pertunjukan konser piano. Sayangnya banyak masyarakat kita yg kurang memahami betapa pentingnya etika-etika tersebut.
Saya pernah menonton di Youtube, seorang pianist yg tidak bisa mengendalikan emosinya manakala situasi audiens-nya rada berisik. Sang pianist tsb tiba-tiba marah di tengah pertunjukannya. Saya tidak menyalahkan pianist tsb.
Se-expert2nya seseorang dalam memainkan alat musik apapun, tetep aja dia butuh konsentrasi yg tinggi, didukung oleh keheningan ruangan.
Jd inget saya pernah marahin org yg lebih tua dr saya krn mengganggu konsentrasi ketika bermain piano.
Iya. Terus diamnya kita adalah penghargaan ke mereka.
Bukan Mas, penonton di konser Wibi yang ga suka klasik ada yang ketagihan. Setuju banget, walaupun tidak tinggal di Indonesia tetep ada kontribusi untuk negeri ini.
Wah semoga Putrinya semakin giat dan semakin sukses ya Mas.
teledor, bodoh atau egois?
semuanya kayaknya mba –“
LOL
Waktu nonton konser gitar akustik Sung Ha Jung, dia ampe ngingetin penontonnya untuk ga nyanyi atau humminh saat dia maen gitar karena takut ngeganggu yg mau dengerin suara gitarnya.
Waktu nonton konser yg lain, sama kayak mbak Yoyen, keganggu sama yang suka ngangkat tablet tinggi-tinggi, apalagi sekarang-sekarang tongsis suka dijadiin but ngevideoin penyanyinya dr deket😑😑
Wah baguslah kalau artisnya mengingatkan.
Memang sangat disayangkan ya Mbak. Seperti yang komentar sebelumnya. Jelas-jelas ada tanda hape dicoret. Tapi masih aja bunyi tengah film.
Kebayang kalau saya yang main piano *kayak bisa aja* saya diri langsung saya tinggal. Hahahaha.
Sesuatu yang indah jadi rusak gitu aja. Ini juga peringatan buat saya dalam hal foto memfoto event seperti ini nih. Makasih sharingnya Mbak.
Wah iya kalau pakai DSLR nyebelin bener apalagi kalau DSLR nya pakai lensa standard yang ga bisa motret dalam gelap. Ampun dah.
Daku banget ituuuu. Huaaaaaa *lgs nangis di pojokan*
di bioskop selain hp, orang sibuk ama snacknya yang krusek-krusek bungkusnya, ngelewatin tempat duduk kita karena datang telat, malah dulu ada yang pede banget jawab telp pas pertengahan film…….grrrrrrr.
kalo di teater orang sibuk lari-lari kecil sambil omong.
Suka geregetan sendiri sama penonton yang kurang sadar diri kayak gini
Aku punya list panjang untuk di bioskop, spesial request dari temen minta ditulisin, tapi belum tak garap juga.
Ganggu banget, ganggu banget!! I feel you Ailtje!! Gak diumuminkah di awal klo hp dan foto2 tidak diperbolehkan selama pertujukan? Dan yg telat itu hrsnya gak boleh masuk, apalagi di event yg free. Udah gak bayar ganggu pulak.
Aku pernah nonton Crowd Control di NatGeo, jadi mereka bikin satu alat yang bs membisikkan suara dari jauh, jadi bisa langsung ngingetin orang yang ngeganggu tanpa kedengaran orang di sebelahnya. Kayaknya alat yg seperti itu diperlukan banget yak
Crowd control itu keren banget ya, aku suka walaupun ga semuanya berhasil. Paling gampang sih tinggal matiin sinyal aja pakai sinyal blocker. Begitu konser selesai tinggal dinyalakan lagi.
Oya seru banget nih alat. Iya kayaknya harus mass produce deh.
Biasanya IFI selalu mengumumkan, kemaren mereka lupa. To make it worse kemaren yang telat orang asing. Ngeselin banget.
Wwaah kok bisa ya Tje? Tumben bgt.
Kalau sampai pianisnya menoleh dan sadar, wow itu pasti bunyinya kencang sekali. Mungkin mestinya sampai seperti di Mahkamah Konstitusi kali ya Mbak, penontonnya dijagain terus kalau ada yang ketahuan buka ponselnya langsung disuruh keluar (agak ekstrem sih) :hehe.
Iya sih. Harusnya begitu. Begitu satu lagu disuruh keluar. Indonesia kurang bisa dikasih tahu secara halus ya.
Setuju :)).
mau tau yg lebih seru? orang nyalain handphone di pesawat. angker ga tuh.
Oh iya bener. Terus kalau dikasih tahu ngotot.
Jadi inget komentar ibuku, begitu keluar dari gedung konser Wibi Surjadi….. Tadi di dalem mau nafas aja takut kedengeran…. Duh gimana itu rasanya yg punya hp?
Saking kerennya Wibi Surjadi sampai gak berani napas ya Mbak Yayang.
kl dibioskop, cahaya dari layar hp ini benar2 ganggu dan juga suara keypad hp! *fiuh
Seringkali yang punya gak sadar kalau mengganggu. Kalau ditegur malah marah.
Talenan oh talenan -_-*
Iya harusnya talenan itu gak dikasih kamera karena mengganggu banget.
Weh,banyak yg gagal paham masalah ginian emang Tje, jd inget ceritamu di Borobudur, ibadah aja keganggu turis mo poto2!
Sholat Jumat katanya juga banyak yang hapenya bunyi. Duh!
Wah betapa malunya yang punya hp sampai pianisnya menoleh begitu. #kalo yg punya hp masih punya malu sih…
Iya, waktu sholat jumat ada juga yang bunyi hpnya. Padahal udah dibuat tulisan yang jelas supaya matiin hp, dan sebelum kotbah juga sudah diumumpkan. Norak tu orang.
Oh sungguh Tuhan pun kalah dengan penting dengan HP.
Nggak usah musik klasik, Hes. Pertunjukan apa pun pasti ada orang kayak gitu, nyebelin banget. Dulu pernah nonton acara yang diselenggarain Konjen Jepang, bawa grup musik tradisional dari Jepang…ya sama aja. Di sebelahku malah ada bocah-bocah ngobrol sakarepe dhewe, rame banget. Aku n temennya mbakku sengaja majuin kursi, eh mereka malah ikutan maju. Minta digampar… =3=”
Aku gak ngerti gimana ngingetin orang-orang bebal begitu.
Konser piano, konser biola, biskop.. full sama orang2 ignorant macam gini.. KZL akuuu! Mbok mereka nonton aja konser yg lompat2an gituloh kan gak ganggu
Konser apapun dan juga bioskop pasti ketemu orang-orang ini. Kalau di Meeting lebih edan lagi, telponnya diangkat dijawab. Padahal lagi meeting.
Pingback: #MuseumWeek : Theatricality at Asian Civilisation Museum, Singapore | mea gratae itinera