Saya menghabiskan setidaknya empat tahun untuk belajar bahasa Perancis di Pusat Kebudayaan Perancis. Selama belajar tak pernah sekalipun, guru, ataupun orang yang bahasa aslinya Perancis, menyuruh saya untuk berhenti bicara. Keberanian untuk ngoceh, salah ataupun benar, dipupuk dengan baik oleh guru-guru di IFI Jakarta.
Usaha untuk bicara, walaupun dengan tata bahasa dan pengucapan yang nggak benar ini, sangat dihargai. Bukan berarti mereka menghargai kesalahan kita, tapi mereka menghargai kemauan diri untuk berproses menjadi pembicara Perancis yang lebih baik. Yang menarik untuk dicatat, ketika terdapat kesalahan, baik pengucapan maupun tata bahasa, dari guru sampai orang Perancis asli tak segan mengkoreksi. Sampai detik ini, saya masih terus belajar menggunakan Bahasa Perancis. Proses koreksi tentunya masih terus berlangsung. Prediksi saya, proses ini akan terus berlangsung hingga akhir hayat, terutama karena bahasa Perancis bukanlah bahasa ibu saya dan tidak digunakan secara terus-menerus.
Hal yang sama seharusnya diterapkan dalam praktik penggunaan bahasa Inggris. Namun, perlakuan masyarakat terhadap orang-orang yang berusaha menerapkan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari berbeda. Tengoklah salah satu tweet ini:
Jangan ngomong bahasa inggris kalau secara struktur bahasa nggak benar. Kamu jadi kelihatan bodoh kalau melakukan hal tersebut. Tweet ini teriak-teriak tentang ngomong bahasa Inggris dengan baik, namun sang penulis sendiri salah nulis. Wajar karena dia juga bukan native speaker, nggak wajarnya karena dia nggak mendorong orang untuk jadi lebih baik tapi malah membodoh-bodohi. Kalau udah begini, kontribusi apa yang dia berikan pada kemajuan orang lain (dan dirinya sendiri)?
Manusia itu lahirnya ‘bodoh’ kok, bodoh dalam arti, kita nggak tahu apa-apa tapi berproses untuk menjadi manusia yang lebih tahu. Setelah lahir kita belajar untuk tengkurap, merangkak, kemudian belajar jalan dan lari. Dalam proses ini terjadi banyak kejatuhan, lecet disana-sini bahkan patah tulang. Belajar bahasa juga harusnya seperti itu. Salah melulu, lalu perlahan-lahan menuju arah yang lebih baik dengan tingkat kesalahan yang lebih rendah. Sayangnya, itu hanya bisa terjadi ketika ada orang yang mau menunjukkan dimana kesalahan. Masalahnya, orang malas mengkoreksi dan menjelaskan kepada orang lain. Beberapa orang bahkan menganggap mengkoreksi orang lain adalah suatu bentuk tata krama yang buruk. Pun kalau ada yang mengkoreksi, si pembicara biasanya jadi defensive, tersinggung, harga dirinya terluka dan lain urusan hati lainnya.
Selain itu, tuntutan untuk ngomong bahasa Inggris tanpa aksen bahasa daerah juga sangat tinggi. Orang yang nekat ngomong bahasa Inggris dengan campuran medok, dijamin bakal jadi bahan ketawaan. Padahal, di luar Indonesia sana yang ngomong dengan aksen medoknya juga banyak kok. Nggak usah jauh-jauh, tengoklah ke Singapore sana (eh saya ini nggak pernah ke Singapore dan nggak minat ke Singapore) kok ngajak melongok ke sana. Ke India aja deh dengan aksen Indianya, ada juga akses Inggris yang bikin hati deg-degan karena seksi banget, aksen Amerika yang kita sangat dekat (thanks to the TV), Irish accent yang bikin temen saya ketakutan kalau ditinggal berdua sama Mas Gary, hingga aksen Australia yang identik dengan good die-nya.
Aksen ini juga kemudian diturunkan sesuai dengan daerahnya masing-masing, jadi Dubliner, ngomongnya nggak akan sama dengan mereka yang datang dari Galway, padahal sama-sama dari Irlandia. Begitu juga dengan mereka yang di Selatan Inggris dengan mereka yang di Utara Inggris. Jadi orang-orang Indonesia dengan aksen yang kuat, seperti saya yang aksen Malangannya kuat, nggak perlu malu ngomong bahasa dengan sentuhan medok. Ngomong pakai aksen medok daerah salah, ngomong pakai aksen Inggris atau Amerika lebih salah lagi. Orang yang nekat berlaku seperti ini alamat bakal dicela gaya karena karena gak bisa ngomong dengan gaya biasa aja.
Kata Agnes Monica, dia ingin menjadi versi dirinya yang lebih baik. Saya yakin kita semua seperti Agnes, ingin lebih maju. Ketika satu orang lebih baik tentunya sedikit banyak ini akan berdampak pada lingkungan di sekitarnya. Nggak ada salahnya juga kita berhenti menertawarkan orang lain yang penggunaan bahasanya salah dan mulai mengkoreksi, dengan cara santun tentunya tanpa mempermalukan orang yang berbicara. Mengatakan orang lain bodoh dan melarang orang lain untuk berbicara nggak akan berkontribusi terhadap perubahan dan kemajuan!
Gimana menurut kalian?
xx,
Tjetje
Sudah berulang kali dicela karena aksen Malangan sangat kuat. Sak karepmulah, aku memang wong Malang!
PS: coba tengok the oatmeal.com buat mempelajari tata bahasa dengan kartun.
Aku setuju, Mbak. Kalo ada yg salah tinggal dikoreksi aja dan disemangati biar tetep pede ngomong bahasa asing. Aku juga termasuk yang kalo ngomong bahasa Inggris medok, Malangan, gak ilang2. Sampe dulu pas awal masuk kerja dan ngobrol sama bos bule langsung ditanya aku belajar bahasa Inggris di mana, saking medoknya, hahaha…
Kalau ngomongnya medok salah, kalau ngomongnya kebule-bulean juga salah. Kemenyek kalau bahasa Malangnya. Serba salah banget, lingkungan kita suka nggak supportive.
Sebodo amat lingkungan mau nggak supportive, aku gak mau menjadi individu yang ngetawain orang, apalagi sampai ngebodo-bodoin.
Tapi tengsin mbak kalo ketahuan salah ketik 😀 apa gegara terbiasa di olok2 ya kalo pas salah
cuek aja, kalau salah ketik itu justru biasanya orang lebih permisif. HP jaman sekarang kan pakai auto correct, nah auto correct ini suka banget bikin salah. Blame the auto correct 🙂
Hahhaa,.. auto correct q non aktifkan kok mba, bikin keki soalnya 😀
Aku setuju banget, Ai. Kalo ngomong ama si Matt dan temennya pake bahasa inggris dan belepotan mereka cuek aja dan berusaha bantu koreksi tapi kalo udah ada org indonesianya aku langsung takut hahah. Abis kalo salah dijadiin bulan2an padahal belajar bahasa kan repot apalagi kalo udah tuek. Ngomong bahasa indonesia aja kadang2 masih salah sebut
Bahasa Indonesia kita sebenernya juga gak bener-bener banget lho. Orang asing yang belajar biasanya lebih bener daripada kita.
Sampai sekarang saya nggak PD kalau nulis bahasa inggris di blog sendiri, sewaktu kemarin saya upload gambar untuk ikut TFP Ronde 40 dan keterangannya mau saya tulis dengan bahasa inggris ( simple saja sih hehehe ) akhirnya nggak jadi, saya delete lagi. Itu karena ketidakpercayaan diri saya untuk menulis kedalam bhs inggris.
Pernah mereply koment dengan bhs inggris, seharusnya saya tulis sweet, eeh malah saya tulis sweat, itu kan artinya jauh berbeda ya hahaha.. sejak itu saya jadi mikir2 nulis pake bhs inggris 🙂
Saya suka blognya Mba Ailtje yang bertuliskan bahasa inggris sekaligus buat saya belajar nambah2 vocab juga hehehe… 🙂 Kalau ngomong sama Mr SRK yang memang asal India kadang dia pengucapannya juga beda, bikin saya mikir 2x untuk mengartikan apa yang dia ucapkan 🙂
postingan-postinganku yang bahasa Inggris itu kalau lagi bikin draftnya bacanya bisa sampai sepuluh kali. Ngecek spelling yang salah sama grammar yang salah, tapi gw yakin banyak yang salah. Bodo amat, yang penting otak guwe latihan.
Sayangnya, gak ada yang mengkoreksi.
Huahahaha .. iya ,,ya mba.. yang penting latihan
saya nggak bisa koreksi mba, soalnya grammar saya pun jelek hihihi
benerr banget Mba, kalau aku ngomong sama Jan pake bahasa Inggris atau Belanda, dia pasti selalu koreksi, gak pernah ngejatuhin, giliran aku ngomong Inggris sama orang indo dibilang sok2an dan kalau salah langsung ngejudge gitu..
Betul. Apa yang salah dengan kebiasaan kita ya, kenapa kita nggak bisa jadi supportive dan suka menghina orang yang ngomongnya gak bener.
Mbak.. Mbak… Mbak…
Aq setuju banget sama kamu karena pernah punya pengalaman begini.
Dulu di kantor lama aq ada beberapa bos bule nya, karena aq hanya staff biasa jadi jarang lah aq bergaul dengan mereka. Tiba-tiba salah satu bos ini menanyakan sesuatu, yang saat itu bukan tentang pekerjaan sie, karena pengucapan aq ini kuang benar teman2 yang Indo malah ngetawain, padahal si Bos bule ini biasa aja. Akhirnya saat ketemu Bos2 bule langsung kabur biar ga diajak bicara dan setiap kali di tanya si hati malah deg2an mulu karena takut salah dan akhirnya malah tambah berantakan Bahasa Inggrisnya.
Jadi bikin trauma lho peristiwa ini, padahal Bhs Ing aq lumayan baik lha, tapi sampai sekarang jadi takut ketemu bule 😦
Jangan takut ketemu bule, bule juga banyak yang ngomongnya berantakan. Ayo semangat lagi mengasah bahasa Inggris!
Iya, makasih ya Mbak…
Sekarang lagi coba2 lagi mengasah Bhs Ingrs lewat DVD :p
Stuju mba, kadang kalo ngomong ama native aja kalo salah grammar mereka dgn senang hati ngoreksi kok, sambil ngomong ‘it’s ok, it’s not your language’ so sweet kan, kok mlh org sendiri yg sewot n sibuk ngejugde ihhhh,,
Btw, ternyata felling mba sama ma aku soal aksen Inggris, bikin deg-degan!! wkwkwkwk
Iya aksen Inggris itu ngegemesin banget, udah kayak nyanyi aja.
Setuju sama point pertama!
Sama seperti komentar diatas, aku lebih suka koreksi orang dengan sopan daripada ngeyek. Kan ini membantu supaya lain kali jadi lebih baik. Walaupun kadang aku sering bingung juga Tje, khususnya tentang beberapa kata bahasa Inggris yang diplesetkan ejaannya menurut fonetis seperti peace jadi piss, happy birthday jadi happy birdday atau happy beersday. Dan diberi tahu baik-baik tapi ngeyel 🙂 Kalo gini ya aku biarin aja.
Ngga usah bahasa asing, bahasa ibu sendiri belum tentu bener. Ini juga berlaku untuk si native speaker bahasa asing itu ya.
Bener mbak, karena native biasanya nggak belajar struktur yang bener. Lebih ke penggunaan sehari-hari secara rutin.
Setuju sama yang ngeyelan kalau dibenerin. Apalagi kalau soal kata worthed. Aduh…gemes pengen nyakar.
Eh ada mba Lorraine hihihi jadi malu waktu salah me-reply. inget nggak waktu aku salah tulis juga 🙂
Ah ngga apa-apa Syifna 😉 Aku kalo ngga salah waktu itu nanya kan maksud kamu apa. Jangan malu lah salah tulis, namanya manusia. Kalo ngga latihan kapan bisa dibenerin 😉
yang penting lawan bicara kita ngerti maksud omongan kita ya.
tapi ya tetap harus belajar dan perbaiki ya, terutama kalau nulis
Iya setuju, perbaikin harus jalan terus. Kalau nulis salah tanda baca pun akibatnya bisa fatal.
Setujuuu sebenernya emang orang harus pede aja dan terus belajar tapi kadang discouragement itu pasti ada. Tapi jujur ya kadang gue suka males sama orang2 yg inggris nya kacrut tapi gaya nya selangit udah kayak itu first language nya mereka. Intinya mah mesti humble lahhh jangan songong aja.
Anyway, lo bisa French yah Ail!!! Ihhh sexy dong ah kamuuu
Frenchku mah sama kayak Inggris, medok. Jadi jauh dari sexy ^_^
Kayaknya emang harus dilihat dari gaya orangnya yang ngomong ya. Kalau ngomognya biasa-biasa aja ya kita lihatnya biasa aja. Tapi kalau kayak Cinca Laura, dia ngomong Inggrisnya udah dari orok sih, tapi gayaknya itu lho, duh Gusti…
nah itu mbak kenapa sampai sekarang belum berani nulis pake bahasa inggris… beda dengan jaman sekolah, skrg kok lebih takut dikoreksi apalagi di blog xiixixxiixi
Aku emang dasarnya urat malunya agak error, jadi cuek aja nulis dalam bahasa Inggris. Herannya kagak ada yang ngoreksi!
ini nih mbak Tjetje yang bikin aku emoh nulis pakai bahasa Inggris, takut salah dan diejek plus dianggep sok. Padahalkan proses belajar ya sebenernya. ><
Postinganku emang sengaja dicampur dua, bahasa inggris dan Indonesia. Yang Inggris tentang perilaku orang Indonesia yang kadang kita sendiri nggak sadar, salahnya pasti banyak, tapi cuek. Belajar. Kadang beberapa bulan kemudian aku baca, aku revisi lagi salahnya.
waduh mba ai aku ni loe kalau ngobor pakai inggris aja masih sasar susur ( belepotan) plus medok jawa. Untung tamu tamu aku paham malah mereka menghargai usaha aku 🙂
Aku diajarin bapaknya temenku untuk ngedengerin Walkman orang ngoceh dalam bahasa Inggris. Hari gini udah ga jaman walkman, jadi aku suka nyalain tv sendiri buat ngelatih kuping. Kalau ngomong sih di kantor tiap hari. Cuma again, grammar walahualam.
:p tapi aku dari lagu mba tiap hari berangkat and pulang kerja aku puter terus tu lagu, ya beberapa lagu aja. Tapi tetap aja belum mahir juga yang penting sudah PD aja kalau di tanya tanya. kalau sering ngobrol kita terbiasa kalau udah ngak ada lawan tiba tiba ilang lagi. ibarat pensil udah tumpul :p
:p tapi kalau aku dari lagu mba tiap hari berangkat and pulang kerja aku puter terus tu lagu, ya beberapa lagu aja. Tapi tetap aja belum mahir juga yang penting sudah PD aja kalau di tanya tanya. kalau sering ngobrol kita terbiasa kalau udah ngak ada lawan tiba tiba ilang lagi. ibarat pensil udah tumpul :p
Aku justru bikin blog mau latihan menulis dalam bahasa inggris. Eh tapi makin kesini makin males deh. Grammar ku amburadul….makanya dipostingan pertamaku dulu aku bilang andaikan ada orang yg mau edit postinganku sebelum dipublish…bakal asik banget ya. Aku sih pede2 aja nulis dalam bahasa inggris krn ini salah satu wadah belajar kan. Tapi ya itu musti ulang2 or check (walaupun tetep ada aja salahmya
Aku mau nodong temen abis gini, dibayar makan 🙂
setuju banget mbak 😉
jaman aku SD, kalo ditanya guru terus jawabnya salah hukuman menanti.
Jadinya sampai sekarang suka taku-takut gitu kalau mau ngungkapin pendapat, apalagi ngomong pakai bahasa inggris.
Semacam trauma.
Oh iya, jaman dulu menyeramkan. Gurunya suka galak banget. Sekarang nggak ada hukuman kalau salah, jadi semangat ya!
DI twitter sering dengar istilah Grammar Nazy yg sering koreksi struktur english twit seseorang. Nah apakah itu positif atau justru kliatan jdi sok-sokan? 😀
tergantung gimana cara mengkomentarinya. Aku nggak keberatan dengan grammar Nazi, tapi beberapa orang menggap mereka nggak sopan. Sekarang orang cenderung lebih toleran karena kesalahan ketik sering terjadi akibat dari keypad yang kecil.
Gimana pendapatnya tentang orang2 yang menggunakan bahasa Inggris (yang mungkin masih belajar alias belum lancar) di forum (internet) Indonesia ke orang Indonesia lagi?
Sebenernya menurutku kebaca gayanya, gaya sok sama gaya belajar. Walaupun salah tempat juga kalau ngobrolnya bukan di forum bahasa. Ya kalau yang diajak ngomong bisa bahasa Inggris dan bisa koreksi!!
Di fesbuk keponakan saya 1smp (udah tua sayah) sempat posting status pake inggris, gak salah banget sih tapi saya koreksi di inbox+kasih rumusnya, dan terus support dia blajar inggris. Saya suka kirimin buku cerita yg ada ilustrasi warna warni fontsize nya besar agar menarik. Pernah ada seminar di kampus jaman kuliah , kayak kuliah tamu gitu ttg penggunaan bahasa, saya suka support pembicaranya yg intinya jangan takut berbahasa inggris kalau salah kami akan mengerti toh itu bukan bhs. Ibu kalian. Itu juga yg saya bilang ke teman2 sih. Tulisan yg bagus mbak ai, saya kirim linknya ke beberapa teman untuk support mreka
Aku kalau ada yang mau dikoreksi juga ga nolak lho!!
owala ternyata bahasa inggris juga ada yang medok yah
Iya bahasa inggris saya medok, gaya Jawa 😉
Saya waktu di kerja di blnd kalo ngomong ama ibu2 pake bahasa belanda, mereka sabar banget ngedengerinnya. Kalo salah dikoreksi. Tapi kalo di Itali, mereka (terutama yg muda2) suka gak sabar ngedengerinnya. Langsung dicuekin gitu. Padahal kan susah banget tuh grammarnya. Pas mereka pake bahasa Inggris, giliran saya yg ketawa dalam hati (ceritanya balas dendam tapi gak ketahuan gitu). Emang belajar bahasa itu bukan hal yg mudah. Bahasa Inggris saya udah ancur2an, kadang2 suka lupa.
Orang Italy emang nggak sabaran ya! Kalau bahasa Bali masih inget kan Mbok?
aku tertarik belajar bahasa Inggris sejak dikasih Ibu kamusnya pas kelas 5 SD. karena dulu pelajaran bhs Inggris baru ada di SMP jadi aku udah ada ‘modal’ lumayan. pede krn tau banyak kata-kata dlm bhs Inggris tapi soal grammar apalagi tenses2nya mah amburagul amiseyu 😀
Orang asli aja bisa amburadul grammarnya apalagi kita yang pakainya jarang. Yang penting latihan untuk lebih baik aja.
Gw ngaku deh suka make Vickynisasi sbg bahan bullying ama Mas Suami. Nah giliran dsni gw hrs ngomong Inggris gni, mngkn org bule merasa gw lbh parah dr mas Vicky kali ya..
Aku justru ngerasa para orang asing lebih ramah dan tak judgmental terhadap kemampuan bahasa Inggris kita, yang penting usaha aja.
Bener banget Tje, orang sini juga sabar2 banget ngedengerin gw coba menjelaskan sesuatu dan mengulangi lg utk konfirmasi. Di Indonesia hrs dibudayakan legowo dikritik dan mengkritik secara sopan dan cerdas.
Coba deh liat lirik2 lagu penyanyi Amerika, org2 barat, apalagi rapper, mana ada yg struktur grammar nya bener? Gue aja kaget pas denger Hello nya Adele, “But it dont matter…” Kan harusnya ‘it doesnt’ bukan ‘it dont’ tapi yaa.. Who cares anyway lol 😂
Belajar bahasa emang gak cocok kalau pakai lagu karena banyak banget kesalahan tata bahasanya. Para penulis lagu ini “maksa” supaya berima atau supaya ketukannya sama (duh bener gak ini deskripsinya).
iya, tapi mendengarkan lagu barat kita juga bisa belajar Listening. Oh iya kalau mau belajar grammar daftar aja di Coursera atau Edx. pilihan kursusnya juga banyak loh, dan bisa memperluas pengetahuan kita. 😉
Setuzuh banget…