Selalu ada cerita tentang TKI jika pergi atau pulang melewati negara-negara Timur Tengah. Tahun ini tak banyak TKI yang ikut dalam penerbangan dari Dubai ke Jakarta, lebih banyak rombongan Umroh yang pulang kembali ke Tanah Air. Alhasil tak banyak cerita menarik tentang TKI, tapi tetap ada cerita menarik.
Tahun ini saya menghadapi toilet jorok, joroknya luar biasa. Saya mengelilingi 5 toilet di pesawat Emirates dan menemukan kelima toilet dalam kondisi jorok dengan tissue berceceran dimana-mana dan air yang menggenang di lantai. Sebagian toilet berbau pesing yang menyengat. Yikes! Nggak tahan dengan pemandangan ini, saya pun meminta kru penerbangan untuk membersihkan. Salah satu kru berkata bahwa becek ini terjadi because they are washing themselves (baca: wudhu). Saya pun bertanya balik pada si kru, apakah dia yakin kalau ini gara-gara wudhu, karena bau toilet ini begitu pesing, jangan-jangan pada kencing di lantai. Si kru pun terdiam, kaget. Udah bukan rahasia kali kalau beberapa orang Indonesia hanya bisa buang air kecil (bahkan air besar) di lantai.
Komunikasi saya dengan seorang TKW terjadi ketika kartu deklarasi custom dibagikan (kenapa juga deklarasi ini nggak dalam bahasa Indonesia dan Inggris). Ibu Tina yang duduk di kursi seberang saya meminta tolong mengisikan sambil memberikan passpornya yang hanya 24 halaman. Ketika selesai mengisikan form, Ibu ini kemudian memberikan sekotak kurma serta permen karet buat saya. Saya berulang kali menolak, apalagi kurma ini akan sangat berharga untuk keluarganya di Subang, tapi Ibu Tina memaksa, untuk oleh-oleh katanya.
Komunikasi lainnya terjadi ketika saya sedang melepaskan thermal underwear di dalam toilet pesawat. Bow..lepas underwear itu kan mesti lepas tali sepatu, lepas sepatu, lepas kaos kaki, celana dan baju, dan terus masang lagi satu-satu. Rupanya di luar ada mbak-mbak yang kebelet ke toilet tapi gak mau nyari toilet lain. Yang ada pintu saya digedor-gedorin berulang kali macam ada emergency. Keluar dari toilet saya semprot lah mbak ini, lha kalau yang di dalam lagi buang hajat kan bisa buyar konsentrasinya?
Sebelum pesawat turun saya sudah mengalami syndrome geleng-geleng kepala karena melihat kelakukan penumpang yang aneh-aneh. Setelah pilot mengumukan bahwa pesawat akan segera mendarat, para jamaah Umroh yang membawa kardus besar-besar dibungkus plastik itu mendadak menurunkan semua bawaannya. Lucunya, ada dua orang penumpang berwajah timur tengah yang ikut panik dan menurunkan koper-kopernya ke kursi penumpang (pesawat hari itu cukup kosong). Alhasil para pramugari pun bersitegang dengan mereka dan mengancam gak akan landing kalau tas nggak dinaikkan ke atas. Kardus berbungkus plastik milih jamaah juga bernasib sama, harus naik ke atas. Hiburan!
Cerita yang paling epic menurut saya adalah ketika saya mendorong troli busuk menuju pemeriksaan bea cukai melewati counter BNP2TKI yang bertuliskan “Pendataan TKI tanpa dipungut biaya”. Tiba-tiba, seorang perempuan bernama Maya Juwaini berhenti di depan troli saya, menghadang langkah saya. Dengan muka straight tanpa ada keramahaan sedikit pun si mbak bertanya dengan tone yang tak sopan: “Sudah ada yang jemput?”
Saya yang sudah lelah karena lebih dari 24 jam perjalanan langsung nyolot, apalagi saya nggak suka dengan pertanyaan-pertanyaan private semacam ini dari orang asing. Dengan nada tinggi mata melotot: “Disangka TKI ya?” Si mbak bukannya minta maaf eh malah nanya balik: “Oh bukan ya?” Saya pun memberikan lirikan jijik dari ujung mata melihat si mbak dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Jijik karena kelakukan dan gaya si mbak ini yang arogan, ditambah lagi cara dia menghentikan saya dengan menghadang itu nggak sopan. Maya ini punya pilihan untuk bertanya dengan lebih baik dan tapi memilih untuk tidak sopan dengan nada yang bikin orang emosi. Apa karena targetnya TKI kemudian dia merasa bisa berlagak arogan terhadap orang lain?
Waktu saya tiba di Irlandia, saya sempat kebagian pengecekan acak pihak bea cukai. Kalau orang bea cukai Indonesia suka galak-galak apalagi lihat tampang kucel tanpa make up, tanpa high heels dan rambut cantik melambai-lambai, di Irlandia petugas bea cukainya RAMAH buanget. Nanyanya baik-baik dan saya timpali dengan komentar-komentar ajaib. Beliau nanya susu, saja jawab lactose intoleran, nanya daging saya jawab udah gak makan sapi dari umur 17. Terus diajak masukin tas ke X-ray. Semuanya dengan ramah, gak galak dan mengintimidasi macam orang-orang di Bandara Soetta.
Saya menyayangkan BNP2TKI yang buang-buang uang pajak karena bikin counter manual dan membayar orang untuk menghadang TKI. Kalau emang mau mencatat jumlah TKI yang pulang dan berniat gak buang-buang uang para pembayar pajak, BNP2TKI kan bisa kerjasama dengan Imigrasi. Passport para TKI ini kan sengaja dibedakan didiskiriminasi oleh negara, jadi kelihatan, kalau 24 halaman pasti TKI, dari situ aja dihitung kan gampang. Kalau urusan penjemputan dan menyelamatkan TKI dari taksi gelap, kenapa gak taksi gelap yang dilarang di Soetta? Anyway, waktu saya melenggang melewati mbak penghadang TKI ini saya melihat empat orang TKI duduk dengan muka tak berdaya di dekat counter. Duh, sedih lihatnya karena mereka kemungkinan akan dipalak seperti cerita disini dan disini karena tak ada yang menjemput mereka. Mengerikan!
Kenapa saya disangka TKI? Mungkin tampang dan penampilan saya yang kucel dianggap sama dengan TKI, tapi apa TKI itu harus kucel? Nggak kurang TKI yang tampangnya cantik. Saya nggak keberatan disangka TKI, toh bukan disangka koruptor, tapi diperlakukan nggak sopannya itu yang bikin saya marah. Saya dan TKI kan sama, sama-sama WNI, sama-sama berhak diperlakukan dengan baik dan sopan. Next time kalau saya dihadang lagi, seorang teman menyarankan mengeluarkan identitas kantor saya saja. Tapi kayaknya kalau dihadang lagi akan saya tanggapi tanpa nyolot, pengen tahu kira-kira TKI ini akan digiring dan dibawa kemana, kemudian disuruh bayar apa aja.
Kalau kalian disangka TKI mau jawab apa?
“Setelah pilot mengumukan bahwa pesawat akan segera mendarat, para jamaah Umroh yang membawa kardus besar-besar dibungkus plastik itu mendadak menurunkan semua bawaannya” <- ngakak baca ini.. Hahahaa..
sumpah lihatnya lucu, apalagi pas orang2 Arab itu ikut panik dan nurunin koper.
Hahahaha.. Iya, bisa dibayangin. Lucu banget. 😀
Hahahah orang arabnya juga kocak ya mba….bisa2nya ikut2an. Disangka ada keadaan darurat kali ya. Hihihi…
tp setuju banget mba ai, mau TKI atau bukan ya knpa ga memperlakukan orang dngn sopan sih ya? Kadang pengen tak tujes deh liat orang2 arogan begitu… * panassss!!* Lol :))))
asli pengen tak tabrak mbak itu. Mungkin kalau bisa kembali ke masa lalu udah pura-pura gak lihat aja aku tabrak aja mbak itu.
Paling sebel sama porter yang langsung ambil print-an baggage claim mbak2 itu, belagak bantuin nyariin koper mereka, trus pas udah ketemu dipalak deh. Saya pernah minta seorang porter langsung ngembaliin print-an tsb dan bilang kamu bukan petugas, malah bilang ‘kan saya ga maksa’ huh..
anyway salam kenal
Hi Salam kenal juga Tami dan terimakasih atas kunjungannya. Porter ini harga resminya 5000 per piece, saya sering ngasih lebih kalau kopernya berat. Cuma kurang ajarnya mereka itu suka gak tahu terimakasih, sudah dikasih lebih eh malak minta lagi. Kalau orangnya gak galak kan jadi terintimidasi kena yang model begini.
Dilema jg ya mba, di satu sisi kasian sm para TKI ini karena dipalak2in dan tidak diperlakukan selayaknya manusia oleh petugas. Tapi bikin ngelus dada juga kalo liat kelakuan mereka
Terlepas dari kelakuan mereka yang ajaib, negara nggak berhak mendiskriminasi mereka dengan passport 24 halaman dan menghadang mereka macam menghadang hewan ternak yang mau kabur dari peternakan.
Tje, Aku kalo naik Emirates, Etihad & Dubai itu memang sering trenyuh, terharu & ngenes liat TKI. Dari kelakuan mereka (duduk, tiduran dilantai airport, ngga bisa antri, gedor-gedor WC) sampe cara mereka diperlakukan oknum sesampainya di CGK.
Juli lalu aku ke Indonesia sendiri ditanya mbak TKI sebelahku “Mbak, majikannya beliin tiket mbak ini dapet berapa?” Aku jawab “Ngga tau, sepertinya murah deh” 🙂
Rasanya emang campur aduk mbak, antara sedih dan miris, tapi kadang-kadang juga pengen nyubit!
I agree sama mbak lorraine. sebetulnya lbh banyak kasihan sama tkw2 itu dari cara mereka diperlakukan. pernah di emirates mereka semua dikasih duduk paling belakang trus makan minum ga diantar sm pramugari, kalau minta dibentak2 suruh ambil sendiri. padahal mereka bayar ticket sama dg penumpang lain. apalagi kalau dibandara gitu nenteng2 kardus banyak tapi ga tau mau kemana, mau nanya ga bisa bahasa inggris, biasanya sy suka kasihan trus sy bantuin antar sampai ke tujuan. sy karena orgnya iseng bgt kalau digedor2 saya makin lama2in sampe yg gedor nyerah haha 😀 o ya untung ga pernah disangka tkw. muka sy super judes kali jd takut duluan yg liat 😀
hahaha.. nurunin kardus2 berasa lagi naek bus aja
iya maunya cepet-cepet. Kemarin juga banyak yang kena tegur karena pesawat sudah landing, tapi belum berhenti sempurna sudah banyak yang berdiri menurunkan kardus. Bangsaku!
Pingback: Saya juga Pernah di Sangka TKI | Nova Resfita
Waduh, baca sampe nggak bisa komen. Saya emang nggak pernah naik maskapai timur tengah, tapi selalu dapet cerita2 macam begini dari temen2 yang naik itu. Sedih ya TKI dipalak sama bangsa kita sendiri. Lebih sedih lagi karena mereka dikirim keluar negeri tanpa pembekalan yang mantab, akibatnya jadi nggak tau aturan, bulan2an orang baik di luar maupun di dalam negeri, dan suka bikin geregetan penumpang lain juga.
Bahkan ngisi kertas2 simple aja nggak disiapkan. Aku udah pernah ngisi untuk beberapa orang TKI, kasihan banget. Pernah kejadian di rumah Tante pas di Medan TKI hampir meledakkan rumah karena nggak tahu cara pakai gas, jadi gas bocor ke satu rumah dan mereka nggak berani matikan. Lha terus itu agen ngapain aja?
wew, segitunya perlakuan sama tki 😐 kalau masalah di pesawat sih, kayaknya karena kurang edukasi jadi pada enggak terlalu tahu sama kebersihan di pesawat -.-
Setuju dengan masalah edukasi; jadi bertanya-tanya kalau di dalam penampungan itu mereka diajarin apa ya.
wakakakakaka, ngakak baca ini 😀 Btw mba, aku jg ada pengalaman rada disangka illegal migrant ama polisi di Penang ;p
Ceritanya sih aku lg jln ke depan mw beli makan malam doang, jd males dandan dan masih pake baju kucel bekas bobo siang… sial aja ketemu polisi lg patroli yg lgs nanya pasporku. Mana dibawa mw beli makan ke depan doang ini… Eh lgs dong dia dhn muka garang nyuruh aku balik ke kos, krn pgn buktiin aku beneran ada paspor ato ga ;p.
malu2in aja… tp pas pasor dikasih, dan dia ngeliat visa pelajarku tertempel manis di situ, lgs sikapnya berubah 180derajat… Apalagi pas tau aku kuliah di swasta college.. Hihhhh, sopan ga ketulungan… -_- sebel ngeliatnya…
Manusia ya, menghakimi orang dari penampilan luar. Mengasosiasikan hal yang nggak indah dengan grup tertentu. Kan nggak fair…..
Hi mbak Ailsa, I really enjoy reading your posts 🙂
Mau cerita dikit ah. Tahun lalu, aku balik ke Indonesia dari Dubai, naik Emirates dan barengan banyak banget TKI. Hampir semua seat di kelas ekonomi diisi TKI. Flight-ku sebelumnya udah ngabisin 14 jam (Rio – Dubai), dan kudu transit di bandara yang berisik selama 9 jam, so aku nggak bisa tidur. Alhasil, begitu masuk pesawat Dubai-Jakarta, aku pengennya langsung taruh pantat di seat & tidur sepuasnya. Karena aku nggak suka ndusel-ndusel masuk pesawat, akhirnya aku masuk agak belakangan, toh cuma bawa 1 tas punggung buat ditaruh di overhead compartment. Begitu masuk, taunya seat-ku udah ada mbak-mbak yang dudukin. Karena udah ngantuk, aku minta tolong mbak TKI itu buat nunjukin boarding pass-nya. Baru ketauan kalo dia nggak ngerti pengaturan seat, karena nggak sama kaya kursi-kursi di depannya (seat-ku agak belakang, cuma buat berdua & mepet jendela). Mbaknya pun pindah sambil ngomel-ngomel, kayanya dia mau ngintipin langit dari jendela deh.
Selain beberapa TKI yang sering nggak memperhatikan pengaturan seat pesawat, beberapa dari mereka juga sering nggak perhatiin petunjuk penumpang yg ada di seat pocket masing-masing. Masalah per-WC-an juga gitu, kalo kata mama sih sing sabar wae ya nak. Tapi lha wong emang budayanya mungkin masih asing buat hal-hal seperti ini, biarlah mereka belajar 🙂
Happy blogging mbak 😀
Mengesalkan tapi juga menyedihkan ya. Harusnya mereka diajarin hal-hal remeh gini biar nggak memalukan.
Kemaren di dalam pesawat kamar mandinya banjir, padahal nggak ada lubang air. Jadilah pramugaranya ngebersihin. Kasihan banget mereka.
I wonder, apa penyedia layanan TKI bener-bener nggak kasih training ya buat calon2 TKI/TKW? selain skill & bahasa, attitude mestinya juga harus diperhatiin.. 🙂
Ngambil uang doang kayaknya.
Eh lupa bilang: terimakasih atas appresiasinya!
Pingback: Pemeriksaan Imigrasi | Ailtje Ni Diomasaigh
Jangankan TKI, mb. Ibu saya cerita kalo di penerbangan buat haji jg masih suka ada kelakuan ajaib kok.
Makanya di salah satu pelatihan haji di kota ibu ku juga diajarin tata cara penggunaan toilet2 yg gak familiar di sini. Bahkan hal hal kecil kaya penggunaan air dan adat istiadat di sana jg jadi bahan yg disinggung supaya gak ajaib ajaib banget. Hahaha
Kadang mereka begitu kan karna memang gak ngerti tp gengsi mau nanya dan akhirnya sotoy. Pdhl kalo nanya jg pasti bakal senang hati ngasitaunya drpd kena imbas joroknya kan.
Waaaah sampai segitunya ya ngajarinnya. Soal budaya malu bertanya ini kayaknya emang parah bener. Aku ingat banget dulu pernah bertanya banyak hal terus disilent sama kolega: jangan banyak tanya!!! Reseh.