Sebelum saya mulai postingan ini, disclaimer dulu ya kalau saya bukan pakar kesehatan jiwa, wellness, atau pakar-pakar lainnya. Saya cuma manusia biasa yang penuh nista dan dosa.
Pandemik global yang berlangsung saat ini membuat banyak orang harus berdiam diri di rumah masing-masing. Di Indonesia, ada pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), di Irlandia, negeri tempat saya tinggal juga ada pembatasan gerak. Keluar dari rumah hanya untuk hal-hal yang penting, hanya bisnis yang penting yang diperkenankan untuk buka dan olahraga hanya diperkenankan 2 km dari tempat kediaman. Jadi tak ada kegiatan kegiatan ku lari ke hutan, atapun ku lari ke pantai, kecuali kalau tinggal tak jauh dari hutan ataupun pantai.
Bukan kali ini saja dunia menghadapi pandemik, sebelumnya ada flu babi yang juga melanda Indonesia. Tentunya skalanya tak sebesar dengan kondisi kita sekarang ini. Aktivitas kita pada saat itu masih normal. Pendek kata, saat itu kita masih bisa hura-hura ke cafe, jalan-jalan ke mall dan tentunya masih takut sinar matahari karena takut kulit menjadi kelam.
Olahraga
Pembatasan ruang gerak ini berdampak besar terhadap kesehatan jiwa kita. Mendadak, kita terpenjara di dalam rumah sendiri. Dalam kasus saya, ada pembatasan 2 km dan seringkali ada polisi yang mengecek tujuan kita. Mereka juga berhak mengirim kita pulang jika dirasa hal tersebut tidak penting.
Jalan kaki menjadi satu hal yang sangat berharga sekali. Sehari saya bisa berjalan kaki hingga tiga kali, di pagi hari, di saat makan siang dan usai kerja. Musim semi yang membawa hawa hangat juga membuat hal ini lebih mudah. saya tak bisa bayangkan apa jadinya jika pandemi ini berlangsung ketika memasuki musim dingin.
Makan Sehat
Olahraga juga harus dibarengi dengan makan yang sehat. Tak seperti di Indonesia yang punya banyak opsi untuk pesan makanan melalui aplikasi, di sini pilihannya sangat terbatas. Apalagi saya tinggal di kampung yang lebih dekat dengan sapi dan domba ketimbang dengan rendang dan tongseng.
Alhasil, saya pun harus masak sendiri, sehari tiga kali. Padahal sebelumnya saya hanya perlu masak satu kali, karena makan pagi dan siang disediakan kantor. Tapi pilihan untuk masak sendiri ini membuat diri lebih menyadari untuk memasak makanan yang jauh lebih sehat. Walaupun tetep sebagai anak Indonesia sejati, selalu pengen bikin gorengan. Prinsipnya, minyaknya engga pakai sedotan.
Ngobrol
Interaksi kita secara langsung dengan manusia berkurang sangat dratis. Saya beruntung tinggal bersama suami yang bisa diajak ngobrol, tapi saya tahu ada banyak orang di luar saya yang tinggal sendirian. Kesepian pasti merasuk banget, apalagi mereka yang usianya sudah tua.
Nah, kalau kalian punya anggota yang tinggal sendiri, jangan lupa ditelponin untuk bertanya kabar. Kalau kalian mampir ke rumah mereka, pastikan jaga jarak, jangan dekat-dekat dan tak perlu cium tangan, atapun cium pipi. Pastikan juga ketika kalian menelpon siap ditanyak dengan pertanyaan kapan kawin, kapan beranak dan panjaaaang…Kalau tak siap (dan daripada makin stress), cukup dikirimi pesan saja untuk menanyakan kabar dan berharap mereka sehat.
Media Sosial
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Irlandia sempat mengingatkan untuk menjaga kesehatan jiwa dengan membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial. Media sosial itu seperti pisau bermata dua, bisa menjadi tempat senang-senang dan bisa menjadi tempat yang muram durja. Kita sendiri yang punya kontrol.
Di masa seperti ini mendadak banyak orang yang menjadi pakar. Pakar data, pakar penyakit, jadi dokter, hingga yang beraksi jadi jurnalis dan membuka informasi center dan terus-menerus membagi informasi tentang COVID 19. Dalam lingkungan pertemanan kalian pasti ada saja yang seperti ini.
Berhubung kita punya kontrol, ada baiknya media sosial digunakan untuk hal-hal yang positif dan hal-hal yang negatif dimute saja. Saya sendiri membatasi penggunaan media sosial dan hanya baca sumber-sumber yang terpercaya. Sehari cukup satu atau dua kali, tak perlu terus-menerus mendengarkan tentang pandemik di seluruh dunia. Nanti bisa stress sendiri.
Banyak juga orang yang melakukan hal positif di media sosial. Menyenangkan sekali melihat orang-orang bermain tebak-tebakan, sekadar menyapa menanyakan kabar, pamer hasil karya dari dapur masing-masing, membuat komik, hingga membuat konten lucu di TikTok. Saya sendiri, aktif menuliskan lockdown diary di IG saya. Silahkan ditengok dan mari berinteraksi ngobrol-ngobrol ringan di IG saya di sini.
Kalian, punya tips dan trick khusus untuk menjaga kesehatan jiwa di tengah pandemi ini?
xx,
Ailtje
Bikin roti. Sejak 6 minggu ini, aku selalu bikin roti sendiri untuk konsumsi di rumah. Nyaris tiap hari karena orang rumah memang tiap hari makan roti. Sangat membantuku mengurangi rasa was was dan cemas yang berlebihan. Bahkan dgn menunggu roti matang dari oven, aromanya benar2 membuat relax. Jadi ada hal baru yg aku pelajari, bahkan jadi baca sejarah roti2 di seluruh dunia.
Stay safe and healthy, Ail.
Aaah senangnya Den. Aku baru berhasil bikin minggu ini, senangnya gak karuan. Stock yeast sama tepung di sini lagi susah, kayaknya semua orang bikin roti sendiri, LOL.
Stay safe ya.
Makan secukupnya tepat waktu, sholat tepat waktu dan istirahat saat waktunya beristirahat. Sekarang sudah Ramadhan, jd bagian MAKANnya ya disesuaikan ajah.
Ramadan tahun ini gak pakai bukber ya. Jadi focus berdoa aja di rumah.
Semoga lancar ibadahnya ya.
Ya betul, sih. Membatasi media sosial itu penting banget.
Hm, tips ya, punya rutinitas sesekali ada hal baru, belajar hal baru..
Betul sekali, bikin rutinitas-rutinitas baru yang membuat diri berpaling dari berita pandemik.
Karena aku masih kerja di rumah, jadi kalau jam kerja aku fokus kerja. Kadang kalau overwhelmed aku lebih santai kerjanya. Terus lepas kerja ya rileks, main game, masak… tidur cukup juga.
Aku sekarang lebih looking forward untuk kerja, lebih ada yang bisa dikerjakan.
Iya mbak, kita jadi merasa lebih produktif juga kan ya… tapi kadang aku mentally tired loh, mungkin karena isolasi, anxiety dan berbagai faktor lainnya
Iya aku juga mentally tired kok kadang2. Mesti pinter-pinter cari aktivitas biar gak lelah jiwa.
Semuaaaa dilakukan sendiri sekarang termasuk masak yg aku gak suka hahaha. Trus skr suka video call sekalian lah #virtualphotoshoot dan bikin Podcast. Lumayan daripada manyun dan stress haha
Itu virtual photo shoot cakep-capek Non. Well done.
Selain yang dibagian di posting, aku juga berusaha menerapkan salah satu prinsip mindfullness, fokus ke waktu sekarang untuk sesuatu yang sepenuhnya berada dalam kontrol kita.
Nice. Mindfullness is good.
Aku berusaha sebisa mungkin punya rutinitas seperti kalau kerja di kantor. Jadi bangun pagi, olah raga, mandi, dandan dan kerja di rumah. Kalo jam 12 siang ya makan siang, selang beberapa jam minum teh dan mini break. Di waktu luang yang banyak ini karena ngga ada kehidupan sosial dan ngga perlu travel time kantor-rumah, aku makin banyak masak/baking, baca, nonton seri dll. Media sosial cuma 3 moment/hari, tengok dan sesekali interaksi tapi menghindari baca yang negatif biar tetep waras Tje.
Rutinitasku di awal-awal masih bagus Mbak, begitu makin ke sini, makin gak karu-karuan. Udah mulai lelah jiwa 😦
hai, mbak. aku follow IG-nya, ya, hehehe. Sudah 8 minggu suami dan anak di rumah. Setiap jam 3 sore badan kaputt, exhausted nemenin belajar dari pagi sambil ngurus bayi, rumah, dan masak. Hikmahnya, saya jadi makin kenal anak-anak. Rasanya ga akan sampe gini kalau bukan karena pandemi karena setiap hari sudah sibuk dengan seabreg kegiatan. Di tengah kondisi yang stres malah saya jadi lebih aktif menulis. sepertinya itu terapi yang cocok daripada menerima info searah terus-menerus dari medsos. sehat2 ya, mbak dan keluarga 🙏🏻
Terimakasih atas follownya, coba say hi dong di IG 🙂
Semangat ya nulisnya, aku juga mulai memacu diri untuk nulis lagi, tapi susah bener.
Stay healthy ya!
Saya juga tinggal di desa kecil, mbak. Jadi jangan salah… meskipun saya di Indonesia… Saya tak punya banyak opsi untuk pesan makanan melalui aplikasi, di sini pilihannya sangat terbatas. Saya juga tinggal di kampung yang lebih dekat dengan sapi dan kerbau 😀
Syukurnya saya masih bisa lari sejauh 5 km dari rumah. Ya untuk menjaga kesehatan mental, saya garap pekarangan rumah yang awalnya penuh bunga-bungaan mulai sedikit-sedikit diubah jadi kebun sayur, olah raga lari, mengajak anak dan anjing jalan-jalan, nulis blog dan blog walking.
Halo Mbok Intan salam kenal. Aduh…begitu tahu Mbok tinggal di Tabanan langsung pengen makan jukut gonde dan terbayang asrinya Tabanan. Dulu waktu kecil, setiap Natal saya selalu menghabiskan liburan Natal di Tabanan, di daerah Kediri.
Semoga kita selalu diberi kesehatan ya Mbok dan senantiasa bisa melakukan hal-hal yang kita sukai. Tell your dog, I say hi 🙂
Salam kenal juga mbak Ailtje. Ah iya, kalau saya nyebutnya jukut gondoh. Emang itu sayur yang banyak dimasak disini. Kediri masih dekat pusat kota Tabanan, kalau saya jauh lagi ke arah Bajera, dekat Pupuan.
Lalu apa mbak pernah liburan Natal lagi di Tabanan?
Iya amin. Thank you. I saw on your instagram you also have a white cute dog 😀 What is his name?
Salam kenal juga mbak Ailtje. Ah iya, kalau saya nyebutnya jukut gondoh. Emang itu sayur yang banyak dimasak disini. Kediri masih dekat pusat kota Tabanan, kalau saya jauh lagi ke arah Bajera, dekat Pupuan.
Lalu apa mbak pernah liburan Natal lagi di Tabanan?
Iya amin. Thank you. I saw on your instagram you also have a white cute dog 😀 What is his name?
Anjingku namanya Yoda. Say hello dong di Instagram. Oh Gondoh ya, bukan gonde. Ngaco saya 😛
Udah lama banget gak liburan Natal di Bali. Mungkin harus direcanakan lagi. Malah yang pengen Nyepi lagi di Bali. Syahdu bener.