Perempuan Hebat

Di balik pria hebat ada perempuan hebat. Dalam kasus saya, di balik keberhasilan saya (kalau ini bisa disebut keberhasilan) ada banyak perempuan hebat. Ada empat orang yang membuat saya semakin sangat bersyukur dengan apa yang saya punya. Tiga orang diantaranya bertalian darah dengan saya, sedangkan satu orang merupakan sahabat baik yang saya temukan dalam perjalanan hidup.

Pasti bisa nebak kalau salah satu orang yang bertalian darah dan hebat adalah Mama saya, dua lainnya adalah Eyang saya dan Tante saya (yang sudah seperti Ibu kedua bagi saya). Saya nggak akan ngebahas kehebatan dan hutang saya para perempuan-perempuan ini. Yang jelas, hutang saya gede banget dan gak pernah bisa dibayar dengan apapun. Bahkan cinta saya pun rasanya nggak akan cukup untuk bayar utang ke mereka.

Anyway, Mama saya ini 6th sensenya nyala banget dan bisa menilai orang dengan cepat. Yang paling sering jadi korban penilaian ya teman-teman saya. Dengan beberapa orang saya dilarang berteman. Tapi kan berteman itu harus dengan semua orang?  Jadinya ngelawan dong. Buntutnya, Mama yang bener, pertemenan buyar. Dulu saya nggak paham kenapa mama saya segitunya. Sekarang, setelah bersahabat selama 16 tahun, saya paham maksud mama saya. Kenalan dengan semua orang itu sah-sah aja, tapi untuk berteman yang deket banget, itu harus picky. Teman itu mempengaruhi cara pikir kita dan supaya cara pikir kita baik, maka temennya juga harus baik. Teman yang baik akan memberikan masukan baik dan otomatis berdampak bagus terhadap masa depan kita.

Saya dan sang sahabat gak pernah sekolah di sekolah yang sama. Kami juga bukan teman main petak umpet, karena kami nggak pernah tinggal di komplek perumahan yang sama. Pertemanan kami terjadi karena teman yang mengenalkan dan hidup membawa kami lebih dekat. Enam belas tahun berteman tentunya diwarnai dengan aneka rupa cerita, dari yang jelek sampai yang bagus. Bahkan diiringi dengan nama panggilan jelek yang bertahan hingga sekarang. Saya mendapat panggilan sayang Jumik atau Kumik. Cerita nama jelek ini asal muasalnya akan saya tulis di lain waktu ya (jika ingat dan jika sempat). Nggak cuma dia yang manggil saya dengan nama jelek, anak-anaknya pun memanggil saya dengan Tante Jumik. Parahnya, mereka tak tahu siapa nama asli saya. Hahaa…

Kalau cerita jelek yang saya ingat, saya sempat nangis-nangis heboh di depan dia (dan diminta tenang) karena putus dari mantan pacar. Rasanya dunia runtuh karena versi muda saya menganggap mantan pacar adalah segala-galanya. Dulu sih nangis-nangis dan gak mau disuruh tenang (geblek!) sekarang kalau inget saya cuma tersenyum kecut, nggak penting banget sih nangisi mantan pacar gak berguna yang hidupnya tak suksesk. Ini nuduh sambil berharap. Anyway, tujuan saya nulis ini bukan untuk membahas mantan pacar, apalagi nyumpah-nyumpahi, tapi untuk membahas bagaimana teman yang baik bisa membuat hidup lebih baik.

Tahun kejadian nggak perlu ditulis lah ya, nanti saya ketahuan umurnya masih mudah dong (iiiih…). Saat itu saya masih jobless karena baru lulus. Layaknya kebanyakan orang Malang, saya maunya kerja di Malang  aja karena tinggal di Malang itu nikmat banget. Kemana-mana deket, makanan murah. Comfort zone lah ya. Boro-boro mikir kerja ke Jakarta, waktu itu dipanggil wawancara di Surabaya aja udah nggak rela. Buat saya, hidup dengan polusi dan kemacetan Surabaya itu nista banget, eh tapi sekarang dua hal ini jadi makanan sehari-hari dan ngggak merasa nista. Nah sahabat sayalah yang kemudian membuka mata saya dengan ceramahan kalau tinggal di Malang tak akan membuat saya maju.  Yang di Malang gak usah tersinggung yah, ini konteks hanya berlaku untuk situasi saya saja. 

Gara-gara dia, saya pun mulai membuka diri dengan pilihan kerja di Jakarta. Sampai kemudian dapat kerja di Jakarta dan menetap di Jakarta selama sembilan tahun terakhir ini. Saking cintanya sama Jakarta kalau disuruh balik ke Malang untuk kerja saya bakalan mikir super panjang. Kalau bukan dia yang mempengaruhi saya, mungkin hari ini saya belum keliling Indonesia untuk berkontribusi sedikit pada pembangunan. Dia pula yang ngeracuni saya untuk belajar bahasa Perancis (dari jaman tahun 2000an dia udah ngeracuni saya) dan meminjamkan sebuah buku pelajaran bahasa Perancis yang dibeli Bapaknya di New York. Thanks to her support, sekarang saya bisa berbahasa Perancis, bahkan berguna pada saat saya melamar pekerjaan untuk sebuah badan dunia yang berpusat di Perancis.

Pengaruhn perempuan hebat ini pada hidup saya tak hanya itu, masih banyak pengaruh positif dan masukan berharga yang diberikan pada saya. Kalau di list di postingan, bisa-bisa jari jemari saya kram nulisnya. Pelajaran berharga dari 16 tahun pertemanan ini dan moga-moga jadi pelajaran berharga bagi banyak orang, terutama mereka yang masih sangat muda. Kalau milih sahabat itu harus selektif, seselektif memilih jodoh. Sahabat yang baik itu akan ada dalam suka dan duka, nggak pernah iri pada keberhasilan dan akan terus menerus mendorong kita tanpa lelah supaya kita terus maju.

Harriet Stowe emang bener, women are the real architect of the society!

Selamat ulang tahun sahabat baik! Selamat hari perempuan internasional juga untuk semua perempuan dimuka bumi ini.

Advertisement

6 thoughts on “Perempuan Hebat

  1. selamat hari perempuan mbak! btw, dari kecil mamaku juga selalu wanti2 supaya berteman dengan orang yang bener aja. dulu aku penasaran banget sama yang namanya diskotik. tapi nyokap melarang pergi ke diskotik mbak, karna menurutnya di diskotik itu tempat yang nggak bener dan orang2nya pun nggak bener 😀 dan yah, alhasil sampai detik ini aku nggak pernah masuk ke diskotik jadinya haha 😀

  2. Selamat hari perempuan ya mba 🙂
    Saya belum pernah mempunyai sahabat seperti sahabat mba Ailtje
    kebanyakan teman2 saya .. berubah ketika kami sudah jarang bertemu ..
    saya dari dulu pingiiiin bangeet belajar bahasa, bahasa perancis, jerman, arab, hindi dan lainnya … semuanya pengen bisa ..
    tapi mikir lagi heheh.. bahasa inggris saya aja masih belepotan huahahahaha 🙂

    • Kalau menurutku, sahabat itu nggak dicari, mereka datang sendiri ke dalam hidup kita. Kalau emang berjodoh, bakalan awet, kalau gak awet ya buyar pertemanan di tengah jalan.

      Bahasa Inggrisku juga belepotan. Bapaknya sahabatku tuh yang ngajarin untuk terus mengekspos diri dengan bahasa Inggris. Makanya aku suka nyalain TV bahasa Inggris dan nggak ditonton. Tapi kuping dengerin. Syukurnya sekarang udah bisa ngerti bahasa Inggrisnya orang Irish, yang kayak orang berkumur.

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s