Ramadhan buat saya adalah bulan yang paling tepat untuk jalan-jalan dan wisata kuliner, karena mayoritas orang Indonesia beribadah bersama keluarga di rumah. Kali ini saya dengan @NonAling, @venniem dan @mario_sir berencana menjajal kuliner Bandung, tapi akhirnya urung setelah perut terisi makanan berlimpah dari warung Cepot.
Akhirnya kami memutuskan untuk ikut acara launching buku Iwet Ramadhan, Cerita Batik, yang dibarengi dengan belajar membatik. Sebenernya saya udah pesimis aja dengan belajar membatik, dulu jaman kuliah di Malang saya pernah mengeluarkan uang 250ribu untuk belajar batik. Hasilnya, batik abstrak mirip tulisan anak TK.
Kali ini, biaya mengikuti kursus dibandrol 70k, sudah termasuk attack batik cleaner, majalah Elle edisi lawas banget dan bukunya Iwet. Tapi dengan keberuntungan (bini) Irish, kami ga perlu bayar. Terimakasih pada dewa hujan yang hari itu mengguyur Bandung.

Buku Cerita Batik
Kalau biasanya buku batik dibandrol dengan harga mahal, dibuat bule, kali ini kita perlu berbangga hati karena buku ini dibuat anak bangsa yang prihatin dengan kondisi perbatikan. Buku ini juga penuh gambar berwarna serta cerita di balik motif kain batik, makanya judulnya pun cerita batik. Uniknya, di dalam buku ini terdapat tiga potong kain batik, yang satu batik print, batik cap dan batik tulis. Catat ya, batik print itu bukan batik, tapi cuma kain bermotif batik.
Saat peluncuran itu, Iwet juga membagi ilmunya tentang motif, makna dan doa pada setiap batik. Salah satu motif yang kami pelajari adalah mega mendung, yang ternyata motif China bikinan Sunan Kalijaga untuk seorang putri China. Gara-gara dibikinkan motif ini, si putri Cina kelepek-kelepek jatuh hati pada sang Sunan dan dipersunting jadi istri kesekian.

Ada juga motif tambal yang digunakan sebagai alas melahirkan oleh seorang ibu. Jadi batik ini akan berlumuran darah dan air ketuban si Ibu. Si Bapak yang nantinya harus nyuci kain ini. Di kemudian hari, jika anak sakit, kain batik motif tambal ini yang akan digunakan untuk menyelimuti si anak. Nanti kalau saya punya anak dengan mas bule, dia sudi gak ya nyuci kain batik tambal?
Tips Merawat Batik
Kain batik itu bikinnya penuh perjuangan. Pewarnaannya juga special. Konon, lilin yang digunakan untuk mengandung minyak dari buah pinus serta bahan alami lainnya. Jadi, kalau nyuci batik sebaiknya gunakan lerak. Menyimpannya pun harus hati-hati dan tidak boleh dekat dengan kapur barus. Daripada repot, mendingan nyuci batik pakai attack batik cleaner aja, praktis. Catat baik-batik ya, nyuci kain batik dilarang pakai mesin cuci.
Gak afdol bikin acara kalau ga ada kuisnya. Nah kami bertiga bersemangat sekali untuk menyapu bersih hadiah yang diberikan. Kata Iwet kami ini ambisius banget. Ya maklum, trio ambisius ini sudah diberi ilmu batik di Pekalongan dan Madura, jadi malu kalau gak pulang bawa hadiah. Sang Ratu Kuis berhasil membawa persediaan attack selama satu tahun serta kaos Tik Shirt. Sementara saya, berhasil membawa satu buah kaos Tik Shirt. Non Aling gak kebagian hadiah disini, tapi dia kebagian hadiah setelah kalap belanja di Rumah Mode

Acara batik ini rencananya akan diadakan lagi di Yogyakarta dan Surabaya. Sementara di Jakarta rencananya akan diadakan pada bulan Oktober. Kalau nggak mau ketinggalan pantengin terus twitter @iwetramadhan dan @elleindonesia.
Tjetje Nggak dibayar