Cerita Anjing

Sudah bukan rahasia lagi kalau saya ini pencinta anjing. Proses mencintai anjing ini tentunya dimulai dengan rasa takut pada anjing terlebih dahulu; takut dikejar dan tentunya takut digigit. Sebuah ketakutan yang normal pada sebagian orang Indonesia. Tapi ketakutan itu berubah menjadi kecintaan luar biasa ketika saya mulai berkenalan lebih dekat dengan banyak anjing.

Di Indonesia, punya anjing itu tantangannya ada banyak, tapi yang terbesar adalah takut diracun sama tetangga (karena makanan dengan racun yang dilemparkan ke dalam halaman) hingga takut anjing dicuri untuk dijadikan makanan. Dulu bahkan pada jam-jam dan hari-hari tertentu, anjing saya bisa dipastikan berada di dalam rumah dan semua pintu rumah ditutup rapat-rapat.

Di Irlandia, punya anjing itu tidaklah semurah di Indonesia. Ongkos perawatan anjing itu jauh lebih mahal daripada di Indonesia. Saya tak ingat pernah membaca di mana, tapi ongkos memiliki satu ekor anjing itu berkisar antara 20-30 ribu Euro selama masa hidup si anjing. Mahal, tapi tentunya sepadan!

Kebanyakan anjing di sini dipelihara di dalam rumah, walaupun banyak juga yang meninggalkan anjingnya di halaman rumah. Sejujurnya, saya tak suka dengan ide anjing ditaruh di halaman belakang rumah, apalagi cuaca Irlandia tak pernah bersahabat. Hujan dan badai adalah sebuah hal yang normal di sini.

img_9119

Update postingan dengan foto anjing sendiri. Akhirnya punya anak bulu lagi.

Anjing-anjing juga sebaiknya tidak ditinggalkan sendirian lebih dari delapan jam. Idealnya, setiap empat jam ada yang mengecek si anjing. Tentu saya buat mereka yang bekerja, ini menjadi masalah besar. Ada beberapa solusinya, salah satunya penitipan anjing untuk mereka yang bekerja; konsepnya persis seperti daycare untuk anak-anak. Harganya, sekitar 60 Euro/ minggu, 240/  bulan dan lebih dari 3000/ tahun. Alternatif lain yang lebih murah adalah kamera yang bisa memonitor aktivitas anjing. Dengan kamera ini kita juga bisa memanggil anjing dan mengatur supaya treat untuk si anjing bisa dilemparkan.

Kebanyakan anjing-anjing di sini menikmati hidup yang cukup berkualitas, apalagi negara ini memiliki banyak ruang hijau untuk membawa anjing jalan-jalan setiap pagi dan malam. Di perkampungan dengan banyak industri peternakan, anjing-anjing wajib hukumnya untuk dibawa dengan tali, tak boleh dilepas untuk berlarian. Takutnya, anjing-anjing ini bisa menyerang domba-domba dan menggigit mereka. Di sini, banyak kasus domba diserang, petani tak terima dan si anjing ditembak.

Bicara ruang hijau tak bisa lepas dari bicara kotoran anjing. Aturan untuk membungkus kotoran anjing tertulis dimana-mana, tapi banyak juga pemilik anjing yang tak bertanggung jawab dan membiarkan kotoran anjingnya. Kotoran yang dibiarkan untuk berbahaya untuk kesehatan dan juga menjijikkan jika terinjak, atau terlindas roda stroller bayi. Di beberapa area di Dublin sendiri, terutama daerah yang kurang bagus, kotoran anjing bisa ditemukan dengan mudah di trotoar. Denda yang ratusan Euro tak membuat orang kemudian takut, karena faktanya pemerintah tak terlalu tegas dalam menindak para pelakunya. Kalau ada satu hal yang pemerintah di sini cukup disiplin, adalah perintah untuk menyuntik anjing mati jika anjing tersebut menggigit manusia atau hewan lain.

Permintaan anjing sendiri di Irlandia sangat tinggi, apalagi menjelang Natal. Makanya muncul kampanye A dog is for life, not just for Christmas. Banyak orang di sini tak paham bahwa konsekuensi dan tanggung jawab punya anjing itu besar. Anjing-anjing seringkali dikirimkan ke penampungan anjing karena alasan-alasan sepele, seperti anjing buang air di dalam rumah atau karena anjingnya terlalu besar. Sesungguhnya alasan ini sangat konyol, karena menunjukkan si pemilik anjing tak bisa melatih anjingnya dan tak melakukan riset dengan baik.

Beberapa bulan lalu, saya sempat ngebet banget pengen punya anjing dan sudah mulai mencari-cari anjing untuk diadopsi. Sempat terlintas juga untuk membeli, suami saya bahkan sudah pulang membawa uang tunai, siap membeli dua ekor anjing, tapi semua rencana langsung batal. Punya anjing itu komitmen besar, dan tak adil rasanya jika kami punya anjing dan meninggalkan si anjing sendiri di rumah. Tak adil untuk si anjing dan tak adil untuk kami. Jadi, sementara ini, kami cukup menjaga anjing orang ketika dititipkan.

Kalian, punya cerita dengan anjing?

xx,
Ailtje
Pernah digigit Maltese dan dachshund, serta hampir digigit Rotwie. Tapi gak kapok

8 thoughts on “Cerita Anjing

  1. Aku inget dulu saat kecil, ayah sempat memelihara anjing, tapi gak lama. Walau gitu, tetap berkesan. Semakin gede, semakin suka. Tapi sebatas liat videonya, memandang dari jauh dsb.

    Kalau jalan, aku suka liat anjing. Apalagi pas di Eropa. Cuma saat di India, sebaliknya. Banyak banget anjing gila di jalan. Aku bahkan pernah dikejar sampe berlindung ke toko orang hahaha.

  2. Dari kecil sampai sekarang saya selalu punya anjing Mbk. Yang paling disayang dan dikenang selalu, anjing saya namanya Nyongnyong. Anjing Bali kacang tulen, bukan Kintamani. Bahasa kerennya Peanut Dog. Lahir 10 Februari 2001 meninggal 14 Februari 2015. Empat hari setelah ulang tahunnya ke-14, ortu saya memutuskan untuk euthanasia karena sudah terlalu tua dan sakit2an. Udah ga bisa jalan dan agak buta. Waktu itu saya gak lihat karena udah gak tinggal sama ortu, tapi dikirimin foto terakhirnya dan saya nangis 😭😭😭😭.
    Sekarang pelihara 2 anjing cewe lagi (Santi dan Santai) , tetep anjing kacang dapet mungut depan rumah. Hahaha
    Di sini kalau anjing ras cepet banget yang mau adopsi. Kalau anjing kampung, apalagi anjing cewek.. Susah 😭
    Padahal anjing kacang juga bagus kok. Setia, pinter jaga rumah, perawatan dan makanan juga ga semahal anjing ras. Tapi kalah gengsi. Ga bisa buat gaya2an. 😔

    Sekarang anjing2 sudah ga lagi merajai jalanan di Bali. Pertama, karena dieliminasi pemerintah dan perorangan (karena wabah rabies), kedua diculik orang buat diRW. Baiknya sekarang orang2 mulai sadar untuk vaksin dan sterilisasi peliharaannya. Sering kali ada program vaksin dan steril gratis dari banjar dan yayasan2.

  3. Memang punya anjing itu komitmen besar. Apa ada dogwalker di sekitar rumah? Saya dan suami pakai jasa itu buat ajak anjing pas kita kerja. Anjing kita juga jadi seneng karena dia ketemu dan main sama anjing-anjing lain. Pas kita liburan, dia biasanya kita titipin di dogwalkernya atau kakak suami yang kebetulan kebonnya gede dan anak-anaknya suka banget sama anjing. Ada solusi sebenarnya, tapi ngerti banget gimana rasanya kalau sering ditinggal sendirian.

Leave a reply to omnduut Cancel reply