Enggan Berobat ke Dokter

Di masyarakat kita ada anggapan yang beredar bahwa dokter-dokt ergampang memberikan antibiotik. Sakit apapun dihajar dengan antibiotik. Bahkan konon ketika tidak perlu, sehingga tubuh lebih kebal terhadap antibiotik.

Terus terang saya tak tahu apakah anggapan ini hanya rumor yang berimbas buruk pada reputasi kebanyakan dokter di Indonesia, atau disebabkan oleh keengganan kita ke dokter hingga harus menunggu infeksi dulu (dan perlu dihajar antibiotik), ataukah memang dokternya mendapatkan fee yang lebih besar jika menjual antibiotik sehingga rela melanggar janji dokter. Entahlah, yang jelas, pengalaman saya dengan dokter tak selalu buruk, ada kalanya saya bertemu dokter yang enak dan bisa diajak diskusi tapi ada kalanya juga saya pulang bawa obat satu plastik (yang jika dihitung baru akan habis setelah tiga bulan) dan tentunya bikin asuransi bocor. Bahkan pernah saya dirawat secara heboh macam alkoholik veteran dengan biaya menjulang tapi ternyata second opinion menunjukkan saya hanya sakit demam! Deman saudara-saudara!!!!

Keengganan kita ke dokter, menurut saya disebabkan banyak hal. Faktor ekonomi salah satunya. Dokter di banyak tempat identik dengan jasa yang mahal. Wajar saja karena sekolah mereka juga tak murah. Munculnya BPJS harusnya menumbuhkan kesadaran untuk berkunjung ke sistem kesehatan masyarakat seperti puskesmas, tapi yang saya baca, masyarakat ke dokter bukan untuk minta pengobatan tapi minta langsung dirujuk ke rumah sakit. Padahal dokter tak bisa sembarang merujuk.

Selain faktor ekonomi, ada faktor lain, yaitu kepercayaan akan “penyakit mitos”, contohnya angin duduk atau masuk angin. Dalam dunia kedokteran, masuk angin bukanlah sebuah penyakit. Nah karena semua hal dianggap masuk angin (pegel-pegel, perut kembung, pusing), otomatis intervensi dokter tak diperlukan. Cukup disembuhkan dengan tolak angin, kerokan (dikerik) atau dibalur penghangat seperti minyak kayu putih atau balsem serta dilawan dengan berbagai macam ramuan herbal. Biasanya, hal-hal tersebut manjur, sehingga menguatkan ketidakperluan ke dokter.

Penyakit-penyakit mitos ini semakin memperlemah kebutuhan mengunjungi dokter, karena anggapan penyakit tersebut bisa diselesaikan secara alternatif. Ya kalau sakit sekelas “masuk angin” saja memang bisa disembuhkan dengan istirahat. Tapi penyakit seperti kanker, HIV/AIDS mana bisa dikasih jampi-jampi lalu mendadak hilang dari tubuh?

Selain itu, saya perhatikan masyarakat kita juga masih banyak yang takut dengan prosedur kesehatan. Contohnya, sakit amandel yang pernah saya bahas di sebuah postingan. Jika ditilik, ada beberapa komentar yang menanyakan pengobatan alternatif untuk mengecilkan amandel sehingga tak perlu operasi. Aneka rupa ramuan pun dicoba dengan harapan amandel bisa mengecil, sehingga tak perlu dioperasi. Tentu saja tak akan berhasil dan jika tak berhasil (serta kondisi sudah parah), barulah kembali ke dokter. Jangan salah, saya juga seperti ini lho, enggan dioperasi karena kebanyakan lihat Grey’s Anatomy. Keengganan ini tentu saja dimanfaatkan sebagai peluang bisnis oleh tak lain tak bukan, para sales multi level marketing yang berdagang obat herbal. Sakit apapun, diklaim bisa disembuhkan dengan obat herbal. Bukannya saya anti obat herbal, tapi tak adil jika orang yang berjuang untuk hidup harus diberi harapan palsu dan “diperas” supaya sang pedagang MLM bisa naik jenjang ke tingkat  berlian atau bagian naik ke langit ke tujuh.

Kendati takut pada dokter dan prosedur kesehatan, masih banyak juga orang yang  tak takut pada sangkal putung, alias dukun tulang. Dukun tulang ini mengobati patah atau retak tulang tanpa sekolah kedokteran dengan melihat hasil rontgent daerah yang patah. Harganya pun “Lebih mahal” dari dokter, apalagi jika di kemudian hari tulang ini salah pengobatan dan harus dipatahkan lagi untuk diperbaiki. Nah lo!!!

Btw, baru-baru ini saya membaca orang yang menolak diobati dokter walau sudah didiagnosis sipilis. Lalu saya pun iseng menggoogle dampak negatif sipilis jika tak diobati, hasilnya mengerikan. Silahkan di Google sendiri.

Keengganan mengunjungi dokter, mendapat pengobatan yang tepat ini nampaknya banyak terjadi di masyarakat kita. Kesadaran asuransi kesehatan juga tak kalah rendahnya. Bahkan dengan BPJS yang cukup murah saja masih banyak  yang membayar iuran ketika sakit saja. Saat sehat tak mau bayar iuran.

Saya sendiri beruntung, bisa punya teman dekat dokter yang bisa dimintai pendapat kesehatan, masukan atau bahkan reset obat-obatan. Sang dokter bahkan bisa diajak berdiskusi tentang antibiotik tanpa merasa tersinggung dan mendadak defensif (pernah ketemu dokter yang model begini). Nah dokter seperti ini nih yang harusnya kita jadikan dokter keluarga. Sayangnya di Indonesia yang seperti ini jarang banget.

Bagaimana dengan kalian, suka ke dokter, dukun atau malah dokter Google?

xoxo,
Ailtje

Advertisement

46 thoughts on “Enggan Berobat ke Dokter

  1. Di kampung saya udah banyak dokter yg buka praktik. Dan harganya juga murah sesuai dengan pendapatan masyarakat sekitar. Jadi, nggak mahal menurut saya pergi ke dokter untuk periksa jika ada keluhan.

  2. Iya juga ya, ketakutan yang macam-macam (operasi, obat ini-itu, dirawat-jalan lama di rumah sakit, dll) justru “membuka peluang bisnis” bagi beberapa orang.

  3. 50-50 tergantung sakitnya apa. Kalau kyk masuk angin, demam, batuk, flu selama msh bs di”obat”i sendiri atau istirahat, nggak perlu ke dktr. Kalau sakit gigi udah pasti hrs ke dokter gigi, DB ya hrs dirawat. Btw skrg si kalangan mahmud2 malah lg trend pakai pengobatan organik smacam essential oil utk ngobatin/mencegah sakit anaknya sblm ke dokter.

  4. Produk em el em.. Menurut pengalamanku ada sih yg emang kualitas produknya top markotop biarpun mahal kebangetan, tp however utk mengkonsumsinya ttp harus dgn pendampingan dokter, bukan upline yg ngejar level entah bata atau akik xD

    Yg bikin emosi tuh kadang upline sotoy abis ketika mengetahui keluhan qta

      • Betul.. Bahkan sering diajak k seminar2 yg pembicaranya mantan dokter, mantan pegawai perusahaan bonafid dll, which is malesin. Menurutku sayang bgt udah korban uang, tenaga dn air mata utk jd dokter, tp ujung2nya ditinggalin begitu aja. Kakak uplineku malah mantan manager perusahaan. Sayang bgt dtinggalin, padahal sampe level manajerial sendiri kan udah suatu prestasi

  5. Krn alasan ekonomi dulu wkt aku umur 16th pernah patah tulang/retak *tulang suku yg bulat tuh hancur…g bulat lagi habis jatuh dr sepeda di jalan aspalan yg berlubang ya dibawa ke sangkal putung di balut n di obat semacam campuran beras dab kencur ya sembuh total hingga sekarang 😅 trus patah pergelangan tangan wkt di taiwan hasil xray menunjukkan salah satu tulang lunak pergelangan tangan tuh putus *kudu operasi duh sembuhnya lama kata dokter minimal 4bulanan gtu *dibawa ke tabib cina di balur obat herbal setiap pagi n sore, 2minggu kemudian udah bisa di gerakin 1bln kemudian udah bisa buat kerja kemudian di xray lagi eh ajaib udah nyambung lg tulang lunaknya…ajib kan 😅

  6. Di deket sini ada rumah sakit swasta yang dokternya murah dan gak sering mbengkakkin obat. Jd gak males buat ke dokter.
    Kadang dulu yg bikin males juga tuh antrian yg panjang sama jarak yg jauh. Plus pelayanan yang gak enak, jd berasa rugi dan males duluan.
    Skrg dapat yang cocok jd ya gak males

  7. Kalo di desa-desa dan perkampungan gitu yg suka ke dokter justru warga lansia. Dan mereka ngotot maunya minta suntik. Entah suntik vitamin kek, apapun kek. Pokoknya suntik. Jadi pulang dari dokter maunya langsung sehat ga perlu bawa pulang pil/kapsul dan obat2 lainnya. Karena kalo disuntik efeknya lebih cepet jd mereka selalu ke “dokter buat suntik”.

  8. Tentang MLM saya setuju sekali. Kebetulan saya sedang kemoterapi, dan masih ada saja lho pedagang MLM yang nawarin obat2 mereka dengan PDnya bilang akan membantu menghilangkan sel kanker. Dan pasien2 banyak jg yg “jatuh ke perangkap” ini, dan wajar juga karena klo sudah sakit begini ya pastinga ingin seger sembuh kan. Tp saya lihat kok kejam ya, mana mereka tau obat2 itu bisa berdampak gak ke kemoterapinya…kok berani amat. Duh saya ngeri karena saya sendiri pernah jd korban obat herbal jd sekarang berpikir panjang dl sblm nyoba obat2 herbal apalagi dr sumber yang krg meyakinkan

  9. Baru nemu dokter gigi yg baik, mau memberi penjelasan panjang lebar dan selalu mau mejawab ketika ditanya. Cocok ke dokter ini :D. Namun untuk dokter umum, belum ketemu dokter yang pas. Terakhir ke dokter umum di klinik (karena demam dan sulit tidur malam), di diagnosa ‘radang tenggorokan’. Waktu bilang tenggorokan ga sakit, katanya karena radangnya ga keluar (?). Setelah hampir 2 hari tidak ada perubahan, langsung ke UGD di rumah sakit. Periksa darah dan ternyata sakit ‘tipes dan DBD’. Untung nekad ke RS, entah apa yang terjadi kalau saya tetap minum obat ‘radang tenggorokan’.

    • Aku pernah dikasih antibiotik karena didiagnosis sakit x, lupa sakit apa. Terus aku tanya sama dokternya kenapa gak periksa lab dulu supaya yakin sakit x. Kata dokternya, kita coba dulu antibiotik ini, kalau berhasil kita gak perlu ke lab, kalau gak, balik lagi periksa lab.

      Aku bukan dokter, tapi logika ini gak masuk di kepalaku.

      • Emang pasien itu buat coba-coba obat kali yah. Haduh, ke dokter sekarang ini, walau sakit tetap harus cerdas dan kritis kayaknya. Daripada makan obat yang ga masuk akal. Mending sembuh, kalo makin sakit, apa dokternya mau tanggung jawab. Huhhh..

  10. waktu saya kecil termasuk yang dicekokin antibiotik untuk segala macam penyakit 😦 sekarang setelah punya anak sendiri bertekad untuk gak gampangan ama antibiotik, makanya ‘belanja’ dokter anak yang RUM

  11. Kalau aku malah kebalikan Tje, “seneng” banget ke dokter, alias rada parno-an. Ada keluhan dikit ke dokter, dicek hahaha… Untungnya asuransi kantor lumayan mendukung jadi kalau cek2 gitu aja masih dicover. Tapi aku suka prihatin denger orang yang sudah sakit rada parah misalnya kanker terus nggak mau ke dokter dan hanya minum herbal 😦

  12. Disini kalo flu / batuk ringan /gatal gatal biang keringat langsung aja ke pharmacy. Nanti disana kasitau sama petugas konter/pharmacist terus mereka langsung kasitau obatnya, bayar udah langsung pulang terus diminum obatnya. Selama ini begitu aja gak ada masalah sih 😃 Sy kalo berasa masuk angin, perut kembung biasanya pakai minyak kayu putih dan minum air hangat. Kepala pusing, minum air putih yg banyak karena biasanya juga saya kepala pusing karena kepanasan; ya disini panas banget deh!

  13. Bapakku susah kalau diajak ke dokter karena…… takut penyakitnya ketauan. Padahal kalau ada gejala dan diperiksa lalu ketahuan lebih cepat, kemungkinan untuk sembuh kan pasti lebih besar ya…..

  14. Aku termasuk orang yang malas ke dokter kecuali sakitnya sudah berhari-hari, kayak typus dan DBD. Karena paling sebel tiap ke dokter langsung di kasih antibiotik, padahal badanku sudah kebal ama antibiotik dan ke lambung juga nga cocok. Tapi belakangan ini ketemu dokter yang hampir nga pernah ngasih antibiotik dan kalau diskusi malah nganjurin treatment makan buah atau sayur sesuai keluhan penyakit ku.

  15. Nenek saya, beberapa tahun lalu mengidap Kanker serviks dan ngotot banget gamau berobat ke Dokter/RS. Padahal nenek saya pensiunan perawat. Beliau ngeri duluan kalau harus dapat perawatan dari RS. Akhirnya beralihlah ke pengobatan herbal.

  16. Selamat siang mba, Saya Aisyah mba, mau tanya mengenai apa yang harus dipersiapkan sebelum berangkat ke Irlandia. Karena ini pertama kalinya saya kesana, selain paspor dan visa apakah ada hal lain yang harus dipersiapkan ? Terima kasih sebelumnya mba..)- RegardsAisyah

  17. Dulu, mama saya sering banget mba suruh ke dokter, sampe teman2 saya bilang, duh digigit nyamuk aja langsung ketemu dokter. Berhubung semuanya ditanggung perusahaan di tmpat papa saya kerja mba, makanya si mama lebay.

    Tapi, pada akhirnya, saya berteman sama anak jurusan Farmasi kan, dese bilang kalo jangan sering2 minum antibiotik, apalgi kalo cuma sakit2 yang bisa sembuh sendiri, soalnya nanti badan bisa resisten… jadi mles deh ketemu dokter heheh

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s