Cita-Cita: Kepengen Kaya

Ah siapa sih yang tak ingin kaya, duduk-duduk di rumah saja, makan, tidur, makan, tidur tak perlu kerja. Jalan-jalan ujung dunia manapun, kapan saja, tanpa perlu cemas dengan cuti yang terbatas, atau harga tiket kelas ekonomi yang tak kunjung didiskon jua. Semua orang mungkin ingin kaya, walaupun definisi kaya dari satu orang dengan orang yang lainnya tak sama.

Pada saat yang sama, ada sebagian orang yang mati-matian ingin membuktikan bahwa diri mereka masuk golongan kaya raya. Apapun dilakukan demi ingin menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari tuan dan nyonya kaya raya yang tak perlu perlu menunggu further sale fast fashion murah meriah hingga 70% dan cemas mencari ukuran pakaian yang diinginkan. Pendeknya, masyarakat harus tahu bahwa mereka orang yang berada, seakan-akan rasa percaya diri mereka baru muncul setelah ada pengakuan dari orang lain.

Soal Gaji & Tabungan

Pembuktian menjadi kelompok kaya ini seringkali dibuktikan dengan memamerkan jumlah uang yang mereka punya. Yang berulang kali saya lihat memamerkan upah minimum di luar negeri (tak ada yang salah dengan mendapatkan upah minimum), lalu memegang kalkulator dan menghitung berapa jumlah penghasilan tersebut dalam rupiah. Tentunya bagi sebagian orang di Indonesia terlihat wow. Bagi mereka yang menunjukkan gaji ini tentunya penting untuk memposisikan diri sebagai orang yang berpenghasilan wow, walaupun realitasnya penghasilan tersebut ya hanya cukup untuk kebutuhan hidup minimum. Woooow…..

Tak cukup di situ, penghasilan pasangan pun harus ikut ditunjukkan pada dunia selayaknya menunjukkan tropi jawara main catur di RT dan mengukuhkan posisi sebagai anggota kelompok sosial horang kaya. “Suamiku dong gajinya sekian puluh ribu Euro setiap bulan”. Gak usah dihitung ke dalam rupiah, karena kalkulatornya mungkin tak cukup. Yang penting wow, semua orang terpukau.

Tak cukup dengan gaji, jumlah tabungan di rekening pun harus diumumkan  kemana-mana. “Kalau 30,000 aja di tabungan adalah aku”. Yang lain yang tak mau kalah ikut mengatakan  bahwa suami punya tabungan sebanyak 100,000 Euro. Ini baru babak pertama kompetisi isi tabungan.

Barang bermerek

Semua barang tentunya ada mereknya, bahkan yang KW sekalipun pasti ada mereknya, walaupun mungkin mereknya dari Fendi jadi Effendi. Menunjukkan barang bermerek ini seringkali dimaksudkan untuk menunjukkan posisi bahwa kebutuhan pokok dan sekunder terpenuhi. Dengan adanya media sosial pun melakukannya sangat sangat mudah.

Barang bermerek sendiri pun ada bermacam-macam, dari yang low-end, mid-end hingga high-brand. Bahkan ada yang edisi terbatas dan biasanya hanya diberikan pada VIC, very important client. Pendeknya, di atas semua merek, masih ada merek yang lainnya. 

Berlian minjam, demi koleksi foto barang mewah di blog.

Barang bermerek ini kemudian menjadi pendukung untuk memperkuat posisi sebagai horang kaya yang tentunya perlu dihormati dan membuat orang lain terpukau. Tentunya banyak yang terpukau melihat kemampuan membeli barang tersier tersebut, karena tak bisa dipungkiri di sekitaran kita masih banyak yang memposisikan orang lain berdasarkan kemampuan ekonominya.

Demi posisi ini pula, banyak yang tak segan menunjukkan barang-barang palsu (bahkan memberi hadiah palsu).Sekalipun di luar negeri, barang KW itu ada banyak sodara-sodara. Dari kejauhan atau dari postingan di sosial media pun banyak orang yang mata tajamnya langsung cepat menangkap barang-barang KW. Harap maklum, kekayaannya mungkin memang KW.

Penutup

Pada akhirnya, kita semua senang bermimpi. Tak ada salahnya bermimpi menjadi kaya raya, dibarengi dengan usaha tentunya dan kembali ke realitas. Yang salah tentunya jika membohongi diri-sendiri demi mati-matian menunjukkan identitas diri sebagai orang kaya atau bahkan sudah “sukses di luar negeri”.

Di banyak kasus seperti ini, akhirnya malah jadi olok-olokan dan bahan tertawaan. Usaha menunjukkan status menjadi orang kaya ditertawakan orang lain, karena hebohnya setengah mati, dari selonjoran di depan mobil bekas tua, mengembalikan barang setelah unboxing hingga mengembalikan pakaian dari fast fashion yang harganya recehan.

Penipuan terhadap para followers di media sosial, tapi yang lebih parah tentunya menipu diri sendiri. What do you get, really? Demi bisa dihormati oleh orang lain. Penghormatan itu didapatkan dari bagaimana kita membawa diri dan bukan dari banyaknya tabungan suami, atau posisi sebagai horang kaya.

Pepatah bilang, di atas langit, masih ada Hotman Paris.  Jadi gak usahlah mati-matian membohongi diri sendiri demi ingin dianggap kaya raya. Orang-orang tahu lah siapa yang bener-bener kaya dan siapa yang menipu diri sendiri.

xoxo,
Ailtje
Bukan orang kaya

Advertisement

35 thoughts on “Cita-Cita: Kepengen Kaya

  1. Dan banyak di antara kita yg belum melek kalau makin tinggi jumlah pendapatan, bayar pajaknya makin besar. Kalau bayar pajaknya aja udah gede, gimana mau gaya-gayaan ya? Ditambah terlalu sibuk kerja sehingga gak ada waktu utk menikmati hasil panen. If we all knew that, mungkin gak akan ada yg berlomba menjual impian lagi. Kalau aku jadi yg tukang pamer itu, aku malah akan pamerin dark sidesnya hidup di luar negeri, biar pada melek kalau kehidupan ala princess tales itu gak ada, hhahaha. Biarin gak punya follower juga, yg penting aku sudah berbagi pelajaran, meski pelajarannya gak mengenakkan. Eh, tapi yg namanya pelajaran bukannya di mana2 gak mengenakkan ya? Minim sesuatu yg bikin halu pula 😅

      • Iya ya. Klo dark sidesnya aja terlalu menampar memang. Bright sidesnya juga harus ada, yg penting gak dilebih2kan yg sampe membodohi orang yg belum melek realita dunia 😅

      • Ini yg banyak kejadian, menjual mimpi aneh-aneh ke orang-orang di Indonesia yang notabene banyak tak tahu bagaimana realitas hidup di Irlandia.

        Sementara kita yg tahu di Irlandia cuma bengong karena kebohongan ini.

      • Dan yg bikin aku menganga, orang berpendidikan tinggi pun turut terbohongi. Mereka yg biasanya berpikir kritis, seketika jadi mati logika karena terlalu terbuai mimpi 🤣

  2. Jadi inget beberapa minggu lalu heboh postingan seorang ibu di grup diaspora Indo di NL. Doi nih share link video Youtubenya yang mengulas tentang dapur barunya. Lucunya, ibu ini tulisannya flexing banget, bener2 gak humblebrag, pamer 100%. Segala merek di dapurnya disebutin, meja dari granit jadi bisa potong2 daging/sayur tanpa talenan, terus juga flexing banget soal pujian orang Belanda lokal yang bilang dapur dia besar sekali bahkan lebih besar daripada living room. Di kolom komentar, banyak ibu2 yang memuji, tapi ada juga yang bernada miring, sepertinya niatnya sih bukan mau jelek2in ya, tapi mau komentar yang lebih realistis. Eh lalu si ibu ini ngejelekin salah satu yang komentar begitu, dia bilang dia bikin dapur begini gak ngutang, banyak bule Belanda yang masih ngutang. Heboh deh satu komentar… Aku yang nonton hanya bisa cekikikan.

  3. Ini sungguh fenomena yang bener2 dimana2.

    Kadang memang aku juga lupa, suka pamer juga, walopun aku biasanya pamernya berkisar makanan dan olahraga (dan jalan jalan sebelum corona pastinya), tapi juga pasti bisa bikin orang sensi juga.

    Yang bikin kzl sekarang adalah seorang ibu2 Indonesia yang tinggal disini yang di masa pandemi begini masi PP ke Jakarta ngurusin “bisnisnya”. Pamernya tes negatif juga si, tapi ya sudahlah.

  4. tidak banyak yang tahu apa tujuan hidup, dari mana dan hendak kemana? hidup saat ini hanya sementara dan ada kehidupan nanti yang abadi, ini pesan semua agama… bagi mereka yang sadar, hidup saat ini untuk persiapan kehidupan nanti…

  5. Nah aku jg berfikir klo liat org2 kek gitu (who they fool ? But themselves? )
    Nah masih mending pura2 kaya pamer gaji suami ato sesuatu yg KW yg gak habis pikir ada jg yg pamer “Harta mertua” tinggal di Eropa masih numpang pada mertuanya (yg pastinya krn suami blm bisa beli rumah sendiri) begitu dia pamerin harta mertua, lahan mertua puluhan hektar, tour rumah mertua yg tajir. Padahal klo menurut standart sini rumah gitu ya biasa aja. 😬 bisa bisanya jadi orang membohongi diri sendiri 🤔 heran aku tuh. Nah krn numpang mertua pun dia pengin buat bakwan aja ketakutan yg super tinggi dia bikin bakwan pas mertua pergi eh tiba2 datang dong dia jd pucat keringetan 🤣 dia syuting buat vlog (eh aku nonton dong 😂 )

  6. Tapi kalau dipikir-pikir semua (atau ‘kebanyakan’ ya?) orang punya hasrat untuk mendapatkan pengakuan orang lain kan. Apalagi dengan adanya social media yang menjadi saluran-saluran untuk memenuhi hasrat itu, hahaha. Cuma ya kadarnya di setiap orang berbeda-beda sih, ada yang bisa menahan banget (rendah hati) ada yang nggak bisa banget, hahaha 😀 .

  7. eh banyak ya ternyata dsimipun seperti itu, apalagi disini lg marak WNİ jastip dagang jilbab turki dll, kalau ngerasa sukses dpt penghasilan, pamer jg, ujungnya suka ngerendahin temen lain yg ga usaha atau yg cm andelin gaji suamik.., sukses beli barang2 mahal sendiri, tapi kalimatnya suka berujung ya gitu…:V pamer dan rendahin temen lain yang ga kyk dia

  8. Biasanya yg sering pamer OKB mbak. Orang kaya lama jarang banget….bahkan kalau lagi ketemu malah kelihatan biasa-biasa saja. Baru setelah lihat kaos dan sandalnya ternyata bukan merk desainer KW. Hahaha…

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s