Tanggal 27 Maret yang lalu, pemerintah Irlandia mengumumkan lockdown, seluruh sektor tutup dan orang-orang tak diperkenakan keluar kecuali untuk hal-hal yang dianggap penting. Polisi pun mengadakan pengecekan dan memastikan kita patuh terhadap aturan-aturan ini. Ketika kasus Covid sudah mulai menurun, pemerintah Irlandia mengeluarkan roadmap untuk kembali ke normal, ada lima tahapan dan di tahap ke lima, kita akan kembali ke normal. Normal yang baru tentunya.
Minggu lalu, pemerintah mengumumkan kita tak akan ke tahap ke empat sampai awal Agustus. Penyebabnya, R number (reproduction number) masih dianggap terlalu tinggi dan negara ini dianggap belum siap menuju langkah selanjutnya. Akibatnya, pub masih tetap tak boleh dibuka. Hanya pub-pub yang menyajikan makanan yang boleh tetap buka, dengan pembatasan maksimum 90 menit per konsumen. Mereka boleh buka karena secara teknis restauran, bukan pub.
Di negeri yang pub punya peran penting, terutama di daerah masyarakat pun ribut. Bagi masyarakat Irlandia, pub adalah tempat orang-orang berkumpul dan bersosialisasi. Pulang kerja, atau bahkan usai melakukan kegiatan olahraga seperti golf, orang-orang berkumpul sembari minum. Tak melulu alkohol, ada juga mereka yang turut bergabung sambil minum minuman alkohol.
Pub juga punya peran penting sebagai tempat untuk menonton olahraga, pertandingan apapun akan jauh lebih menyenangkan jika ditonton beramai-ramai di pub. Masyarakat akan datang dengan jersey tim kebanggaannya, dari mulai rugby, GAA games (eg hurling, camogie, gaelic football), hingga sepakbola. Berbeda tim juga tak akan membuat orang berkelahi di dalam pub, kalau kalah diterima dengan lapang dada, bahkan diakhiri dengan ucapan selamat pada pendukung tim sebelah. Sportiflah, tak seperti Arema dan Persebaya yang pakai deg-degan ketika bertanding, bahkan mobil dengan plat nomor Surabaya atau Malang pun harus disembunyikan supaya tak diserang supporter.
Karena fungsinya yang begitu kuat di masyarakat, pemilik pub biasanya kenal dan tahu berita teranyar di lingkungannya. Di kampung saya sendiri ada tiga pub, untuk kampung kecil, tiga pub ini cukup banyak. Dan tiap malam, apalagi akhir pekan pub-pub ini akan ramai dengan orang ngobrol, bahkan musik dengan DJ lokal. Tiap-tiap orang biasanya punya pub favorit dan cenderung kembali ke pub yang sama, jika di kampung.
Soal musik, pemain musik tradisional Irlandia (biasa juga disebut trad musik), juga sering berkumpul di pub untuk minum sambil main bermain musik. Jika bertemu mereka, kaki tak henti-hentinya bergoyang menikmati musik. Setelah menulis tentang persepsi salah di pub ini, saya berkali-kali bertemu kelompok trad, dari Galway di sisi barat, hingga Cork di ujung selatan.
Sebagai tempat berkumpul orang lokal, pub juga menjadi tempat yang paling OK untuk mencari tahu tentang orang-orang lokal. Dari mulai mencari tahu tentang anggota keluarga, biasanya ini mereka yang pindah ke Amerika mencari tahu tentang keluarga jauhnya di Irlandia, hingga nyasar. Google map seringkali tak bisa diandalkan, apalagi di daerah yang sinyal internetnya kurang bagus. Masuk saja ke pub, beli segelas minuman, lalu tanya di manakan rumah si A, B, atau C. Syukur-syukur kalau yang kita cari bukan Patrick atau Paddy, karena nama ini sangat populer di sini. Sepopuler nama Bambang di Jawa pada masanya.
Hidup tak lepas dari pub, begitu juga dengan kematian. Setelah pemakaman, biasanya orang-orang berkumpul di pub untuk merayakan hidup dari mereka yang berpulang. Tak semua pesta kematian ini kemudian berakhir dengan baik, ada kalanya pesta kematian berakhir dengan mabuk dan berkelahi. Berdasarkan pengalaman masyarakat di sini, seringkali rusuhnya pesta ini terjadi hanya pada kelompok-kelompok tertentu, salah satunya kelompok Traveller. Labelling memang, jadinya setiap ada penguburan, masyarakat parno duluan.
Apa jadinya? Seluruh pub di wilayah penguburan ditutup. Semua pemilik pub janjian tak mau membuka pubnya karena enggan menanggung resiko jika orang-orang ini rusuh. Label dan generasasi memang, tapi pengalaman mereka mengajarkan lebih baik kehilangan keuntungan satu atau dua hari, daripada menanggung kerusakan (yang pastinya ditanggung asuransi).
Nah kembali lagi pada keributan soal pub, masyarakat di sini sebal karena pub tak diperkenankan dibuka, sementara turis-turis dari Inggris dan Amerika mulai berdatangan. Musim panas memang musimnya liburan bagi turis-turis dan sebagian sektor di negeri ini bergantung pada 3 juta turis yang datang untuk menikmati keindahan Irlandia sembari menyesap Guinness. Sayangnya, pemerintah memperbolehkan para turis berdatangan (awalnya tanpa prosedur isolasi diri yang jelas), sementara masyarakat-masyarakat di kampung sudah sangat merindu untuk bisa berkumpul dengan para tetangga satu desanya untuk menyesap bir sembari mengobrol.
Penutupan yang lebih lama juga ditakutkan membuat pub lokal tutup, karena tak sanggup membayar biaya operasional, seperti biaya kontrak. Ah semoga ini semua segera berakhir.
Kamu, sudah pernah masuk Irish pub?
xx,
Tjetje
Baru pagi ini aku nonton berita kalau para pekerja dunia hiburan (karaoke, bar, diskotek, dan pub) di Jakarta pada demo karena belum boleh buka. Padahal ya karena kasus di Indonesia juga masih sangat tinggi sih. Sedangkan di Bandung beberapa bar kayaknya udah buka.
Semoga di sana bisa segera turun lagi ya mbak ke tahap selanjutnya, jadi pub bisa mulai beroperasi kembali 🙂
Iya itu gelo ya, angkanya masih pada tinggi gitu mau kumpul rame-rame demo. Lha resiko kena kan jadi makin tinggi.
Disini tentu banyak Irish pub abal abal, tapi belum pernah yang ke tempat aslinya di Irlandia.
Untungnya disini bar sudah pada buka, yang masi tutup adalah diskotek. Kebayang orang2 pasti kzl bet klo pub belum dibuka. Disini ada sih yang semacam kek gitu namanya Bodega, tapi lebih kearah tempat ngumpul2 orang yang minumnya berlebihan (baca: alkoholics) walopun ga semua juga, banyak juga orang local yang sekadar cari obrolan, tapi reputasi bodega disini relatif jelek, ga bisa dibandingkan sama pub disana imho.
Sungguhlah aku bahagia craft beer bar dekat rumah sudah dibuka sejak awal bulan Juni lalu.
Semoga one day ke Irish pub yang di Irlandia ya Va. Menarik banget ada bodega di sini, kalau di sini pukul rata pub semua, tapi di daerah tertentu orang males pergi karena lokasinya dan reputasi jadi tempat jualan obat.
Enjoy the craft beers!
Ouch, kalau pub kecil dan orang berbondong-bondong ingin santai, ngobrol dan minum di pub yang kecil, rentan berdekat-dekatan duduknya ga bisa jaga jarak itu, dong. Apalagi lihat kultur orang Irlandia yang tak bisa lepas dari pub untuk bersosialisasi kayaknya bakal susah mereka ga tumpah-ruah kumpul-kumpul di pub. Mending dibatasi dulu pubnya pakai sistem take away aja deh buat beli minuman dan snack. Ngobrol-ngobrolnya di tempat yang luas dan terbuka ada biar aman dan bisa jauh-jauhan dari berkerumun. Kalau saya ya belum pernah ke pub, mbak lah saya belum pernah ke Irlandia. Kalau di Indonesia saya juga ga minat dan emang bukan gaya hidup saya untuk bersantai dan bersosialisasi di pub. Meski pubnya kecil dan berada di kampung halaman saya sekali pun saya enggan. Because I am not a big fan dengan cara sosialisasi di pub dan dengan minuman beralkohol. Minuman beralkohol di daerah tropis juga kurang cocok. Es cincau baru cocok 😁 nyantainya di kantin perpustakaan saja sambil ngobrolin buku. 😚
Terus terang ngobrol di pub itu susah, kuping mesti alert, karena rame dan berisik. Saya setuju, memang susah social distancingnya. Alhasil banyak house party sekarang di sini, dan angkanya masih naik turun.
Saya pencinta es cendol, apalagi kalau summer gini. Enak.
Bener rawan salah tangkap ntar kalau ngobrol di pub yang ribut.
Hihi iya enak banget tuh es cendol, es dawet, es daluman, es cincah. Diminum pas cuaca terik panasnya. Nyegerin. saya minuman lokal aja enak. Ntar mau nyobain bikin Tepache ala orang meksiko, diminumnya dingin-dingin. Bagus juga tuh katany ada prebiotiknya baik untuk koloni bakteri baik di saluran pencernaan. Kalau cendol, dawet, daluman dan cincau kan baik juga tuh untuk kelancaran pencernaan karena kaya akan serat. 😄 Pilih yang sehat-sehat aja.
Daluman di sini gak ada, harus terbang ke Bali lagi dah 😦
Di jalanan seberang rumah ada Irish Pub tapi tentunya palsuu, semoga suatu saat kesampean datengin yang asli, temenin ya Tje hehehe
Yes please! Do come guwe bawa pub crawling.
Penasaran dengan Irish Pub aslinya yang di Irlandia sebenarnya (sudah pernah ke versi-versinya yang di luar Irlandia 😛 ). Apa daya kalau mau kesana mesti apply visa dulu, hahaha 😆 .
Eh bukannya waktu itu lu udah sampai Dublin ya Ko? Guwe kayaknya pernah lihat foto lu yang look right look left?
Yang look right look left itu di London kalau nggak salah fotonya, hahaha 😀 . Paling dekat dengan Dublin aku pernahnya ke Belfast, hahaha 😛 .
Ah I see. next time lah ya kalau gitu.
Pernah ke irish pub sekali pas di edinburgh. Hati hangat sekali selama di sana. Berasa kayak kunjungan ke rumah sepupu jauh yg udah lamaaa bgt ga ketemu 😁
Iya mereka ramah-ramah dan suasanya emang hangat.
Di Den Haag sini ada beberapa pub terkenal, yang dulu suka aku kunjungi namanya O’Caseys dengan pub quiz-nya yang sangat terkenal tiap minggu. Dari sini juga aku kenal cider Magner’s yang enak. Denger2 beberapa tahun lalu mereka menyabet penghargaan Irish pub terbaik (diluar Irish pub di Irlandia) di dunia. Bono bahkan pernah kesana juga dan difoto sama salah satu staffnya. Ada satu juga namanya Fiddler, tapi atmosfernya gak se-homey O’Caseys menurutku.
Ah pub quiz, khas Irish banget. Magners itu kalau di sini dijual dengan nama Bulmers. Enak ya.
Pub yg seru itu emang yg homey.
Soalnya O’Caseys tempatnya lebih kecil, jadi kalo pub quiz lebih tumplek blek. Fiddlers terkenal suka bikin bir sendiri.