Menjadi Au Pair di Irlandia

Akhir-akhir ini saya seringkali mendapatkan email dan pertanyaan-pertanyaan tentang menjadi au pair di Irlandia. Saya sebetulnya tak keberatan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Irlandia dan hidup di Irlandia jika saya tahu topik yang ditanyakan. Membantu mencari tahu pun akan saya lakukan jika saya tertarik dan tentunya jika saya punya waktu. Tapi dari banyak email yang saya terima ada satu garis besar yang bikin saya gondok: kebanyakan yang pengen jadi au pair ke Irlandia itu gak riset dulu tentang banyak hal, bahkan yang paling mendasar dan asal nanya aja. Mintanya disuapin diberikan petunjuk secara jelas bagaimana menjadi au pair di Irlandia. Daripada saya pusing dan emosi menghadapi orang-orang seperti ini, maka saya putuskan sekalian aja ditulis biar gak ada lagi yang nanya.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita perjelas dulu arti au pair. Au pair yang diambil dari bahasa Perancis ini merupakan orang dari negara asing yang tinggal dan menjadi bagian dari sebuah keluarga dan biasanya membantu mengurusi anak serta sedikit pekerjaan rumah. Sebagai kompensasi, au pair biasanya menerima uang saku dan seringkali diikutkan kursus. Au pair biasanya dibatasi hingga usia-usia tertentu saja. Perlu dicatat, au pair tidaklah sama dengan pengasuh, atau yang lazim disebut sebagai nanny, karena au pair biasanya tidak memiliki kualifikasi khusus.

Sebagai warga negara non-Eropa, menjadi au pair di Irlandia itu ribet. Keribetan utama tentunya urusan visa yang memang tak mudah. Banyak yang bertanya pada saya, visa apa yang digunakan jika ingin jadi au pair di Irlandia? Berhubung saya gak pernah kerja di imigrasi ataupun kedutaan Irlandia, saya pun tak tahu. Tapi saya google dong, karena saya anak rajin dan tak malas #NyinyirModeOn. Dari hasil googling saya, visa yang digunakan seharusnya visa kerja. Dampak dari memberikan visa kerja ini berbuntut panjang pada kewajiban memberikan upah yang layak dan tentunya merembet hingga ke urusan pajak. Untuk informasi saja, upah minimum di Irlandia itu berkisar sekitar 9 Euro per jam.  Jangan dibayangin uang banyak ya, karena ada pajak yang bisa sesak napas kalau lihat hitung-hitungannya. Nah jangan heran kalau host sudah mundur teratur ketika mendengar kata visa dan birokrasi. Kendati sedikit lebih baik dari di Indonesia, birokrasi disini gak kalah ribet.

Desember 2015 lalu, RTÉ, saluran televisi Irlandia (macam TVRI-lah kalau di negeri kita) membuat dokumenter tentang kondisi au pair di Irlandia yang posisinya lemah karena tidak dilindungi oleh undang-undang. Ketidakadaan regulasi ini membuat au pair seringkali dieksploitasi hingga harus bekerja dalam waktu yang panjang, dengan uang saku seadanya dan tak sesuai dengan upah minimum. Kasus-kasus au pair menuntut pemberi kerja karena perlakukan yang tak baik juga tak sedikit, bahkan ada  yang memenangkan kasus dan mendapatkan kompensasi hingga 10.000 Euro. Dari dokumenter itu dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian dari 10.000 au pair disini diperlakukan sebagai budak modern. Tapi orang-orang tak gentar, masih saja mau menjadi au pair dan banyak keluarga masih mau menjadi tuan rumah.

Tak usah heran jika au pair sangat diminati banyak keluarga di Irlandia. Harga penitipan anak di sini luar biasa mahalnya. Menitipkan dua anak selama empat hari kerja saja bisa mencapai 2000 Euro sendiri, ini empat hari kerja lho ya, gak lima hari. Maka tak heran au pair menjadi alternatif penitipan anak yang lebih murah.

Having said that, bukan berarti harus mundur menjadi au pair di Irlandia. Silahkan saja kalau memang benar-benar berniat dan siap tempur dengan birokrasi. Nah daripada ribet ngurusin visa kerja, lebih baik daftar kursus bahasa Inggris saja di Irlandia. Sang host bisa diminta membayari kursus yang kira-kira harganya 3000 – 5000 Euro per tahunnya. Lalu setelah daftar kursus bisa mengajukan visa pelajar ke Irlandia. Ingat ya, cari kursusnya dulu, daftar dulu baru mengajukan visa. Bukan ngajuin visa dulu baru nyari sekolah. Saya jamin visa bakalan ditolak kalau salah urutan.

Model menjadi pelajar bahasa Inggris ini banyak sekali dipakai oleh mereka yang berasal dari Amerika Latin, seperti Brasil. Mereka kemudian belajar bahasa Inggris selama bertahun-tahun dan bekerja sampingan di kedai kopi ataupun restauran-restauran. Satu hal yang perlu dicatat, pelajar di Irlandia hanya diperbolehkan bekerja selama 20 jam saja, tak bisa lebih. Selain itu, bolos kelas juga ada hitungannya tak boleh terlalu rajin membolos. Kalau kerajinan bolos, bisa-bisa seperti anak kos saya yang mendapatkan panggilan penuh cinta dari imigrasi dan disuruh pulang dengan paksa ke negerinya. Jadi, jika menjadi au pair dengan model ini, ada baiknya jadwal bekerja menjaga anak dibicarakan terlebih dahulu supaya tetap bisa menghadiri kelas bahasa Inggris.

Nah sudah jelas kan urusan ribetnya jadi au pai dan cara mengakalinya? Kalau belum jelas, silahkan di google saja, karena saya tak pernah menjadi au pair seumur hidup saya, apalagi jadi au pair di Irlandia. Jadi memberikan jawaban yang spesifik dan teknis akan sangat susah bagi saya. Sekian curhatan di hari Jumat ini dan selamat berakhir pekan!

xx,
Tjetje

Advertisement