Dalam salah satu weekend di Irlandia, mas G dan saya naik bis perjalanan terkenal, Paddy Wagon. Bis ini membawa kami dari Dublin ke Glendalough. Sebuah areal hijau tempat reruntuhan gereja tua dan danau kecil. Nggak banyak yang bisa diceritakan dari keliling danau selama satu jam ini, tapi yang terekam di memori adalah keindahan alam Irlandia, keramahan orang-orangnya (dari anak kecil hingga orang dewasa saling menyapa Good morning walaupun nggak saling kenal) dan tentunya domba-dombanya.
Dari Glendalough kami dibawa menuju Kilkenny, sebuah kota kecil yang terkenal akan birnya. Di Kilkenny, kami diberi kesempatan beberapa jam untuk berjalan kaki mengelilingi kotanya. Dasar Irlandia, baru juga keluar bis kami langsung tersiram hujan hingga sangat basah. Pada saat seperti ini, payung sudah tak berguna lagi dan kami berdua sukses basah kuyub. Fakta gak penting: untuk resepsi, kami berniat bayar rainstopper, tapi pihak hotelnya ketawa ngakak pas saya request. Rupanya profesi ini tak eksis, mungkin tingkat keberhasilannya sangat kecil.
Kilkenny Castle
Selain mengunjungi salah satu barnya yang terkenal, nonton rugby di bar (dan ngumpul sama segerombolan nenek-nenek yang semangat meneriaki para pemain rugby yang ganteng) saya juga menyempatkan diri menjelajah rumah orang kaya di masa lalu, Kilkenny Castle.
Bangunan yang dibangun dari abad ke 11 ini dibuka untuk umum dengan biaya Euro 7.5. Sayangnya dengan biaya segitu nggak ada pemandu, apalagi mesin yang bisa ngoceh untuk menjelaskan setiap ruangan di castle ini. Informasi di tiap ruangan juga pelit banget. Tapi, di tiap sudut ruangan ada pegawai museum yang duduk, mungkin mengawasi karena kita nggak boleh motret, nah mereka inilah yang akhirnya saya tanyai macam-macam.
Salah satu yang menarik hati saya adalah love chair atau sofa cinta berbentu oval yang kemudian dibagi menjadi empat. Kursi ini rupanya ditujukan untuk mereka yang mencari jodoh. Jaman dulu, perempuan dan laki-laki tak boleh berdua-duaan. Untuk berkenalan dengan lawan jenis, mereka harus duduk berpunggung-punggungan ditemani chaperone yang juga duduk bersama dalam satu kursi itu. Satu sofa kecil diduduki empat orang yang berpunggung-pungguan, nggak romantis banget dan pasti gak bisa gombal-gombalan, karena kalau ngegombal chaperone-nya bisa langsung nyubit.
Selain sofa cinta ini, saya juga tertarik pada sofa kecil yang cukup pendek yang saya pikir buat anak-anak. Rupanya sofa itu untuk orang dewasa dan pada jaman itu lagi ngetrend. Sofa yang pendek ini juga memudahkan para perempuan (dengan rok kandang ayamnya) untuk duduk karena mereka hanya bisa duduk di ujung kursi. Duh beruntunglah kita di hari ini bisa duduk seenak hati tanpa kostum yang aneh-aneh.
Selain dua hal tersebut, ada satu lagi yang bikin saya terkagum-kagum, sebuah long hall yang dipenuhi lukisan orang-orang pada jaman dahulu kala. Hall ini gede banget, kira-kira bisa buat tiga lapangan futsal. Sayangnya, hall ini juga gak bisa difoto dan walaupun nggak ada penjaga, saya pun patuh aturan (walau sejujurnya saya agak kesel, udah bayar mahal, nggak pakai guide, nggak bisa difoto pula).
Di castle ini juga disediakan satu ruangan video dimana para pengunjung bisa mendengarkan sejarah panjang pembangunan dan restorasi rumah ini. Tapi ruangan video ini nyempil, jadi kalau nggak karena kami nyari tea room buat menghangatkan diri, kami nggak akan nemu ruangan ini. Kayaknya ruangan ini bekas ruangan untuk mengintai musuh, karena ada jendela persegi yang slim untuk menembakkan anah panah.
Castle ini gede banget, dilengkapi dengan taman indah yang bisa buat lari-larian serta deket dengan sungai. Ngelihat taman itu yang terbayang di kepala saya siapa yang motongin dan perlu berapa jam buat motongin rumput-rumput ini. Nggak heran kalau kemudian keturunan yang punya castle ini bangkrut karena ongkos perawatan rumah yang aduhai. Tapi perawatan castle ini saya yakin nggak semahal belanjaan Mbak Syahrini deh. Saking bangkrutnya, isi castle dilelang & hanya menyisakan lukisan di long hall sama karpet-karpet. Lha terus itu sofa-sofa cantik, lemari, tempat tidur dan lain-lain dari mana asalnya?
Selain dijadikan museum, bangungan yang sekarang dirawat oleh negara ini juga menjadi salah satu tempat untuk mengambil wedding picture. Di tengah hujan rintik-rintik dan suhu dingin, sepasang pengantin dan para bridesmaidnya berdiri di depan castle untuk ngambil foto. Lalu saya berteriak pada mereka, you’ll be in my blog, dan pengantinnya pun tersenyum. So here they are, the happy couple, may both of them showered with lot of love!