Pernah dengar tentang hoarder? Terus terang saya belum menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia, yang saya tahu dalam bahasa Jawa kebiasaan ini dinamakan nyusuh. Jadi menyusuh ini berarti menimbun barang-barang yang sudah tak diperlukan lagi karena merasa di masa yang akan datang barang-barang tersebut akan diperlukan. Selain karena merasa masih diperlukan, ada perasaan cemas sehingga tak bisa membuang barang yang sebenarnya sudah bisa dimasukkan kategori sampah atau tak penting lagi. Selain barang tak berharga, menyusuh juga menyimpan barang-barang yang dianggap sentimental, contohnya tiket nonton ke bioskop, tiket kereta.
Kebiasaan nyusuh ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah tua, walaupun ada juga anak-anak yang muda yang hobi melakukan hal tersebut. Yang ditimbun apa aja? Pada prinsipnya segala macam hal yang bisa ditimbun ya harus ditimbun, karena ada keengganan untuk membuang. Yang saya tahu, orang-orang ini sering menimbun kertas, termasuk koran, tagihan dan bukti pembayaran dari jaman baheula (mungkin takut jika masih diperlukan), hingga peralatan mandi macam sampo yang sudah tinggal seiprit. Botol-botol shampo ini tak boleh dibuang karena masih ada sisanya, padahal produk-produk kecantikan tersebut punya masa kadarluarsa. Kantong-kantong belanjaan, label-label pakaian (label yang kertas ya), dan barang-barang gratisan juga sering ditimbun mereka.
Hoarding sendiri gak sama dengan koleksi. Jika koleksi disimpan secara rapi dan tertata bahkan dibeli dengan harga mahal (dan dipamerkan sebagai sebuah kebanggaan), barang-barang susuhan ini disimpan sekenanya saja. Karena tak tertatanya dan karena banyaknya barang yang disimpan, sang empunya biasanya seringkali tak punya ruang penyimpanan lagi. Pada level yang belum parah, biasanya satu kamar akan dijadikan “korban” dan berada dalam kondisi berantakan, tapi pada kondisi yang sudah parah bisa-bisa satu rumah pun dihabiskan untuk menimbun harta karun. Seringkali kondisi ini menciptakan ruang gerak yang terbatas dan biasanya, sang pelaku sangat keras kepala hingga susah diingatkan. Pun kadang mereka tak tahu bahwa yang mereka lakukan ini salah dan tak sehat. Malah kadang kalau diingatkan yang begini suka ngamuk-ngamuk tak jelas, orang lain yang disalahkan. Kalau nekat membuang tanpa memberi tahu, bisa pecah perang dunia ketiga deh.
Salah satu keluarga jauh kami memiliki kebiasaan ini dan kebiasaannya masuk dalam kondisi parah. Rumahnya penuh dengan barang-barang, kamar mandinya juga dipenuhi dengan puluhan botol-botol shampo. Jika sedang membahas tentang si Tante ini, kami seringkali bertanya apa yang menyebabkan ia begitu tekun menyimpan barang tak berguna dan kesusahan untuk letting go things. Di Indonesia saya juga mengetahui beberapa orang terdekat yang melakukan hal serupa.
Kami yang bukan ahli kejiwaan ini kemudian menarik benang merah bahwa orang-orang yang menimbun barang ini biasanya kehilangan anggota keluarganya sehingga mencari penghiburan dari barang-barang yang mereka timbun. Suatu hari ketika mereka memerlukan sesuatu, mereka akan ada pada posisi dimana mereka memiliki. Tapi ya itu kan teori abal–abal dari obrolan pria Irlandia dan perempuan Indonesia yang lagi bosen ngebahas Brexit.
Rupanya, kebiasaan hoarding ini merupakan sebuah gangguan yang juga bisa menjadi gejala dari dari gangguan lainnya. Rupanya, menyusuh ini identik dengan obsessive-compulsive personality disorder (OCPD), obsessive-compulsive disorder (OCD), attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), dan tentunya depresi. Soal yang terakhir ini, di Indonesia saya jarang banget dengar. Sementara disini, banyak sekali orang-orang yang mengalami depresi.
Nah kalau sudah gini, saya hanya mengingatkan saja, jika punya teman atau anggota keluarga yang melakukan hal serupa, tolong dibantu supaya tak kebablasan. Paling utama tentunya ajak ngobrol dulu, kasih materi bacaan tentang hoarding, lalu jika orangnya sudah siap, bantu bersih-bersih juga. Jangan dipermalukan juga, karena kondisi ini akan semakin menekan mereka. Lalu, kalau sudah siap, bantu bersih-bersih.
Pernah melihat tukang nyusuh?
xx,
Tjetje
Pernah. Tanteku.
Sebenarnya dia jadi (saya dan keluarga bilang) penimbun, sejak dulu.
Tapi karena masih bekerja jadi belum ‘parah’.
begitu dia pensiun, rumahnya langsung gak ada tempat buat duduk.
dari ruang tamu sampe lantai 2 (dia cuma tinggal sendiri) PENUH BARANG.
persis kayak foto di atas.
dari kotak bekas coklat, tissue, buku, baju kerja (padahal sudah tidak kerja), tas ‘go green’, tas, sepatu sejak tahun 70an dll ada di rumahnya.
satu persatu keluarga sudah sering ajak ngomong pelan pelan tapi ya itu selalu merasa bahwa dia butuh semua barang itu.
sudah sering diberesin sama mamaku, gak lama udah penuh lagi rumahnya 😦
Tantenya janda? Atau pernah kehilangan anggota keluarga terdekat?
dia memutuskan untuk gak menikah sih 🙂
Wahhh ini … Bapak Ibu saya termasuk dua orang yang suka nyusuh. Setiap kali saya mau bantu bersihkan dan rapikan rumah mereka dari barang-barang yang sudah berjuta tahun lamanya dan tidak dipakai pasti tidak terijinkan karena setiap barang punya sejarah sendiri bahkan sampai meja TV dari tahun 80an yang sudah berkarat, sepatu kulit yang sudah penyok dan berdebu, kursi plastik yang sudah dikawat sana sini agar tetap bisa diduduki. Belum lagi ditambah kebiasaannya membeli perabotan baru. Kadang saya bingung bagaimana untuk membantu mereka karena semakin lama rumah jadi tidak sehat, banyak barang, banyak debu.
Dikirim liburan aja Mbak. Nanti begitu balik kembali, rumahnya sudah bersih 😉
Kalau saya kebalikan nyusuh, alias tukang buang atau tukang kasih2 barang. Bukannya sok kaya, cuma kalau barang sudah ga kepake rasanya mending dikasih ke orang lain supaya bermanfaat atau kalau yg jelek langsung dibuang. Saudara deket saya ada yg agak nyusuh dan dia suka marah2 sama saya yang suka buang kasih barang. Saya bilang ke dia saya ga suka liat rumah penuh kayag tempat pembuangan sampah. Hahaha 😄
Rasanya lebih baik buang2 atau diberikan dan kalau perlu beli, daripada ditimbun jadi lautan sampah..
Aku baru tau ada istilah tukang nyusuh Mba hehehe kalau di keluarga aku ada Alm. Papa yang suka nimbun barang, sampai ban mobil yang udah gundul bekas mobilnya aja disimpan, di rumah gudang sampai ada 3 (tadinya satu, tapi akhirnya 1 kamar tamu dan 1 kamar ART dijadiin gudang) saking banyaknya Beliau nimbun barang. Apa aja ada deh termasuk buku pelajaran anak anaknya dari SD.
Terus kalau disuruh buang gak mau ya? Btw menyusuh itu istilah bahasa Jawa, aku harus cari tahu istilah bahasa Indonesianya.
Aku termasuk diantaranya, turunan dari nyokap hihihihi tapi belum tahap parah siiih yaa, lumayan majalah Gadis dari jaman SMP sampe akhirnya kalau nggak salah 2 tahun lalu diloakin juga setelah disimpen let’s see… more than 20 years, sigh.. hahaha..
iyaa.. jadi mikirr.. bahasa indonesianya apa ya? ahhaha.. si penimbun barang? hahaha. aku benernya ada sedikit masalah ituu.. suka sayangg bngt buang barang.. buang barang tuh harus beraniin diri bngt.. haishh..
mas bebebku tuhh suka nyusuh boarding pass….kalo boarding pass yang pas Eurotrip sih gapapa bisa dibikin scrapbook, tapi ini boarding pass tiap terbang 2 minggu sekali…kebayang banyaknya x_x
Mungkin buat deklarasi ongkos ke kantor bukan Dit atau dia simpen boarding pass jalan-jalan kalian? 😉
aku ada mba ail,om ku itu koran dari tahun jebot sampe sekarag masih ada numpuk dimana-mana dirumahnya,belum lagi kardus-kardus bekas dan barang-barang perintilan lainnya. rapihnya itu adalah pas anaknya nikah aja sekitar 7 tahun yang lalu selepas anaknya nikah belum ada lagi yang berani bongkar-bongkaran lagi ampe sekarang……
Untung keluargaku keturunan punya alergi debu. Boro-boro nyusuh, rumah gak dibersihin sehari aja udah pada bersin-bersin semua seharian! 😀 Tapi aku kaget loh baca postingan mbak ini, aku selama ini ngirain nyusuh ini cuma ada di reality show di TV Amerika. Ternyata ada beneran!
aku baru tahu kak ada istilah nyuruh, pernah lihat kak dulu banget
Saya suka menyimpan tiket kereta dan karcis-karcis masuk taman bermain/objek wisata/cagar budaya. Tapi semua disimpan dalam scrapbook, jadi mungkin masuk kategori koleksi, ya. Soalnya benda-benda itu punya nilai sentimental dan jadi pengingat bahwa saya pernah ke sana. Kalau soal botol-botol sampo selalu saya buang kalau sudah habis, buat apa simpan sampah. Saya pernah lihat juga sepertinya hoarder ini, yang disimpan kotak bungkus rokok, kemudian disusun di ventilasi. Nggak ngerti juga apa maksudnya, mungkin bangga sudah merokok sebanyak itu.
Iya itu masuk koleksi, koleksi sentimentil. Kalau nyusuh ini kurang terorganisir.
Terkadang aku juga menyusuh barang. Tapi lama kelamaan kok bikin penuh dan nggak berguna ya. Akhirnya sekali waktu aku buang, hahaha 😆 .
Nah kalau tukang nyusuh gak mau buangnya.
aku nyimpen boarding pass dari perjalanan ke luar negeri yg jumlahnya gak seberapa, ini masuk nyusuh juga ya?
Dipakai apakah boarding passnya? Kenang2an?
hooh karena perjuangan membeli tiketnya yg selangit (menurut kantongku)
Duh baca ini aku lsg tunjuk tangan. Aku juga nyusuh lho. Haha 😆 Tapi ga dalam tahap parah, dan semoga gak. Kalo di dalem dompet, aku nyusuh nota pembelian, karcis, struk atm, kartu kartu ga penting, sampe dompetku menggendut, baru deh dipilih pilih lalu dibuang. Ehm…nyusuh tiket bioskop sama nota makan juga, tapi ditaruh di album. Nyusuh buku buku, kalo mo nyari kertas nilai kuis jaman kuliah aku masih nyimpen lho 😆😆 Iya bener bgt, di rumah ada satu kamar yg saking banyaknya barang udah mirip gudang. Pernah sih bebersih, udah buang2 barang, tapi kok ya barangnya masih numpuk aja.
OMG!!! Itu kenapa hasil kuis jaman kuliah masih disimpan? Padahal gak ada gunanya.
Terus kalau ada yang mau buang ngamuk gak?
Ehm, dulu kalau ada yg buang barang2ku aku pasti ngamuk, pernah jaman msh SD tanteku ngerombeng barangku dan aku lsg ngamuk. Tukang rombengnya kusuruh balikin barangku.
Tapi kalau skrg, kalau ada yg mau buang, silakan buang aja. Tpi krn udah pada tau mgkn ya, jadi org2 rumah kalau mau buang sesuatu pasti nanya dan suruh aku sortir dulu, mana yg boleh dibuang mana yg enggak.
Oh ya mbak, aku skrg lagi nyimpen satu kresek gede bekas botol teh kemasan, sama satu kardus kecil botol kaca bekas minuman kemasan juga. Nyusuh ya? Udah mau kubuang, tp kmrn sempet kepikiran ni barang mau di DIY in, cuma ga kepegang sampe lama bgt dan akhirnya jadi numpuk ga jelas. Kebawa lho, tiap kli aku minum dari botol kaca ato apa gt,kalo pas di rumah itu botol kusimpen biasanya
Busyet niat banget.
aku juga masih simpan nilai kuis jaman kuliah. Emang nggak ada gunanya 😀 waaah jadi pengen decluttering gudang lagi tahap 2 nii.. hihihi..
Aku ngerasa oma aku punya tendensi jadi tukang nyusuh. Dia suka banget nyimpen barang-barang, bahkan rumah udah renovasi jadi model minimalis tapi masih suka banget naro banyak dekorasi yang adalah koleksi dia dari tahun jebot (gak nyambung kan sama arsitektur rumahnya). Udah gitu dia sering banget bongkar2 gudang rumahnya, untuk nyari sesuatu yang udah bertahun-tahun gak diliat, terus cuma buat dibersiin, dan dimasukin ke gudang lagi… padahal sama aja kan ya nyimpen debu juga? Dan kalo setiap aku bilang mending bikin garage sale aja atau disumbangkan dia selalu misuh-misuh sendiri.
Efeknya ya itu… Dia selalu marah-marah banyak debu di rumah, padahal kan itu karena kebiasaan dia mendekor rumah dengan terlalu banyak dekorasi.
Dalam kadar yg ringan, ibuku tukang nyusuh itu.. Sebagian besar karena alasan sentimental, misalnya utk kenang-kenangan momen tertentu. Contoh: waktu aku hamil, dia kasih aku baju hamil waktu dia hamil anak pertama (ya diriku ini si jabang bayinya😱).. Itu kan 40 tahun yg lalu😁 Sementara aku mah kebalikannya: si tukang sortir + bagi-bagi barang. Aku suka ruangan yg rapi, bersih, dengan perabotan sesedikit mungkin..
Waaaah terus bajunya masih muat? Kalau dipikir2 manis ya.
Aku suka nyusuh, tapi terus aku buang. Suamiku kayanya tukang nyusuh deh. Soalnya ada beberapa kaos yang ga mungkin dia pake lagi ga boleh dibuang dengan alasan bekas kenang2an acara kantornya. Tapi, lama – lama aku pilih lagi dan ada beberapa yang dia relakan buat dibuang 😀
Ada beberapa acara TV tentang tukang nyusuh. Partnernya udah ngga tahan hidup sama mereka jadi menyewa orang profesional yang bantu sortir, bebenah dan buang barang – barangnya. Emosional bener loh Tje.
Pasti berat banget buat mereka untuk letting things go. Acara2 Itu ada follow upnya gak ya? Siapa tahu abis dibersihkan, kumat lagi.
Acara apa mbak Yo? Ada di YouTube gak ya kira2, penasaran hmmm.
Acara TV Belanda, ngga tahu deh ada atau ngga di YouTube
Aaah inii dia aku baru mau komen. Akupun pernah nonton acara TV tentang tukang nyusuh ini, lupa nama program nya. Aku cuma bisa bengong liat rumahnya, dan ikutan sedih juga sih jujur pas liat para penyusuh itu nangis2 saat barang2nya disortir dan rapikan sama profesional. 😭
Beda orang beda nyusuhnya mbak. Kalo mamaku nyusuh foto2 cetakan dr zaman beliau kecil sampe terakhir kerja di BNI. Mgkn krn kenang2an kali ya. Waktu tau sebagian fotonya dibuang beliau nangis kejer bgt sampe 2hr kagak makan.
Kalo aku nyusuhnya majalah, tp pas pindahan dr Bali ke Jkt kmrn terpaksa kubuang2in krn gak mungkin dikargoin juga kan 😂 dr segi biaya dan ruang rumah
Eh kalau foto lain kali ya, karena ada sisi kenangannya. Sementara kalau majalah, abis baca aku buang ke tempat sampah.
Kasihan sbnrnya seorang hoarder itu. Channel 4 kadang menayangkan council ngirim petugas u/ bantu clear out rumah2 hoarders. Biasanya tetangga atau famili yg nelp council. Mending kl koran atau pernak pernik yg ditimbun, ada juga mknan 😦 kulkasnya sampe iteeemmm.
nga kebayang debu dan kotoran nempel disela-sela barang yang ditimbun. pernah lihat acara tv tentang perilaku orang nyusuh. dan eks teman kantor punya kebiasaan yang sama, sampai hasil test beton dan batu/tanah uji dikumpul dan dideretin gitu didalam lemari. kita pikir isinya apa, ehh taunya batu, tanah, pasir ada didalamnya. hikss nga ngerti tuch barang ngapain juga dikumpul2in.
Hasil ujian tanah dan beton, wah ajaib bener.
Aku jadi inget sebuah film, judulnya Doris atau apa ya… Agak lupa. Hehe
Aku dulu termasuk penyusuh, baca artikel ini jd ingat dulu suka bgt ngumpulin karcis bioskop ampe disimpen disatu dompet khusus, ga ada maksud apa2 sih seneng aja ngumpulinnya. Terus struk2 belanja, makan, narik atm apapun deh itu ampe dompet tebel banget tapi bukan isi duit tapi struk 😁 terus sama kantong belanja, bahkan ampe sekarang itu masih berlanjut. Komik2&buku bacaan, boneka, suvernir atau pernak pernik dari orang/dapet dr nikahan, sepatu2 jaman dulu sekolah pun masih tersimpan rapi ampe debuan. Ternyata itu penyakit kejiwaan ya, baru tau 😅
Hayo mulai dibuangin
Walau org jawa aku br tau istilah nyusuh.. dulu liat ibuku tmasuk yg begini, suka nyimpen barang2..tnyata sedikit banyak nurun ke aku..barusan beberes punya tas2 dr event2, plastik2 dan paper bag belanjaan, laundry bag dr hotel, kemasan dan kardus kosmetik 🤣🤣 huhu..i need marie kondooo
Buang buang buang