Bicara Petani Irlandia


Masih soal menghina pekerjaan orang lain, kali ini saya akan membahas pekerjaan lain yang dihina: PETANI. Tidak di Indonesia, tapi di Irlandia. Hinaan ini ditujukan untuk merendahkan pilihan pekerjaan sebagai petani dan mencemooh fakta bahwa petani ini disubsidi oleh pemerintah. Menghina pekerjaan orang itu nista dan menunjukkan kecongkakan hati. Tapi menghina petani karena menerima subsidi itu tak hanya nista tapi juga pandir. Menunjukkan kebodohan dan ketidaktahuan tentang skema subsidi terbesar di dunia yang juga salah satu kebijakan EU yang sukses.

Maka, supaya tak menjadi pandir, saya pun sekilas mempelajari tentang subsidi dan bagaimana para petani di sini disokong kebijakan pemerintah. Disclaimer: ini belajarnya sekilas ya, jadi pengetahuan saya sangatlah dangkal.

Subsidi petani ini tak hanya dilakukan di Irlandia, tetapi di Uni Eropa. Seperti saya sebut di atas, subsidi ini merupakan subsidi terbesar di dunia dan memakan banyak anggaran dari Lembaga Uni Eropa. Pemberian subsidi sendiri berdasarkan luas ukuran lahan yang dipunyai. Semakin besar lahan yang dimiliki, semakin banyak subsidi yang diterima, karena semakin banyak pekerjaan dan hasil yang bisa didapatkan. Tak heran kalau kemudian petani yang turun-temurun memiliki lahan yang sangat luas bisa mendapatkan subsidi yang sangat besar. Petani di sini juga cenderung jarang menjual lahan pertaniannya. Kok jual lahan pertanian, diminta sedikit untuk lajur jalan kaki saja bisa ribut tak karuan & mereka akan mati-matian mempertahankan. No gusur-gusur.

Di Irlandia sendiri, bukanlah sebuah hal yang aneh kalau melihat petani kaya dengan rumah megah, kendang kuda, tanah yang sangat luas, tapi di halaman depan rumah banyak sapi merumput. Saking “kayanya”, mereka tak segan mengendari kendaraan bagus-bagus untuk menarik rumput. Ini orang Indonesia kalau lihat bisa geleng-geleng kepala. Tak semua petani kaya. Ada banyak sekali petani yang pas-pasan, apalagi petani yang sudah tua atau mereka yang lahannya kecil. Di sini, peternak sapi, termasuk peternak sapi perah yang kaya raya. Semakin banyak sapinya, semakin makmur.


Skema subsidi ini sendiri disebut sebagai CAP, Common Agricultural Policy. Para petani yang menerima subsidi ini gak sembarangan bisa menerima dana begitu saja, mereka harus mematuhi aturan lingkungan, keamanan pangan, kesehatan tanaman hingga kesejahteraan hewan. Kalau mereka tak patuh, maka subsidi yang mereka terima bisa terkena dampaknya.

Nah, jadi kenapa para petani ini disubsidi? Ada banyak alasannya, dari untuk meningkatan produktifitas, stabilitas pasar (biar gak impor terus dan harganya naik turun kayak harga cabe di Indonesia), mengamankan pasokan, hingga untuk memastikan konsumen bisa beli dengan harga yang layak (baca: murah!). Pembangunan pedesaan pun juga bisa terus dilakukan karena petani sejahtera. Nah kok bikin inget sama Pak Harto dan kelompok taninya ya…

Kita yang di Eropa memang dikenai pajak penghasilan yang cukup tinggi, tapi dari kontribusi pajak kita, bisa dipastikan bahwa pasokan makanan dengan kualitas tinggi terjaga, dan lingkungan kita juga terjaga. Plus, masih banyak orang yang masih mau menjadi petani karena mereka bisa hidup dengan layak.

Bertani cabe tapi tak layak dapat subsidi

Subsidi ini membuat harga daging, sayur-mayur dan buah cukup terjangkau. Harga wortel satu kilo bisa hanya beberapa sen Euro saja. Harga apel per kilo juga bisa hanya 1-2 Euro, tak seperti di Indonesia yang sebijinya dijual hampir 1 Euro. Cabe merah sendiri tak bisa digunakan sebagai pembanding, karena konsumsi cabe di sini tak setinggi di Indonesia, harga cabe merah besar sendiri berkisar di 16 Euro untuk 3 kilo; tak bisa dibandingkan dengan harga cabe merah yang hanya 34ribu rupiah di Indonesia. Daging-dagingan dan susu sendiri juga bukanlah hal yang mahal dan tak terjangkau oleh orang kebanyakan.

Penutup

Menghina pekerjaan orang itu tidaklah elok sama sekali. Lebih tak elok lagi menghina para petani yang memastikan kita bisa mengakses makanan berkualitas dengan harga terjangkau. Semoga kita semua dijauhkan dari orang-orang yang pandir dan kepandiran; semoga juga suatu saat nanti kebijakan pemerintah di Indonesia bisa memastikan para petani kita hidupnya layak dan harga pangan yang stabil.

xoxo,
Tjetje


Advertisement

15 thoughts on “Bicara Petani Irlandia

  1. Interesting kak.. dan baru tau kata “pandir” 😅

    Yang pernah ku dengar, semakin banyak jumlah bantuan yg didapat dari pemerintah, malah makin bikin banyak orang di sana jadi merasa seperti harga dirinya jatuh ya? Karena setauku terima bantuan dari pemerintah sama dengan aib d sana, sehingga mungkin dianggap wajar jika dihina. CMIIW

    Tapi, kalau dapat bantuan dari pemerintah dan bisa memberikan manfaat kepada semua orang di seluruh penjuru negeri, kenapa harus dibully ya? Padahal kan ada take and give di situ. Unless, klo orang itu kerjanya cuman bikin anak doank dan males kerja tapi maunya nodong pemerintah, itu harus ditindaklanjuti, entah gimana dgn caranya 😄

    • Subsidi ini beda sama bantuan sosial. Subsidi ini soalnya untuk running pertanian, sementara kalau bansos yang dari pemerintah ini karena sedang cari kerja, gak kerja, gak mau kerja (ini yg paling banyak dihina) atau sakit. Petani yang kaya-raya pun berhak ambil subsidi ini dan akan ambil, karena kalau engga ongkos menjalankan pertanian gak ketutup.

      Di sini ada banyak skema subsidi, apalagi selama pandemi ini. Udah gak bisa makan gengsi. Dan pada saat yang sama juga gak wajar kalau dihina. Lain cerita kalau menyalahgunakan system ya.

  2. iya, harus banyak-banyak terima kasih sama petani….terutama petani Indonesia yang saat ini hidupnya masih kurang layak dan jarang diperhatikan pemerintah 😦

  3. Hi Mba Ail, rada OOT, tapi Aku sering ngebayangin kalau jadi petani, kok pengennya jadi petani di Irlandia atau NZ. Bukan karena policy pemerintahnya, tapi gara-gara suka sama ladscape negaranya. Ditambah hobi ngikutin Youtuber yang kebetulan baker dari Irlandia, Gemma Stafford, yang selalu promosi soal Irish butter yang katanya lebih enak dari butter-butter pada umumnya.

  4. Sudah pernah mempelajari soal ini tapi yang di Amerika. Sedih deh kalau lihat nasib petani disini. Ya begitulah kalau di negara pengusaha lebih berkuasa. Harusnya ada regulasi dan subsidi karena mulai banyak generasi muda petani mulai malas melirik profesi ini. Punya kemampuan tapi akhirnya harus impor kan lucu juga.

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s