Saya mendefinisikan perisakan sebagai perilaku agresif yang dilakukan secara sadar dan terus-menerus untuk mengintimidasi dan meneror orang lain, baik secara fisik ataupun secara psikis. Perisakan tak memandang latar belakang individu dan terjadi dimana-mana, dari mulai di sekolah, sosial media hingga di kantor.
Kantor yang idealnya dipenuhi dengan orang-orang dewasa yang profesional seringkali menjadi tempat melakukan perisakan dan tak ditangani dengan serius. Saya beruntung pernah bekerja di insitusi yang menganggap perisakan dengan serius, karena perisakan jika tak segera ditangani bisa mengarah pada penurunan kualitas kerja, stress, depresi, bahkan kematian (biasanya karena bunuh diri).
Sebagai orang-orang yang seharusnya dewasa, ada baiknya kita melihat berbagai tipe perisakan yang ada di lingkungan kerja. Selain menghindari terseret menjadi perisak juga supaya kita bisa mengenali tipe-tipe perisakan untuk kemudian menghentikan.
Anak baru
Konsep anak baru dikerjain merupakan sebuah konsep yang dianggap menjadi sebuah kewajaran di Indonesia. Kita semua tak menganggap ini sebagai sebuah hal yang aneh, karena tradisi mengerjai anak baru sudah mengakar di Indonesia, bahkan diajarkan di sekolah pada saat hari pertama.
Di beberapa kantor, ada individu-individu yang arogan dan masih membawa budaya tak sehat ini. Saya sendiri pernah mengalami ketika masih jadi anak baru dan disuruh beli materai di bawah panas dan pengapnya Jakarta. Yang nyuruh sesama pegawai dan bukan penyelia. Saya langsung menolak dan menyarankan ia menyuruh pramu bakti di kantor. Bukan masalah tugasnya yang remeh, tapi karena tujuan menyuruh ini jelas-jelas untuk ngerjain dan merendahkan peran saya sebagai anak baru. Sang penyuruh, bagi saya juga semena-mena dan ingin menunjukkan kekuasaan yang sebenarnya tak ia punyai. Gak usah repot-repot ngebayangin yang begini jadi bos beneran.
Selain diminta melakukan tugas-tugas yang tak seharusnya, anak baru juga sering dimarah-marahin karena tak tahu dengan kalimat sakti: “Gimana sih, gini aja gak tahu”. Padahal dimana-mana yang namanya anak baru itu memang tak tahu sehingga harus dilatih terlebih dahulu. Hal yang terlihat remeh ini saya kategorikan sebagai perisakan ringan di kantor.
Ada juga perisakan dengan cara memberikan tugas yang hampir mustahil dikerjakan. Tugas-tugas susah ini harus diselesaikan dalam tenggat waktu yang tak masuk akal. Akibatnya tugas tak selesai dan performa kerja pun terlihat tak bagus.
Eklusi dalam kehidupan sosial kantor
Urusan kantor tak hanya sebatas datang dan bekerja saja. Ada kehidupan sosial perkantoran seperti makan siang, makan malam, acara kesenian (contohnya karaoke atau menonton pertujuan seni), hingga sekadar nongkrong-nongkrong cantik di warung kopi. Salah satu bentuk perisakan yang sering terjadi dan berkaitan dengan kehidupan sosial perkantoran adalah eklusi.
Yang paling sepele aja, nggak ngajak makan siang bersama sehingga rekan kerja harus makan siang sendirian; atau sebaliknya, jika diajak sang kolega makan siang selalu menolak. Alasannya berbagai macam, tapi yang paling utama memang malas bersosialisasi dengan kolega tersebut yang biasanya berakhir dengan mengisolasi sang kolega dari kegiatan sosial perkantoran. Seaneh apapun kolega kita, isolasi dan eklusi adalah sebuah perisakan yang berat.

source: http://www.seiuwest.ca
Menyindir & bergosip
Perisakan lain yang tak kalah beratnya adalah menyindir dengan pedas untuk memberi tekanan secara terus-menerus dan juga bergosip untuk merusak reputasi rekan kerja. Soal ini tak perlu diberi contoh ya, karena kita pasti sudah pernah melihat (atau bahkan melakukan).
Selain sindiran dan gosip, penggunaan bahasa yang tak layak dalam lingkungan kantor, apalagi jika digunakan secara terus-menerus juga dapat dikategorikan sebagai perisakan. Jika bertemu dengan yang seperti ini, amit-amit, jangan segan untuk melaporkan.
Silent treatment
Mendiamkan orang dengan alasan apapun, tak hanya sebuah kejahatan yang merusak kondisi psikologis orang lain, tapi juga menunjukkan ketidakmatangan pelakunya. Sebagai orang dewasa yang tentunya tahu cara berkomunikasi, masalah-masalah apapun harusnya bisa diselesaikan dengan cara bicara, baik secara langsung ataupun menggunakan perantara. Satu hal yang pasti, mendiamkan orang dalam lingkungan kerja menunjukkan ketidakprofesionalan, apalagi jika hal tersebut menghambat pekerjaan tim.
Penutup
Menyalahkan korban perisakan karena menjadi pihak yang dianggap lemah dan tak bisa melawan juga merupakan hal yang salah dan tak patut dilakukan, karena tidak semua orang memiliki kekuatan untuk melawan, apalagi ketika perisakan dilakukan secara terus-menerus hingga menggerus kepercayaan diri sang korban.
Seperti saya tulis di atas, perisakan yang terdengar remeh ini bisa sangat berbahaya. Pada kasus yang ekstrim, bisa terjadi pengakhiran hidup, alias bunuh diri. Makanya jangan segan untuk mengingatkan pelaku dan juga berbicara pada korbannya. Untuk menyemangati sang korban ya, bukan untuk memperburuk situasi. Penting juga untuk tahu kemana kita bisa melaporkan perisakan.
Pernah mengalami atau melihat perisakan di kantor?
Xx,
Tjetje
Pernah menjadi korban perisakan
Saya kemaren juga merasa dibully sama satu irang senior di unit lain. Verbal bullying sih dengan dibilang gak pinter. Hahaha. Karena anak buahnya terus menerus kubombardir dengan request review lalalili. Eh bisnya menekan saya dengan kata-kata yang kurang menyenangkan.
Ah that’s not nice. Dia gak mau dengar dari dua sisi, dengar dari sisi anak buahnya aja. Gw asumsikan ini udah selesai ya Dan?
Udah sih Mbak Tjetje. Hehehe. Udah ga penting diperpanjang. Toh kerjaan saya beres. Just shake it off ajalah. 😛
Good job. Semoga gak kejadian lagi ya.
been there and see, dulu ada semacam gencatan senjata di kantor sama spv wanna be, org ini msh d training tapi bossy nya ngalah2in manager di kantor hahaha yg make fasilitas kantor seenaknya, make mobil kantor sampe tengah malem dgn alasan kerja, ternyata ga bs pake komputer (word, excel dll), kissing with other employee dan tertangkap cctv, alhasil berdasarkan keputusan yayasan dan pusat, org itu gajadi spv, tapi sayangnya, hampir semua krywan kantor sudah terlanjur terbawa suasana sm org itu.
Ah yang belagu gitu memang menyebalkan apalagi kalau beneran jadi pemimpin. Bisa mengacaukan semangat kerja.
Di kantor saya pun sering terjadi bullying. Teman-teman saya suka sekali bercanda soal fisik yang lama-lama sebenernya nyebelin dan bikin jengah. Yg paling sering jd sasaran tentunya si pendek dan si gendut. Saya jarang jadi korban karena saya biasanya langsung menegur kalo ada yang bercanda seperti itu. Contoh lain, ada juga senior yang sukanya mempermalukan bawahannya, meskipun dengan nada bercanda, dengan ngomong keras-keras menanyakan kerjaan atau menegur bilang bahwa kerjaan mereka nggak bener. Itu kan secara nggak langsung menjatuhkan harga diri makanya saya sebel banget sama pelaku bullying kayak gini. Saya nggak tau apa hal ini terjadi di Indonesia saja atau di tempat lain juga bisa terjadi. Menurut cerita teman orang Indonesia yang kerja di Australia, bullying seperti ini nggak pernah dia temui selama bekerja di sana dan bisa ditindak tegas lho Mbak. Kalo di Indonesia, at least di kantor saya sih, ini masih dianggap sebagai hal yang lumrah padahal sebenarnya kan nggak begitu.
Di Indonesia becandaan fisik itu tidak dianggap sebagai perisakan. Padahal ketika dilakukan terus-menerus kepercayaan diri orang bisa turun.
Eh supervisor yang kayak gitu tuh juga gak bener. Harusnya kalau negur di dalam ruangan jadi gak malu.
Setuju Mbak. Ya gimana ya.. menurut saya sih si senior itu pun sifatnya masih kekanak-kanakan dan kadang kasar jadi rasanya dia nggak pikir panjang apa dampak perilakunya terhadap orang lain.
Aku 7 tahun jd korban perisakan mantan bos. Nangis mulu kerjaku huhu
Duh sampai 7 tahun Non?
Tepatnya sih 3 tahun haha. Koq betah ya aku hiks. Bego bgt
Kalau mempergunjingkan bos yang zalim termasuk perisakan juga nggak Mbak? Soalnya di kantor saya banyak tuh yang suka membicarakan pak bos yang begitulah, tak baik di mata para pegawainya :hehe. Saya belajar beberapa kosakata baru dari tulisan ini, terima kasih ya. Dulu pernah sih di-bully jadi anak baru disuruh ini itu, tapi saya pinter-pinter ngeles saja, kalau kata orang namanya bermain cantik :hehe.
Bergunjing itu masuk perisakan, bahkan ketika penyelianya buruk. Nah masalahnya bergunjing biasanya dimulai dari menceritakan sebuah peristiwa (fakta).
Soal yang ini harus belajar untuk nyimpen; kalau denger gak perlu pindah ke orang lain.
Iya, memang menyimpan berita buruk tentang orang lain itu agak susah :hehe.
Astaga aku sebel banget waktu suamiku cerita tentang lingkungan kerja barunya, dan tepattt seperti diatas! Anak baru ‘udah biasa’ didiemin, gak diajak, dan dikucilkan lantaran anak baru terkenal dgn gaji besar sementara senior2 disana ada yg sampe belasan taun kerja disitu
Nah soal gaji nih, aku juga sering lihat anak baru dibully habis-habisan karena dapat paket yang lebih bagus. Lha harusnya orang lama bersemangat untuk maju dan bersaing, malah repot ngebully.
Semoga suamimu sudah enak suasana kerjanya ya.
Alhamdulillah skrg udah mendingan. Ini bukti yah kalo bully itu gak pandang usia dan profesi
Betul, gak liat latar belakang sama sekali.
Bullying ditempat kerja ITU kyk perilaku anak kecil menurut sy..haehehe
Memang kayak anak kecil, bahkan mungkin anak kecil lebih baik.
Sabar bang
Kalau perisakan semacam ini kerap terjadi di kantor, sepertinya sebenarnya kantor juga bisa turun tangan ya. Setidaknya untuk yang jenis pertama tuh (anak baru).
Nah masalahnya di beberapa kantor (mungkin di banyak kantor) perisakan gak dianggap sebagai sebuah masalah. Akar masalahnya ada pada ketidaktahuan sih.
waktu lulus smA kerja waiter restoran di lacodefin kemang. pdhl kerja waiter tp di suruh bljn sayur ke kemcik pas ujan2 lg. trz kl pas gak ada tamu suruh cuci piring. alhasil 2 minggu resign aja
Ah kerjaannya gado-gado ya.
silent treatment & bergosip ini sering banget di kantor aku. suka bingung klo tiba2 di diemin tanpa alasan yg jls. kebetulan aku yg org cuek jadi suka ngak nyadar klo lg di diemin akhirnya doi gondok sendiri. hahaha 😀 .
Padahal silent treatment itu kejam banget lho.
bener mbak, berasa kayak kambing conge’ kalo kita nanya tp yg di tanyain pergi gitu aja. huh!
Salam kenal Mba Ail,
Mau share juga, duluuu bgt sempat di bully juga dengan senior, di silent treatment iya, di isolasi pernah juga, paling parah pernah ada tradisi gaji pertama buat traktir senior satu divisi, restoran pula bukan traktir kantin atau warung alhasil baru gajian dah bokek lg, ohya entah ngaruh atau engga saat itu kerja dg kondisi satu ruangan perempuan semua yang ‘katanya’ perempuan urat cemburunya lebih banyak, skrg lingkungan kerja banyakan laki laki jadi ga ngerasain bullying lagi.
Wah soal traktir ini saya pernah bahas di postingan tentang malak. Memang premanisme banget.
Nah kalau kerja dengan perempuan vs kerja dengan pria, sepertinya menarik jika dijadikan penelitian.
Aku pernah punya pengalaman gini sampe keluar dan cari kerja lain. Beberapa tahun kemudian si pelaku perlu aku untuk satu tender dan dia baik-baikin aku tapi aku sikapnya profesional. Malu sendiri akhirnya dia.
Kalau sudah mentok memang lebih enak keluar ya Mbak. Menanggapi dengan sikap profesional emang tanggapan terbaik Mbak.
pernah mba
sama manager ku, dulu pas masih jadi anak baru kalau abis minta tanda tangan, dia SELALU buang pulpen nya ke lantai arah ke kolong meja atau mana pun yang susah di ambil di depan orang2. dengan maksud aku yg ambilin cari-cari ke kolong.. sekali masih aku ambil, 2-3 dst aku cuekin aja.. bodo amat
temen ku dikantor lama suka toyor kepala, aku pernah sekali langsung ku bentak di depan atasan.. aku nyerocos panjang lebar.. dan dia gak pernah berani lagi sama aku,, eh tapi sama yang lain masih sih 😦
dan dikantor baru sekarang atasanku yang suka toyor kepala, gak mesti masalah kerjaan, kadang becanda pun suka begitu dan aku marah donk.. gak sopan banget walau pun usia nya lebih tua belasan tahun.
Hah? Buang bolpen? Aneh banget kelakuannya.
Ya ampuun… pernah sih jadi korban sebentar tp lgsg tak teguurr. Klo ga ditegur bisa2 keterusan dikira kita yg takuut. Engga la yauuw 😀
Harus berani memang, tapi tak semua orang punya keberanian.
Aku pernah jadi korban bully, karenanya aku pantang ngebully orang. Nah, orang yg ngebully orang lain, meskipun baik sama aku, jadinya aku jauhin juga karena aku ga suka temenan sama orang jahat :p
Aku juga pernah jadi perisak jaman SD. Terus jadi korban perisakan. Sekarang sih berusaha jadi manusia yang lebih ramah dan lebih baik.
Dari pengamatan sy ya mbak Ailsa,
Pelaku perisakan di tempat kerja ada juga loh yg merasa bahwa tempat kuliahnya dulu itu adalah tempat bergengsi/ngetop (…apalagi kalo kuliah nye di luar negeri beeuuuhhh belagunya alamak…tapi sy mah gak bangga/gak silau kalo org yg begitu belagu tapi kuliah di LN pake biaya sendiri,, kalo dapat bea siswa boleh2 Lah belagu dikit, OK sy tahu dia pinter..)
Nah, orang2 yg belagu begini dia gak segan2 loh melakukan perisakan kepada orang2 yg dianggap kuliah ditempat yg gak ngetop/ kampus dalam negeri..
Dari yg sy alami, cerita mbak Ailsa di atas bener banget tuh.. Anak baru emang suka di kerjain, di kucilkan. Ya, emang sabar sabar aja sih tapi kalo udah keterlaluan banget lawan / laporkan aja. Di tempat kerja sy yg terakhir dulu, rasanya sy udah jadi “kebal” sm yg namanya perisakan dan bagusnya emang disana ada peraturan yg tegas utk menindak hal itu.
Wah menarik melihat orang yang mendapatkan beasiswa dengan penuh hormat. Nanti kapan2 saya cerita sisi yang berseberangan ya.
OK mbak,, nti cerita ya! Sy tunggu nih postingnya, pasti seru!!!😃
Pertama kali kerja kantoran, magang, nah masuknya lewat boss besar banget. Karena beliau salah satu penasihat di komunitas. Mayan kena juga sama senior2 lain, ga secara kerjaan, tapi melalui omongan kalau akunya KKN dan gak bisa kerja, tapi setelah 3 bulan magang, malah dapat tawaran part time di divisi lainnya yg lebih menghargai. Terus terakhir kerja accounting sebelum beralih jadi wedding organizer, gak tahu ini apakah perisakan, tapi aslinya sih kerja jadi pembukuan, tapi selalu kena suruh belanja ini itu dan beberpa hal lainnya diluar job desk. jam kerja juga berlebihan. *sigh*
Wah kalau kerjaan gak sesuai, protes aja. Jangan mau diperas.
Dulu aku pikirnya kasihan sampe akhirnya aku memutuskan resign, salah satunya karena itu..
Soal perisakan, yg lebih menyakitkan lg kalau korban mengeluh lalu dtanggapi sbg orang yg bermental lemah, nggak tahu syukur dan dianggap mencemarkan nama baik si perisak, sementara korban udah merasa gak kuat lg..
Ini yang salah besar dan bikin korban makin down. Belum banyak yang tahu dan bisa menghadapi “teriakan permintaan tolong sih.”
Dan banyak orang kita yg ga tahu cara menghadapi teriakan minta tolong dgn bijak. Most of them are likely going to judge the attacked people, sementara si perisak akan terus dbela.
Emang setres klo udah kyk bgtu. Klo qta ngadu k ortu, biasanya jg bakal makin heboh krn ortu bakal ngelabrak dan orang2 d sekitar perisak akan semakin menganggap qta cemen krn “ah, cuma kyk gitu aja pake ngadu k ortu” -_-”
Aku ngalamin sendiri kok, negur orang yang merisak orang lain dengan kata-kata derogatif, justru akunya yang dicela-cela karena dianggap berlebihan, terlalu serius, gak bisa loose.
Derogatif maksudnya? Hhehe. Kalau aku orangnya plegmatis, mau negur orang selalu keberatan. Tp klo gak dtegur yaa makin menjadi. Alhasil ngegunjing deh sama orang yg bisa dpercaya 😅
Menggunakan kata-kata yang kurang bagus untuk orang lain. Misalnya ya, pendek, pesek, hitam, keriting, sipit.
Saya mulai membiasakan diri untuk menegur. Tadinya juga diam, tapi aku gak tahan. Ternyata malah dibully karena speak up.
Hmm.. Keep calm or speak up, sama2 punya resiko ya dan 2-2nya berat. Mungkin skrg kita harus tahan bully kali ya, drpd masalah gak selesai2? 😦
D kita jg ajarannya dari kecil dsuruh memprioritaskan orang lain sih. Kalau kita meminta hak kita akan dianggap egois 😦
Waduh hampir semua aq alami neh…amit2 klo ingt gak pengen kerja di suatu perusahaan dg teamwork mending buka usaha sendiri aja…
Team work isn’t a bad thing kok, tinggal dibicarakan aja.
Tp sebagai anak baru yg megang 2 bahasa asing (inggris dan mandarin) lumayan fasih trus tiap ada event pst di tunjuk jd mc manager dr pusat (australia) nyuruh supervisor belajar pidato b.inggris ke saya yg anak baru ini busyet dah tiba2 di silent sama team parahnya tiba2 muncul gosip saya selingkuhannya si A bla bla bla apalagi semua tau saya cuma lulusan SMP tp krn skill 2 bahasa asing yg saya kuasai saya diterima kerja dstu gara2 ini digosipin saya main *kotor iuuwwwhhh 😅 #curhat 😆
Kerjaan gue jadi asisten 7 orang kan Tje… Nah salah satunya sebut aja namanya C. Si C ini udah di company lama banget, dekat dengan boss and she is good at what she does. Tapi gila dia verbal bully banget. Kalau salah sedikit atau sebetulnya gak salah tapi gak sesuai kemauan dia, pokoknya serasa dibikin bodoh banget. Terus kadang bisa mendadak baikkk banget mood swing, terus marah2. Asistennya sebelum gue sampai nangis habis2an di toilet seusai kena belittle. Terus dia berhenti kerja… Untungnya gue belum pernah kena sampe separah itu. Hiyyyy
Gue heran orang-orang yang bagus gitu kok jadi meremehkan orang lain ya.
Untungnya aku ngga pernah kena bully, tapi pernah ketemu salah satu atasan yang mulutnya “ringan” banget sering ngomong yg kurang ngenakin ke anak buahnya, depan umum pula. Aku aja dengernya gak enak hati sendiri, kebayang deh perasaan anak buahnya 😦
Btw baru tau artinya bullying itu perisakan..
Kalo bullying rekan kerja tentu bisa lapor ke manajemen perusahaan atau inatitusi, beres. Nah kalo yg nge-bully atasan langsung yg lagaknya macam pemeran antagonis di sinetron, trus lapor untuk ditindaklanjuti. Yg ada pegawai itu dimutasi atau tunda naik pangkat. Seperti peraturan senior, senior/atasan tidak pernah salah tapi pegawailah yg sial kena perlakuan seperti itu *pengalaman pribadi
Soal senioritas, menurutku, itu budaya Indonesia (gak cuma di Indonesia ya) yang dibina sejak awal dan parahnya, di sekolah. Tapi kantormu bagus th kalau bisa lapor ke manajemen.
Kantor saya justru sebaliknya. Makanya mungkin makin kesini akan semakin banyak perusahaan yang peduli dengan bullying mau itu pegawai baru atau senior. Ini berdasarkan pengalaman pahit pribadi saya aja 🙂
Mba AI aku ngebayangin ini serem juga yah.. Aku kerja dilingkungan laki laki mba.. Perempuan Ga banyak.. Dan ditempatku semua orang nya nice banget.. Ga pernah Ada bullying atau apapun itu yg negative dikantor.. Semua adem benerr.. Apalagi atasan Ku mba.. Orngnya sweeeetttnya luaarr biasaaa banget. Sama sekali Ga pernah marah, nyuruh2 juga Ga pernah, type nya lbh kepada yang terserah mau kerja kaya apa yg beliau liat hasilnya. Hihi bahkan saat mau traveling cutiku udh habis sama bapaknya dibiarin dikasih aja kata nya masih muda silahkan liat dunia, aku pacaran kan LDR beliau tau mba klo pacarku Lg dateng malah suka ditawarin kalo mau jalan jalan silahkan gapapa ntar pake Surat sakit aja.. Gampang. Hahahaaa Krna HRD dikantor juga enak orngnya mba.. Beruntung banget rasanyaa mba.. 😄😄😄
You are indeed very lucky Laras.
Puji Tuhan pas jadi anak baru nggak pernah ngalamin satu hal pun di atas, Sa. ^_^
Syukurlah Ka.
Bukankah perisakan itu sama artinya NARSIS ? Sepanjang yg saya tau & baca, Narsis itu setingkat lebih rendah dari Psikopat. Walaupun seorang narsis itu adalah psikopat juga.
Orang awam beranggapan kalo sering2 selfie itu narsis. Tapi setahu saya, orang narsis yang sesungguhnya tidak ada hubungannya sama selfi-selfian. Orang narsis itu biasanya cerdas tapi sangat iri dengki terhadap orang lain juga terhadap anak kandungnya sendiri. Dari pengalaman hampir seumur hidup lahir dari ortu yg narsis, bekas temen kerja yg narsis,kenalan yg narsis,tetangga yg narsis, makanya bisa nulis begini.Banyak waktu buat nyari informasi soal narsis ini. Akhirnya,sekarang lebih tau buat ngadepin orang macem kayak gini. Maunya sih kehidupan aman lancar aja, tapi kenyataan kadang berkata lain……
Ulasannya menarik sekali.
Menarik juga, bisa jadi ada korelasi antara narsisme dengan pelaku perisakan.
saya juga beberapa kali jadi korban bullying karena bentuk tubuh tapi sepertinya candaan fisik jadi lazim 😦
Dr post ini jd tau perisakan & ternyata di tpt kerja ada bullying juga.. 😦
Omongin masalah risak ini, ini bisa berhubungan ma gender ga ya ka? Soalnya pengalaman kerja di perusahaan yg berbeda, entah kenapa saya malah lebih nyaman kerja dengan lingkungan yg partner sama atasannya itu malah lawan jenis, soalnya ngegosipnya lebih dikit. Trus kalo emang ada yg salah gitu, biasanya crosscheck atau negurnya bisa diterima lah. Tapi pas lingkungan kerja mayoritas cewe semua dan atasan pun cewek, bisik-bisik ga enak dan perisakan verbal itu berasa lebih tajam deh. Apa perasaan saya aja ya.. 😅
masalah yg gak bakalan selesai ini mah.. aduuh dulu saya juga parah di sekolah, di smp malah sampe dikucilkan… gara2 gak mau ikut2 gaya mereka, belum lagi dua pentolan mereka ngomong2 gak bener tentang saya… sumpah… parah banget… itu pas masa smp… kelas 1. pas kelas 2 juga sama.. pokoknya parah banget.. eh ternyata, mereka yang merisak saya di kelas 2 smp sama yg ngomong gak bener di kelas 1 di keluarin gara2 kasus di smp… pas kuliah… saya juga mengalami hal yg sama, doyan ngecengin… bawa2 ras pula! saya sampe pendiem banget gara2 itu.. pas saya maju disuruh presentasi.. saya tunjukkan kemampuan saya.. akhirnya saat selesai, pada diem semua…. hahahaha *evilsmile*
Ya ampun tulisan iniiiiii aku padamu mbaaak 🙂
Wahh sy baru tau silent treatment trmasuk bulling. Bos sy demen bgt nih diemin ank buah cuman krn hal sepele,,samp seminggu lho. Dari ank buah gk lunch sm2 1meja didiemin,, masa sampe jm istirahat pakek diatur sgala, malezin bgt kn?! Kalo sy type yg bodo amt didiemin. Saya mah ttep makan siank gk prnah samasama 1meja sm mreka.Tmn sy hamil baru 1bln gk bilank dia krn tmn sy jg blm tau pasti hamil ato gk jd msh nunggu kbr dr dokter dl, itu didiemin 1bulan. Punya 8 ank buah, 7 dh prnah didiemin, 1 yaitu saya yg blm ato saya aja yg gk mrasa ya? Krn saya yg cuek disitu, gk penting jg lo diemin gw toh gw ttep bisa kerja n sama2 cari duwit dikantor koq ngapain bawa perasaan yekannn….
Gila itu bos gak dewasa banget sih?