Tadinya saya berharap bikin passport pakai calo bisa dilakukan secara kilat dengan biaya yang tentunya lebih mahal daripada biaya normal. Harapan ini pupus karena bikin passport lewat calo prosesnya tetap tiga hari, biayanya dua kali lipat dan tentunya masih tetap antri panjang.
Saya mendapatkan rekomendasi ini dari seorang teman Blogger, tapi ternyata oleh si calo saya direkomendasikan ke calo lainnya, Ibu Mien. Si ibu meminta saya mengantar dokumen ke kantor imigrasi, tapi begitu sampai kantor imigrasi saya bingung karena tak ada seorang calo pun di luar. Bersih sodara-sodara, saking bersihnya, saya nyoba nelpon si ibu calo di lobby depan kantor imigrasi malah diusir halus oleh si security. Saya diminta masuk ke dalam saja kalau mau nelpon.
Di dalam, nelpon ibu Mien tidaklah mudah. Selain karena sinyal yang susah, maklum imigrasinya di samping penjara, saya juga harus berjuang fokus mendengarkan. Fokus mendengarkan telpon tapi juga fokus mendengarkan bapak-bapak yang yang ngomel menuduh petugas melakukan permainan, karena tak kebagian nomor antrian.
Bersih dari calo ternyata cuma pencitraan kantor imigrasi sodara-sodara, di lantai dua tepatnya loket sembilan kita akan disambut dengan puluhan calo passport, lebih dari tiga puluh orang calo. Ruangan ini, menurut saya bahkan lebih besar daripada ruang antrian jalur non-calo. Do tengah banyaknya manusia, seorang calo berteriak-teriak sambil berkata: ingat hari ini kita akan dipanggil berdasarkan nama, bukan nomor.
Dua hari setelah menyerahkan kopi dokumen, saya diminta datang kembali untuk wawancara dan foto. Semua dokumen asli harus dibawa. Saya diminta tiba tepat pukul dua. Setibanya disana, saya diberikan nomor antrian dan saya harus mengantri. Saya mengambil kesempatan itu untuk mengobrol dengan si Ibu Mien yang mengaku pensiunan kantor imigrasi tersebut. Halah Bu sumpah orang mah kalau pensiun lebih baik duduk-duduk menikmati uang pensiunan. Not to mention, Ibu ini belum kelihatan cukup usia untuk pensiun.
Si Ibu menjelaskan bahwa loket sembilan di kantor imigrasi ini memang dikhususkan untuk ‘agen’. Pelayanan sendiri diberikan dari pagi hingga sore. Sementara pelayanan internet dan jalur yang benar dilakukan di loket satu hingga enam. Saat itu saya juga diminta bayar tambahan seratus ribu rupiah, karena saya tak punya kartu keluarga asli. Selain susahnya koneksi ke website imigrasi, tak punya banyak cuti, kartu keluarga juga menjadi alasan saya daftar lewat calo.
Butuh satu jam bagi saya untuk mengantri supaya saya bisa masuk ruang foto dan wawancara, untuk antri lagi. Yang unik, monitor pemanggil antrian ini bisa memanggil hingga lima belas nomor tanpa ada orang yang muncul. Sungguh ajaib.
Ketika tiba giliran foto, saya yang mengenakan rok cantik warna kuning diminta untuk mengenakan blazer karena rok saya, seresmi apapun tidak ada kerahnya. Oh sungguh obsesi orang Indonesia dengan kerah ini luar biasa tak jelasnya. Yang penting itu kan bukan kerah tapi muka saya dan telinga saya? Emang petugas imigrasi di luar negeri mau nanya masalah kerah saya?
Desain passport Norwegia yang baru-baru ini bikin heboh dunia internet
Soal wawancara lebih menyesakkan lagi. Petugas wawancara menanyakan kemana tujuan saya yang saya jawab Thailand untuk urusan bisnis. Lalu si Bapak melemparkan guyonan tak penting, hidung saya sudah mancung tak perlu ke Thailand lagi. Setelah sukses mengomentari hidung saya, bukti pembayaran di komputer bapak ini sukses tak bisa dicetak. Si bapak juga mengecek dokumen saya dan tentu saja kartu keluarga tidak di cek, sementara saya sudah kadung bayar ekstra 100ribu rupiah.
Passport saya jadi tiga hari kemudian, tidak bisa dikirim dan harus diambil langsung. Setelah mengikuti semua proses ini saya cuma bisa bilang, bikin passport pakai calo itu nggak worth it sama sekali. Kalau soal reformasi birokrasi mah, ketawa aja, karena terbukti loket sembilan di samping penjara itu didedikasikan khusus untuk percaloan. Dan mereka tumbuh subur karena masih ada orang-orang seperti saya yang maunya cepet dan mau bayar lebih demi kecepatan semu itu. Oh I am not proud of what I’ve done.
Tjetje 
Yg petugas jg masih ada koq yg jadi calo Ai, aku masih kebagian soalnya hehe
Oh ya, posting dong.
kok aku di kanim 1 jaksel bagus ya pelayanannya. hahaha
Syukurlah kalau begitu
Oh masih ada ya sampai sekarang 1 loket khusus calo x))) Aku kira udah gak ada. Oya, Mbak…mungkin ini OOT, tapi apa sich penyebab telinga kita harus terlihat saat membuat foto passport ke USA. Aku kan pake kerudung, nah waktu itu disuruh buka kerudung sehingga telinganya terlihat. Mau nolak tapi katanya prosedur…eh, malah visaku ditolak. *malah curhat* 😀
Kayaknya telinga, sama seperti hidung dan mata juga dipakai untuk indikator mengidentifikasi muka. Jaman SD kan kalau foto buat dokumen pasti minta telinga keliatan.
Make sense lah ya telinga anggota tubuh, nempel di badan, lha kerah apa hubungannya #MasihSakitAti
Alasan gagal Dapat visa ke USA Apa ?
WTF? Bapak2 guyonan ga jelas soal Thailand? Aku tuh sering banget pengen ngejewer orang2 yang mulutnya nggak jelas kaya gitu
Mestinya aku balik ya, mungkin bapak yang harusnya ke Thailand. Bisa batal dapat passport abis itu
hwaah, masih ada calo juga toh, kirain >.<. bulan lalu sih aku bikin cuma butuh waktu 15 menit mulai datang sampai keluar dari kantor imigrasi untuk foto dan wawancara, karena sebelumnya sudah daftar online dan bayar via bank.
Nah, daftar Online lebih cepet rupanya ya.
Yes reformasi birokrasi itu masih mimpi, jadi inget waktu bikin passport, jadi sih 2 hari tapi mbayarnya dibawah tulisan slogan2 anti cara2 nggak standar. Sistemnya kurang friendly untuk orang yang cuma punya waktu sedikit, nggak bisa bolak-balik kantor imirgrasi ngurusin tetek bengek, imo
Aku setuju, sistemnya kurang praktis. Mestinya pas masukin dokumen, langsung di cek, langsung wawancara, langsung foto dan bayar. Abis itu bisa langsung jadi. Mimpi….
kalo pengalamanku bikin paspor pas thn 2007 (lawas beud!) sih kolekan dari pt jadi ga gitu ribet tapi tetep aja musti ngantri pas mau foto dn wawancara. dan kayaknya waktu itu masih ga ada perbedaan soal loket krn aku masih dapet yg di lantai satu.
Aku dulu potong antrian mbak karena pakai calo. Sekarang antri semua.
Ihh diriku juga nggak ngerti sama sekali dengan obsesi kerah ini. Makanya semangat deh tahun depan mau bikin passport di sini, karena fotonya yang penting jelas mukanya apapun jadi haha
Di KBRI sana udah ada mesinnya kan? Anak temenku passportnya tulis tangan.
Oalah jadi masih ada calo toh? Bahkan sampe ada ruangan khusus. Parah banget sih Tje. Disini urus paspor di Balai Kota. Hanya diminta dokumen pribadi, 5 hari kerja jadi.
Kalau dari pengamatanku emang harus punya rekomendasi untuk bisa ngurus pakai calo, nyari di depan udah ga mungkin. Aku juga shock lihat ruangan khusus itu, mana gede banget ruangannya. Lima tahun lalu aku lewat calo juga, potong antrian, setidaknya yang ini lebih berbudaya, harus antri beneran dan harus ikut prosedur nunggu.
Halo mba Ailtje, salam kenal
Saya Laras.
Sekedar berbagi cerita, tahun ini saya bikin passport di Kanim Jaksel, sebelumnya daftar online dan bayar lewat BNI.
Gampang dan cepat mba.. 3 hari kerja jadi.
Cuma satu masalah, nama passport suami saya salah ejaan (Kesalahan Kanim di passport sebelumnya). Sama Kanim Jaksel ga dikoreksi, jadi harus nunggu lagi buat keterangan nama di Halaman 4.
Dan pada saat pengambilan passport, entah gimana sistemnya, orang-orang yang datang belakangan malah dapet passport duluan, jadi banyak yang marah deh… 🙂
Ya jadi namanya tetep salah dong. Kalau beli tiket gimana? Harusnya kan mereka koreksi karena itu berhubungan dengan dokumen2 lain ya.
Pengambilan passport kayaknya ngaco. Para calo2 itu kemaren juga ribut karena satu keluarga bikin passport bareng, jadinya dicicil.
Iya mba, nama tetap salah.
Setelah kami protes, menurut kanim Jaksel suami harus bikin pengajuan ganti nama ke Kanim penerbit passport sebelumnya, lalu Kanim akan menghapus semua database suami dari sistem, baru bisa dibikin passport baru.
Repot sekali.
Sudah dicoba protes juga ke Kanim penerbit (di Jogja), tapi menurut Kanim, koreksi halaman 4 saja sudah cukup.
Jadi setiap kami beli tiket dan bikin visa, harus klarifikasi. Terakhir bikin visa, suami harus bikin surat pernyataan. Hehe.. jadi ribet deh..
Birokrasi Indonesia bikin frustasi ya.
Walaaah di kanim Mampang kemarin ini sih oke pelayanannya. Mungkin emang butuh waktu kali ya biar semua bisa di reformasi dan yang penting mah mental nya birokrat kita gimana ya
Selain mental birokrat, mental orang yang sebel sama dokumen kayak saya juga mesti dibenahi.
hahahah saya waktu itu bikin paspor di Jambi, dan mencoba buat jujur wlpn temen dan kantor menyarankan pakai agensi saja (bahasa alus calo) nggak ribet . waktu wawancara saya datang pagi2 jam 7 sebelum kantor imigrasi buka, ambil antrian pertama. ketika kantor buka tahu2 saya disuruh mengantri lebih lama dengan alasan ada rombongan umroh yg mau didahulukan dan mereka datangya jam 8. saya lihat sendiri itu calo enak bener masukin berkas ke petugas ngga pakai antri. walhasil saya interview dan foto jam 10.
Ga mau ribut ya mas? Kemaren ada bapak2 ribut karena ga kebagian nomor antrian. Panjang bener ribut ya, sementara nomor antrian sudah pakai mesin semua.
Antrian calo juga pakai nomor dari mesin, tapi nomor yang ga muncul banyak banget. Kayaknya para calo hobi aja ambil nomor buat jaga2.
Lagi males ribut , maunya langsung difoto aja ya wakkakkakak
Empat kali ganti pasport,satu Solo tiga Tanjung Priuk. Semua pake calo,I’m not really proud for it. 😦
Sekarang rugi pakai calo, jadi mending daftar Online