Nyasar Dramatik di Hong Kong

Gara-gara demam berdarah, jarak pandang tersisa  50 cm saja. Saya yang belum sadar kalau sedang terkena DBD tapi sadar sedang sakit, hanya bisa jalan perlahan menuju KJRI di Hong Kong. Mendadak, pasangan saya yang tadinya disamping hilang dari pandangan mata. Parahnya, saya tak punya kartu identitas, hanya memegang kartu Octopus (kartu tram di HK) serta uang 7 dollar saja. Baterai handphone yang saya pegang juga tinggal 15% sementara power bank dan semua dokumen ada di tas ransel yang dibawa pasangan. Mau lemes rasanya sudah tak bisa karena sudah lemas. Sementara otak tak bisa mikir dengan cepat.

Kami sudah keliling beberapa negara bersama dan baru kali ini terpisah sampai berjam-jam. Kok ya pas sebelum nyasar kami sempat diskusi kalau nyasar berjanji untuk diamdi suatu tempat. Sesuai instruksi, saya pun diam duduk hingga pukul 14.00 dan saya tak kunjung dijemput juga. Otak juga gak kepikiran untuk cari KJRI Indonesia, pokoknya duduk diam kedinginan di pinggir jalan macam homeless. Saking gemasnya, penjaga sebuah toko bahkan berniat panggil Polisi yang saya bilang tunggu hingga dijemput. Tak kunjung dijemput, maka sayapun berdiri dan cegat taksi tanpa uang satu sen pun, minta diantar ke Harbour Hotel Hong Kong. Pas ditanya alamat dimana, cuma bisa jawab: it’s a five stars hotel. Pengemudi pertama menurunkan saya langsung on the spot karena nggak tahu si hotel di mana. Pengemudi kedua berbaik hati mengantar saya, tapi ke hotel Harbour Hotel yang plus plus di daerah Mong Kok. Nggak dibayar pula, pas saya janji akan bayar saya minta nomer HP si bapak. Entah kenapa nomer telpon itu sekarang nggak ketemu di sudut celana. Duh merasa dosa banget karena belum bayar taksi dan nggak nemu nomer telpon si Bapak. Minta tolong sama resepsionis untuk dicariin Harbour Hotel yang sesungguhnya, dia nggak mau bantu. Alasannya: ” I just came back from UK, I don’t know”. Halah mas…

Akhirnya saya nelpon temen orang Indonesia sambil nunggu di lobi, tidur. Dijemput temen (aduh saya utang nyawa deh sama mbak Rosidah ini), dibawa ke MRT terus dibawa ke North Point. Sudah sampai di North Point, naik taksi ke Harbour hotel lagi, eh kembali lagi ke hotel yang sama, huhuhu pengen nangis banget. Sama si pengemudi saya dibawa muter-muter Mong Kok sampai argo taksi mencapai HKD 200. Dia teriak-teriak money…money. Uang 100 HKD pemberian teman saya simpan di dalam kantong dan tidak saya serahkan sampai saya tiba di hotel yang sesungguhnya. Akhirnya di pengemudi gemes, saya pun diserahkan ke pak Polisi. Sudah menyerahkan ke pak Polisi, si Pak Supir masih nekat teriak money…money. Oleh si Pak Polisi, si pengemudi di halau dan diomeli panjang lebar & saya pun dibebaskan dari ongkos taksi 200 dollar.

Pak Polisi lalu minta passport dan tentunya saya tak bisa tunjukkan. Minta Indonesian ID apalagi. Pusinglah pak Polisi. Saya cuma bisa bilang: five stars hotel calls Harbour Hotel. Nanya nomer HP yang bisa dihubungi, HP saya mati. Akhirnya dibawalah saya ke kantor polisi naik mobil polisi bersama pak Polisi. Serunya pak Polisi  memastikan saya pasang sabuk pengaman.

Tiba di kantor polisi, saya pun minta charger handphone dan dicarikan oleh pak Polisi. Begitu tersambung dengan charger saya pun langsung telpon minta dijemput di Mong Kong Police Station. Fiuh…..begitu dijemput rasanya lega. Biarpun dimarahin abis-abisan saya cuma bisa ngangguk-ngangguk sembari hampir nangis. Baru deh stressnya muncul. Hilang di Hong Kong dalam kondisi DBD bukan cita-cita saya.

Pelajaran berharga

Dalam setiap bencana orang lain harus ada pelajaran yang bisa diambil, pelajaran paling utama yang perlu anda ambil:

  1. Jangan terkena gigitan nyamuk DBD dimanapun, apalagi kalau mau liburan.
  2. Jangan pernah serahkan ID pada pasangan, lebih baik bawa sendiri.
  3. Catat baik-baik alamat hotel, apalagi kalau nama hotelnya pasaran. Hotel saya sendiri baru ketahuan namanya Harbour Grand dan lokasinya jauh dari hotel plus-plus.
  4. Pastikan bahwa baterai handphone ada isinya dan bawalah selalu power bank, rempong dikit nggak papa. Duh smartphone ini ngakunya smart tapi baterainya ancur-ancuran.

Saya sukses nggak makan dari jam 11 siang sampai ditemukan jam 8 malam. Jadi pastikan selalu ada makanan kecil di dalam tas, daripada kelaparan seperti saya.

  1. Image

    Biar nyasar masih bisa cengar-cengir kayak si Moose

Ada yang pernah nyasar di negeri orang? 

Advertisement

19 thoughts on “Nyasar Dramatik di Hong Kong

  1. ya ampuuunnnnn….
    tapi amaze ya berpetualang walaupun gara2 terpaksa. kalo aku pasti panik duluan.
    pernah dulu terpisah di macau dgn suami. stress berat karena smua ada di dia. mulai saat itu semua bawa sendiri2.
    semoga lekas pulih ya ail

  2. Sekarang semoga sudah sembuh ya Tje 😉 . Nyasar di negri orang belum pernah, semoga jangan deh, tapi nyasar ga bisa keluar dari bandara pernah, muter-muter sendirian 2 jam, nyari jalan keluar 😀 .

    • Hi Mbak Susy, terimakasih telah mampir dan salam kenal. Saya sampai berdoa semoga orang2 terdekat saya nggak terkena DBD karena efek gigitannya mengerikan, bisa membawa kematian pada beberapa orang.

  3. Astaga mbak…keserang DBD di Hongkong. Untungnya sih selama menghabiskan waktu di negeri orang belum pernah sih sakit parah. Palingan ya flu berat ketika baru sampai di Bangkok. Udah flu berat masih aja sempat jalan-jalan, nekad beli makanan Mexico gara-gara kelaparan malam-malam…hahahaha

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s