Beberapa waktu yang lalu, seorang teman Indonesia yang tinggal di Jazirah Arab menuliskan pengalaman anaknya dirisak oleh anak lain di dalam bis sekolah. Sang anak yang belum genap sepuluh tahun melaporkan pada orang tuanya dan sang ibu tak tinggal diam. Pihak sekolah, yang bukan sekolah murah, bergerak cepat dalam menangani hal tersebut dan sang anak pun selamat dari dampak lebih lanjut perisakan. π
Ini bukan kasus perisakan di sekolah yang saya dengar. Saat saya bersekolah di sebuah sekolah Katolik di kawasan Jaksa Agung Suprapto Malang, saya pernah dirisak oleh seorang guru. Saat itu, saya yang masih SD tetapi tidak bau kencur bisa melihat bahwa sang guru ini tak akan merisak anak-anak yang datang dari keluarga kaya. Sementara yang datang dari keluarga biasa-biasa, tak mengambil kursus privat dengan sang guru serta tak rajin memberi upeti, seperti saya, rajin dirisak dengan kata-kata kasar. Perisakan ini berlangsung terus menerus lho. Bahkan ketika saya sakit, saya pernah dituduh pura-pura sakit. Dituduh seperti itu di depan lebih dari 30 orang teman sekelas rasanya menyesakkan dan sampai hari ini hal tersebut membekas di kepala saya.
Guru yang sama merisak salah satu orang dekat saya. Jika saya cuek dan menelan semua perilaku sang guru, korban selanjutnya menolak untuk bersekolah. Bahkan rayuan dari suster kepala sekolah tak juga diindahkan dan kegiatan mogok sekolah dilakukan. Korban perisakan ini kemudian menolak untuk sekolah disana selamanya dan lebih memilih untuk pindah sekolah. Padahal kepindahan sekolah pada tahun terakhir studi membuat sang korban harus menunggu tahun ajaran berikutnya (karena masalah administrasi Ebtanas). Sampai detik ini saya tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi yang saya tahu perisakan itu telah mengakibatkan hilangnya satu tahun hidup sang korban. Beginilah kalau guru tak memahami psikologi anak.
Sekolah-sekolah tempat perisakan di atas terjadi bukanlah sekolah murah. Perisakan memang tak kenal sekolah mahal ataupun sekolah murah. Dari sebuah presentasi UNICEF awal tahun ini, data menunjukkan bahwa 50% anak-anak kelas 8-9 mengalami perisakan. Korban perisakan anak laki-laki sendiri jauh lebih tinggi ketimbang perempuan. Yang mengejutkan, Indonesia ternyata merupakan negara kedua dengan perisakan tertinggi, setelah Jepang..mengejutkan!
Bagaimana dengan pelakunya? Pelaku perisakan tak hanya guru, seperti yang saya alami, tetapi juga teman satu sekolah, baik yang di dalam kelas yang sama atau yang lebih senior. Soal senioritas ini tentunya kita masih ingat dengan kasus perisakan fisik yang berujung kematian di sebuah sekolah terkenal di Jakarta.
Perisakan tak hanya yang sekali di awal tahun ajaran dalam masa yang lebih pendek, tetapi juga terus menerus sepanjang masa studi. Di jaman modern ini perisakan juga sudah melebar hingga ke ranah media sosial. Yang membahayakan, perisakan ini menyebabkan kerusakan tak hanya diisi rapi juga psikologis. Pada beberapa kasus bahwa menyebabkan kematian dan bunuh diri.
Bagi orang tua, ada beberapa hal penting yang rupanya perlu dilakukan:
1. Beritahu anak apa itu perisakan, termasuk cyber bullying. Soal ini nanti kapan-kapan saya tulis terpisah ya. Datanya tak kalah mengagetkan
2. Ajarkan juga anak untuk bercerita. Ini orang tuanya juga mesti belajar mendengarkan ya. Jangan sibuk main gawai aja. Pada saat yang sama, orang tuanya juga jangan bereaksi secara berlebihan. Apalagi langsung nyamperin si anak yang melakukan perisakan. Jangan ya jangan!
3. Komunikasikan pada sekolah dan minta sekolah mengeluarkan rencana yang jelas untuk menangani hal ini.
4. Sebelum memilih sekolah ada gunanya menanyakan apakah sekolah memiliki kebijakan perlindungan anak (child protection policy) dan ramah anak. Ini mestinya diletakkan di nomor satu ya. Btw, Sekolah Cikal di Jakarta konon punya kebijakan ini. Ah tahu gitu saya sekolah di sana aja, gak usah repot-repot sekolah di Malang dan dirisak guru edan itu.
Bagaimana dengan kalian, pernah mengalami perisakan di jaman sekolah?
Xx,
Tjetje
Baca informasi lebih lanjut tentang program anti bullying UNICEF di Indonesia di sini.
Booklet untuk orang tua bisa diunduh di sini (dalam bahasa Inggris)
Baca juga: Perisakan di Dunia Maya (Cyberbullying)
Ah, guru edan itu masih ngajar di sekolah itu gak, sih? Ini aku udah rencana mau masukin anakku ke SD situ nanti kalo pindah ke Malang π¦
Aku sih merasa ga pernah dibully sama guru, tapi ada lah satu teman yang dulu beberapa kali jahatin aku tapi aku telat ngerasa kalo dia sebenernya jahat #kusut, hahaha itu termasuk bullying bukan ya. Tapi setuju, jadi ortu emang harus banyak2 ngobrol sama anak. Topik ngobrolnya juga jangan yang soal pelajaran sekolah aja, tapi juga soal teman2nya atau gurunya. Atau siapapun lah yang dia temui selama di luar rumah.
Jahatnya gimana? Kalau konstan ya Males.
Guru edan dipecat dari sekolah itu setahun atau dua tahun setelah kejadian. Setelah Bullying dia cuma diturunkan ngajar ke kelas satu.
Coba tanya aja ke sekolahnya (ini yang di seberang hotel ya), punya kebijakan perlindungan anak gak. Karena tahun itu (kejadiannya sekitar tahun 95an) jelas gak ada.
Iya, yang seberang hotel itu. Pasti nanti akan ditanyakan ke sekolahnya mengenai kebijakan perlindungan anak ini. Terus terang aku baru kepikir setelah baca postingan ini sih. Tiap mau masukin anak ke sekolah baru wajib ditanyakan. TFS ya, Ai!
Parah banget itu sampai pindah sekolah. Kira-kira gurunya merasa bersalah nggak ya? Kalo aku pernah dipermalukan sama guru Math waktu SMA di depan kelas karena kurang bisa pelajaran dia. Sampai sekarang nggak bisa lupa sama ucapannya waktu itu π
Di sma aku punya guru fisika yang hobi ngebully juga. Fisik dan psikologis. Satu kelas dibully, kecuali yang super pintar, bahkan ada yang disuruh pindah sekolah (anak Kabupaten disuruh sekolah di Kabupaten aja). Dia gak kuat akhirnya pindah.
Gurunya aku yakin merasa bersalah, kalau masih jadi manusia. Kasihan lho si bocah itu bener2 trauma, tapi langsung jadi happy banget begitu pindah sekolah.
Perisakan itu, bullying kah mba? Kalo iya, aku juga pernah di bully di sekolah lewat ejek ejekan gitu, karna pesek lah, karna bokong gede lah >,<
Iya perisakan itu Bullying. I’m so sorry kamu harus mengalami hal itu. Nampaknya para pelaku gak tahu bahwa kita semua cantik.
Iyaa mbaa, heheh.. bteweh dapat tmbahan kosa kata baru nih, jujur slama ini aku g tau apa bhsa Indo-nya bullying >_<
Yang paling utama menurut aku sebab dari perisakan itu sentimen pribadi. Kalau guru itu emang doyan merisak dengan sindiran kayaknya. Merisak dengan cerdas (atau mempermalukan) di depan murid lain. Yang model gini terkadang bikin siswa bingung karena banyak masyarakat belum paham kalau kata2 sindiran pun termasuk perisakan, dan hal itu diikuti murid yang berujung pada senioritas di sekolah. Walaupun dulu sempet santer kalau plonco2an bakal dihapus karena bullying tapi sekarang kayaknya pemerintah tutup mata. Justru kalau sekarang kalau guru merisak murid, nantinya orang tua yang merisak guru. Hehehe..
Wah kosakata baru: perisakan. Dari kata isak (nangis) kah?
Kl saya dulu tipe anak yang berani berontak, ada yang nyoba bully lawan. Pernah nampar temen sekelas yang ngata2in saya anak kampung (meskipun aselinya iya π ), padahal badan dia lebih gede. Tapi, akhirnya setelah ditampar si-anak tersebut berhenti membully…
Iya ini kosakata baru juga bagi saya, kata dasarnya isak. Selain perisakan ada kata lain yang digunakan, saya lupa, tapi banyak yang lebih suka pakai perisakan.
Btw, nampar teman itu masuk merisak juga gak ya?
Hehe boleh jadi, tapi kl enggak ada yang ngelawan tuh anak selamanya dia bakal sok jago sih mbak.
Guru SD ku (sekolah negri deket rumah) sungguh luar biasa…kejadiannya pas baru pindah ke jkt kelas 4 Sd. Guru kelas 4 bu azizah (gue sengaja sebut nama..soale kesel) aslik orangnya rasis banget. Suka bikin jokes tentang Yesus, plus teman2 juga suka bikin kata2 sperti ini “Joice Tuhannya Tuhan Yesus,makan pilus keselek mampus”…. kalau dipikir2 sekarang..no wonder saya bebas dibully dulu ama temen2 lah wong gurunya juga gilak. Naik kelas 5 gurunya baik dan normal tapi kalau ama yg cantik makin2 ramah. Naik Kelas 6 namanya pak Bejo hobinya main pingpong…keringetnya suka dipeperin ke kita. Dia kira itu lucu kali…pretlahh!. Tapi paling ga lucu lagi dia suka peperin upilnya ke kita. SARAAAAAAPP tuhh skolahhh! Tuh guru2 pengen gue temuin satu2..pengen gue ungkapin aib2 masa lalu mereka sebagai pendidik abal2…tapi yg paling gue sebelin dari semua itu ya si bu Azijah… isssshh esmosi dah gue tje. Maap yaaa jd curcol.
Ya ampun, kamu dibully karena minoritas ya. That’s bad Joyce. Jahat banget gurumu itu, semoga dia diampuni dosa-dosanya.
Iya tje…sedih yak…
Kalo dipanggil di depan kelas itu perisakan bukan ya? Traumatis loh pas itu.
Yang ga terlupakan itu, jaman SMP (itu tuh yang deketnya bakso bakar enak di Malang) ada satu siswi yang suka diejekin anak-anak sekelas. Cuma kita-kita remehan peyek yang ga masuk geng kelas yang main sama dia. Sampe akhirnya satu-satu rontok gengnya. Bahkan yang dulu ngerisak dia, akhirnya temenan juga sama dia karena dibuang gengnya. Duh Gusti, kalo dipikir-pikir, masih untung aku masih waras dengan perisakan dan pelecehan dan KDRT hahaha *melipir jauh-jauh*
Oh, mbak Ai, denger berita protes yang guru motong rambut murid terus ortu murid balik motong rambut guru? Itu termasuk nggak ya? Kalo yang aku tahu di luar, misalnya ke murid kulit hitam dengan rambut ga dikuncir/dikelabang gitu, kalo gurunya nekat motong rambut murid bisa dituntut juga,
Hah? yang deket bakso bakar enak? Yang angkanya genap apa angkanya ganjil? Aku dulu juga sekolah disana.
Paling miris ketika membaca cerita malah guru yang merisak anak didiknya. Gila!!
Pernah dan nightmare bgt, mbak.. Pelakunya teman sekelas (1 vs 30) untungnya sekolah cepat bertindak setelah saya lapor ke ortu dan ortu lapor ke guru.
Sebenarnya saya punya teman yang membela saya ketika dirisak namun terkadang mereka diancam jg dgn pelakunya ini. Saya jadi kasihan
Perisakan gak hanya terjadi di antara guru dgn murid, murid dgn murid atau senior dgn junior. Kedengerannya emang ‘anti mainstream’, tp perisakan jg bisa dilakukan oleh dosen kpd mahasiswanya yg dianggap terbelakang dan jenis perisakannya perisakan verbal. Okelah mungkin itu bertujuan baik supaya mahasiswanya yg dianggap terbelakang itu mau semangat belajar, tapi cara menyemangatinya itu yg kalo bagi aku sulit ditolerir. Misalnya mahasiswanya yg dirisak krn terbelakang itu anaknya golongan orang ekonomi mampu lalu si dosen dgn seenaknya bilang ‘anak orang kaya malas2’ atau ‘suka hura2’ atau apalah yg gak enak didenger.
Coba kakak lihat postinganku yg judulnya “Hitam, Harus Dibedaki?” deh. That’s another story of dosen yg ingin memperkuat mental mahasiswanya, tapi nyuruh mahasiswa itu make bedak krn dia kulitnya gelap
Dear mb Ailsa,
Sy prnah jg mengalami bullying mulai s.d s/d kuliah di p.t di jatim namun sy anggap angin lalu krn gk begitu mengganggu..masuk dunia kerjapun yg terakhir bbrp thn yg lalu sy jg mengalaminya kala itu sy baru msk komunitas fasilitator di suatu lmbaga diklat..mngkn ada satu atau lbh fasilitator yg sdh senior disitu jealous sm sy yg secara level senioritas jg sm atau lbh rendh dr sy membully sy ug sy rasa sdh terlalu..langsung sy sambar lha wong level gitu aja kok arogan??fasilitator disuatu lmbaga diklat tingkt nasional yg sering diundang ke l.n yg notabene english speakingnya cas cis cus aja orangnya humble bangeet..lha ini boro2..langsung diaam mereka…hahaha
Yg harus diperkuat adalah mental anak2 kita ya, karena kita terkadang ga bisa mencegah kapan dimana oleh siapa mereka dibully..
Ini kosakatanya agak masih asing bagiku, maksudnya bikin anak nangis atau dibully gitu ya…
Gurumu rada2 juga ya… kalau dia tau sekarang siapa dirimu paling ntar kalau ketemu tiba-tiba jadi manis deh, hehehe.. bilang gini : Ailtje emang udah keliatan pintar dari dulu ya… ibu mah udah yakin… bla..bla..bla… hahaha
Hahaha kalau ketemu aku pura-pura gak lihat aja lah. Males basa-basi.
Hahaha… benerr… Berbasa-basi justru lebih melelahkan…
Btw ini gurunya cowok. Pas SMA baru dibully guru cewek. Guru fisika. Nah ini baru aku pengen samperin. Sambil pengen teriak di mukanya: gue gak butuh fisika lagi. Jadi gak perlu ngejorok2in kepala murid #IniAkuDendamBanget
Pak gurunya ntar ketemu dirimu, dia bakal bangga2in dirimu dah…hehehe
Guru fisikanya sampai jorok2jorokin pala murid? sadis amaat?
saya dari sd sampe smp dah kenyang di risak.. sekarang pun kebal jadinya… cuek bebek saya jadinya, gak peduli sama orang mau ngomong apa.. di masa kuliah juga sama… mungkin karena saya terlalu pendiam, jadinya disangka kaku, mereka doyan ngejek2 atau istilah kekinian : nge-ceng2in… sampe doyan menertawakan saya..
ngeceng2in meskipun niatnya bercanda, tapi kalo sampai menertawakan kan hitungannya udah membuat tertekan…apa itu termasuk perisakan bila kita tertekan /down ?
aku baru tau ttg hasil survey itu. wow jepang?? padahal pendidikan jepang bukannya digadang2 sbg pendidikan yg mengedepankan karakter anak? baru tau..
aduh perisakan.. sptnya kalau di Indo sdh lebih jadi budaya ya mba Ai, lebih tepatnya mgkn mereka ngga sadar kalau itu bully.. wong malah dianggap lucu. apalagi semua mendukung, ya media, keluarga, sekolah..
Pingback: Perisakan di Dunia Maya (Cyberbullying) | Ailtje Ni Diomasaigh