Nama Jelek

Nama merupakan salah satu hadiah terindah yang diberikan orang tua kepada anaknya. Seringkali di dalam nama terselip harapan dan doa untuk masa depan sang anak. Walaupun tak dipungkiri, ada juga yang memberikan nama secara acak tanpa makna apa-apa. Terlepas dari latar belakang nama masing-masing orang, adalah penting bagi semua makluk untuk bisa memanggil orang dengan nama yang tepat. Tetapi, masih ada saja orang-orang yang bergurau dengan nama orang, gurauan yang mulanya lucu kemudian terbawa hingga beberapa puluh tahun ke depan.

Ketika SMP, beberapa puluh tahun lalu, ada trend memanggil nama teman dengan nama orang tuanya. Biasanya, yang pria dipanggil dengan nama Bapaknya sementara yang perempuan dipanggil dengan nama Ibunya. Tujuannya, mengejek ataupun menghina. Apalagi kalau nama orang tuanya asli Indonesia, seperti Tukiyem, Tuginem, ataupun nama-nama lainnya. Bagi orang Indonesia, nama-nama asli Indonesia seperti itu dianggap tak sekeren nama-nama yang diadopsi dari barat ataupun dari Arab. Ejekan-ejekan ini seringkali berakhir dengan perkelahian. Sebuah hal yang tak saya setujui, tapi saya pahami karena sang anak ingin membela kehormatan orang tuanya.

Saat SMP, saya tak pernah dipanggil dengan nama orang tua saya. Tapi sialnya, nama saya yang cantik, Ailsa tidak bisa diucapkan dengan benar oleh orang kebanyakan. Bahkan, nama panggilan saya, Ail, juga seringkali terdengar janggal di telinga orang. Salah seorang kenalan kemudian berinisiatif merubah nama saya menjadi Jumail. Disinilah semua bencana bermula, karena nama saya dengan semena-mena diganti oleh teman-teman saya. Saya kemudian dipanggil dengan panggilan Jum yang ‘dimaniskan’ menjadi Jumi. Panggilan yang kemudian melekat hingga saat ini dan sejujurnya saya tak pernah suka panggilan ini dan sudah berulang kali marah minta dipanggil dengan nama yang sesuai, tapi mereka tak pernah mendengarkan atau setidaknya berusaha. *sigh*

Ada cerita di balik nama saya. Nama saya ini diambil dari nama istri Professor pembimbing Bapak saya di Melbourne sana. Ailsa yang sering diasosiakan dengan Elisabeth, yang berarti janji Tuhan. Ailsa juga berarti supernatural victory dan di Scotlandia sendiri, terdapat sebuah pulau bebatuan yang bernama Ailsa craig. Orang-orang Scotlandia, bahkan yang tak saya kenal sekalipun, ketika tahu nama saya Ailsa (Kalimat favorit saya jika mengenalkan diri pada orang Skotlandia adalah: I’m from Indonesia but I have a Scottish name), akan menyambut saya dengan segala kehangatan, bahkan ada yang menciumi dan memeluk saya sambil berkata bahwa saya adalah Scottish. Makanya, saya selalu sedih ketika nama saya lebih dihargai orang asing ketimbang teman-teman saya sendiri. *curcol*

ailsa craig

Saya bukan satu-satunya orang yang dilabeli dengan nama julukan, saya yakin ada banyak orang di Indonesia yang mengalami hal serupa, termasuk salah satu teman SMA saya yang dipanggil Tomat. Pipinya bulat dan sering merona merah, persis tomat. Nah, baru-baru ini saya berhubungan kembali dengan dia dan dalam percakapan itu saya mengkonfirmasi nama aslinya karena saya lebih ingat nama julukannya. Sebuah tindakan bodoh dan memalukan, tapi setidaknya saya bisa belajar untuk memanggil dia dengan nama yang tepat. Tak hanya itu, saya juga tak perlu memanggil Tomat di depan anak-anaknya. Nggak pantes kalau Ibu yang mereka banggakan dipanggil dengan nama sayur-mayur.

Kendati sudah berusia tiga puluhan, saya masih sering mendengar orang-orang memanggil nama-nama aneh, atau memelesetkan nama orang lain. Nampaknya, mengganti-ganti ataupun memelesetkan nama orang lain menjadi guyonan yang tak memandang usia lagi. Padahal, orang-orang yang katanya dewasa, seperti kita semua ini, harusnya memberi contoh kepada mereka yang masih muda, sehingga mereka yang masih muda tak memiliki kebiasaan memberi nama jelek pada orang lain.

Kamu, punya nama jelek juga? Suka gak?

Xx,

Tjetje

Advertisement

60 thoughts on “Nama Jelek

  1. Kita memang masih satu generasi, aku inget betul masa2 dimana anak2 SMP memanggil nama si bapak untuk menghina tersebut. Namaku untungnya standar perempuan banget, jadi ga pernah dimacem2in

  2. Sama ortu, sy dinamain ‘Fanda’, simpel, kt mami tujuanny supaya org ga salah2 nulis ato salah manggil (pengalaman pribadi mami nih).
    Eh kok malah sering dipanggil ‘Panda’, Wanda, Manda, yg salah tulis Vanda lah, sampe ada yg manggil ‘Fang’ in english kan artiny taring yaaa ihhhh,,,
    Org2 deket aja yg bener manggilnya, itupun msh salah nulis pake ‘V’ 😦
    Tp yg masih kebiasaan sampe sekarang mah, Panda sama Fang. Keknya mereka mikir nama sy mmg itu, awalny kesel tp lama2 udah biasa hehehe

  3. Orang batak tuh paling marah kalo nama bapak mamaknya disebut2..iya inget dulu ada jamannya suka ejek2 nama ortu. Paling ga suka krna pantang kata mamak.

    Btw aku ada banyak nama panggilan yg jelek tp aku enjoy aja sih. Banyak yg panggil aku Jojo, Jojoba bahkan jojon. Ahhh biarlah soalnya aku punya panggilan juga buat mereka. Lea kupanggil Leleba, zeptha kupanggil Zezep, Ruth kupanggil brutus..bahkan mantanku kupanggil cecep gorbacep…hahahaha so far kami merasa fun2 aja. :)))

  4. Hehe bener banget, ada yang ampe kelahi gara2 nama. Saya dulu ngga pernah dipanggil macem2 sih, cuma sempat diplesetin di lagu waktu kecil. Tapi setelah gede, baru tau kalau lagunya bagus…. hehe

  5. Pengalamanku waktu kecil malah sedikit berbeda, didaerah kami (aku tinggal disana hingga usia 8 thn) nama anak laki laki tertua malah jadi panggilan bapaknya. Aku ingat betul Pak Iwan dan Pak Kokon nama anaknya adalah Iwan dan Kokon. Ayahku menjelaskan saat aku bertanya kenapa mereka bisa punya nama kembar dengan anaknya, kata ayahku nama asli bapak bapak tersebut bukanlah Iwan dan Kokon, nama tersebut diambil dari nama anak lelaki pertamanya, bahkan bisa disebut sebagai nama penghormatan.

      • Ikutan nimbrung ya Mbak 🙂
        Mama ku sama teman-temannya juga dipanggilnya bukan dipanggil pakai nama mama ku. Tapi dengan sebutan Mama Wulan (Karena aku anak tertua). Sampai-sampai adik ku sering protes, memangnya anaknya cuma Wulan doang..hahahha

        FYI, kalau aku perhatikan orang-orang dari Palembang dan sekitarnya yang suka memanggil dengan nama anak tertua. Setidaknya itu yang aku alami Mbak 😀

  6. Aku dulu suka diejek karena punya nama layaknya cowok. Padahal namaku itu gabungan nama Bapak dan Ibu. Dan aku pasti marah sampai beberapa kali berantem fisik bahkan dengan cowok2 disekolah kalau mereka mengejek namaku. Sampai pernah diskors pas SMP ga boleh masuk sekolah seminggu gara2 carok sama anak2 cowok perkara mengejek namaku. Duh, masa2 itu ya.

  7. Wah ketika saya SD/SMP dulu juga ada yang suka memanggil dengan nama orangtua, mba Ailtje 😀 tapi saya sih tidak ambil pusing toh saya bangga sama kedua orangtua saya hehe mungkin makanya juga mereka berhenti mengejek kali ya 😀 tapi kalo diubah nama panggilan saya sering, bahkan saya pun suka mengubah nama panggilan dari teman sampai ke adik-adik saya. Kadang ada yg merubah nama biar makin akrab aja gitu, jadi nama spesial 🙂

  8. Hahaha, tradisi memanggil nama orangtua itu kayaknya juga menurun ke generasiku *halah, “menurun generasi”, lol 😆 *.

    Kadang nama julukan itu bisa jadi penanda keakraban kan ya. But it is easy for me to say soalnya beruntung namaku nggak pernah dipelesetkan atau diejek begitu, hehe 🙂 .

  9. Sebel kalo dipanggil Markisa hahahaha. Dulu krn di sekolah rata2 org Chinese nama2 panggilan ortunya model ‘Aheng’, ‘Acung’ dsb… sampe ada temen sekelas namanya bagus2 Shandy, panggilannya sampe sekarang si Aheng hahahaha

  10. sekarang saya pakai nama sesuai nama dr ortu dan ktp: rahma, dulu dipanggil:wawat, kawat, jerawat-.- ampunnn krn belakannya ada nama wati nya..lalu nama inot, gara2 waktu kecil saya takut sama nenek2 yg namanya nyai inot*entah nama asli beliau siapa* keluarga manggil saya inot:S pas masuk kerja dan menyelesaikan masa studi..saya memperkenalkan diri dgn nama asli, ga suka lg pake nama panggilan yg ga enak2, nama adalah doa kan ya.

  11. aku waktu kecil di solo paling sering dipanggil dengan nama hewan.. *entah bagaimana teman2 smu kok panggilannya kayak nama2 bonbin.. *.. kadaang pada manggil aku “tuu.. tuu..tu” yang kalau di solo artinya manggil burung dara.. haiyaa..

    btw. mba Ailsa namamu cantiik sekalii

  12. Aku pernah dipanggil cungkring, begeng, papan penggilesan karena kurus, sampe dipanggil jawir karena kalo ngomong bahasa Indonesia medok jawa. Untung nama asli blom pernah diplesetin.

  13. Dulu teman-teman selalu berusaha memanggil dengan “Liliput”. Tapi lama-lama mereka menyerah, soalnya tidak pernah saya jawab. Semua berkat ajaran mama, bila ada yang berusaha memanggil kita selain dengan nama asli, cuekin aja, kalau mereka memang butuh, pasti akhirnya akan memanggil dengan nama asli. Tidak perlu pakai marah-marah, karena hanya akan membuat mereka senang dan menjadi-jadi.

  14. Saya dipanggil suku terakhir dari nama saya. Waktu kecil suku terakhir itu malah ditambahin nama bapak saya. Enjoy aja dipanggil yang agak melenceng dikit.

  15. Panggilanku pas SD susunan huruf dibalik jadi “hamil”, hiks… untung pas SMP sudah berkurang, tapi ganti panggilan yg lebih nggak enak didengar. Ini cuma di Indonesia atau negara lain ( Asia ) juga mengalami nggak ya kira-kira? 😐

  16. Ini fenomena anak smp sma kekny mb. Jamankupun begitu. Panggilan pake nama bapak bahkan sampe skrg bertaun2 kmudian lbh diinget drpd nama aslinya. Trus ada yg dipanggil tempe gr2 klo bekel makan sukanya pake tempe goreng. Byk bgt deh, klo org jawa bilangnya ‘paraban’ dikasih nama panggilan identik sesuai ‘karakteristik’ seseorang. Ya klo anaknya trima si gpp ya, takutnya klo diambil hati trus dianya sakit hati kasian juga

  17. hehe bener banget Mba, ini yang paling kuinget pas jaman kuliah, temen angkatanku punya nama panggilan aneh – aneh, ada Mbe, Aneh, Kampring, dll dan kadang bener sih, ada aja yang lupa nama aslinya. Sampe sekarang tapi kita masih manggil mereka dengan nama panggilan itu, orangnya sih asik – asik aja 🙂

  18. Soal ejek2an nama orang tua, aku gapernah digituin gara2 aku bisa merahasiakan nama orang tuaku sampe sekarang 🙂 (abisnya nama ayahku ‘rawan’ bgt) . Terutama pas SMP, nama orang tua temen2 mau sebagus apapun bisaaa aja diledekin sampe dibikin nyanyiannya.

  19. Aku melalui masa2 dipanggil dan memanggil teman pake nama Bapak. Itu pas aku sekitar kelas 6 SD kalo ga salah :D.
    Tapi aku ga punya nama panggilan yg jelek. Rizha jadi Icha aja, wajar lah ya. Cuma aku punya banyak teman yg sampe sekarang pun aku hampir lupa atau malah gak inget sama sekali nama aslinya (salim satu2, maaf ya teman2…). Ada yg panggilannya Tomat, Tape, Gepeng, Bagong, Bonyot, Klampok (karena hidungnya gede-kayak jambu). Entahlah itu dulu apa yang menyebabkan mereka dapet nama panggilan itu, padahal namanya (yang aku ingat) bagus2 lho.

    • Aduh kasian banget dipanggil klampok, dia kan gak pernah minta hidung gede. Panggilan nama ini secara psikologi juga bisa berdampak buruk lho. Aku tahu seseorang yang kemudian punya masalah kejiwaan karena urusan nickname jelek ini.

  20. Woh sampai sekarang sama beberapa orang rumah suka dipanggil Eldut. Katanya karena pernah ada peristiwa dimana aku suka kentut waktu masih batita. Ya emosiku sih masih biasa saja mbak, karena nama itu masih tetap di keluarga saja. Entah juga kalau sampai ke teman-teman plus diejekin. Soalnya dipanggil aja, nggak pakai diejekin kalau di keluarga.

  21. Dulu waktu masih SMP/SMA, nggak pernah dapat nama panggilan yang aneh-aneh. Giliran kuliah, malah dipanggil ‘kucing’. Waktu pertama kerja, juga dapat panggilan ‘kucing’. Tapi anehnya, yang memanggil gue kucing itu, dipanggilnya ‘babi’ semua … padahal orang-orangnya beda.

  22. Alhamdulillah, orang tua ngasih nama yang bagus dan indah, semoga saya bisa mewujudkan doa dan harapan yang mereka titipkan lewat nama tersebut.
    Menurut saya sih, orang cenderungn tidak suka atau tidak nyaman ketika disapa dengan nama yang bukan namanya, karena itu saya berusaha untuk tidak memanggil dengan yang bukan namanya, apalagi dengan sebutan yang merendahkan.

  23. Anak-anak kayak gitu nggak sopan
    Dulu nama ortu aku pernah diejek sama gerombolan cewek akhirnya saya hajar orangnya walau saya cewek, pas SMP itu kejadiannya. Mereka sampai nangis-nangis cuma saya ga peduli. Sejak itu mereka ga berani macem2 lagi

    Anehnya jaman sekarang anak sd pun udah ejek-ejekan nama orang tua. Apa nggak diajarin sopan santun.

  24. Dulu itu ejekan nama ortu juga ngerasain aku. Tapi untungnya ga ada yg tau nama mamiku, jadi ga bisa diledekin. Sebagain gantinya yah itu, dipanggil Nenek 😩

    Kalau dipikir2, Greenland, Denmark dan Indonesia kayanya cuma di Indo doank namaku diejek. Aku ga pernah ngerasain yg seperti itu disini 😶

  25. Hello, blognya mantap Mbak Ailsa… Dan senang yah kalau orang orang asing bisa mengucapkan nama Mbak dengan betul . Saya tinggal di Michigan, orang orang sering bingung kalau saya menyebutkan nama saya… jadi musti pakai acara spelling segala.

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s