[Postingan ini super panjang]
Di satu akhir pekan, saya nongkrong di Starbucks Senayan City. Tak jauh dari meja saya, seorang artis, R*** sedang nongkrong dengan temannya, konon desainer. Tiba-tiba, sore indah yang diwarnai wajah ganteng-ganteng itu diwarnai dengan kekusutan muka seorang bapak dan kepulan asap rokoknya. Si Bapak yang menyalakan rokok di ruangan berpendingin sukses kena tegur. Eh tapi abis ditegur malah makin ngamuk, tak hanya karena kecintaannya pada rokok tapi juga karena kopinya tak kunjung datang setelah 30 menit menunggu. Setelah dijelaskan, bahkan diberi kopi baru, si Bapak akhirnya mengerti bahwa kopi di Starbucks tak pernah diantarkan. Masih dengan muka masam, si Bapak menyeruput kopinya, lalu memuntahkannya ke lantai. Gak doyan atau kepanasan?
Gara-gara si Bapak, saya menulis ini di tahun 2013 , tapi elemen tulisan saya tak lengkap tanpa kenalan dengan Barista; makanya saya menunggu dua tahun. Pesan kopi di Starbucks tak segampang pesan kopi di Warung Kopi di Aceh karena Starbucks membuat kombinasi aneka rupa kopi, konon ada ribuan. Hal paling pertama yang harus diketahui sebelum memesan minum adalah ukuran gelas: short (tak pernah ada di menu), tall, grande, venti dan trente (hanya untuk beberapa minuman dingin & tak ada di menu). Semakin besar kopinya, semakin mahal dan semakin banyak kandungan espressonya. Venti misalnya, mengandung setidaknya 2-3 shots espresso.
Tentukan juga jenis gelas yang mau kita pakai. Mug, tumbler atau paper cup. Kalau mau nongkrong mending minta mug aja, jadi ga nyampah. Sementara kalau ingin diskon 3000 rupiah, silahkan bawa tumbler sendiri. Btw, garis-garis di cup plastik Starbucks itu memiliki makna dan merupakan patokan untuk pembuatan minuman.
Tipe kopi, decaf atau half-decaf (separo decaf, separo regular) perlu diinformasikan kepada Barista supaya minuman kita tepat. Jenis susu juga penting, apalagi buat saya yang tak bisa minum susu sapi. Susu kedelai bisa jadi alternatif dengan biaya tambahan extra 7500. Kalau sedang diet dan ingin susu yang rendah kalori, bisa juga minta skinny. Saran saya kalau diet mendingan gak usah ngopi disini karena kalorinya ratusan; atau bisa juga minum teh saja.
Mari kenalan sama minuman yang paling sederhana: espresso, yang merupakan bahan dasar aneka minuman kopi. Espresso sendiri merupakan teknik penekanan kopi dengan suhu dan jumlah air tertentu untuk membuat konsentrat kopi. Espresso disajikan dalam cangkir kecil, single (29 – 37 millimeter) ataupun double dan dibuat selama 25-33 detik saja. Selain disajikan polos tanpa ‘topping’ espresso bisa juga disajikan dengan whipped cream, espresso con panna atau dengan buih susu, espresso macchiato.
Americano, Capucinno, Latte, Caffè Mocha adalah beberapa tipe kopi yang berbahan dasar espresso. Bedanya apa? Americano itu espresso dicampur air. Sementara latte merupakan espresso dicampur steamed milk dan buih susu; tapi steam milknya lebih banyak ketimbang buihnya (wet). Buat yang gak seneng komposisi ini bisa minta latte dry atau bahkan extra dry; buihnya lebih banyak ketimbang susunya.
Cappuccino sendiri mirip dengan espresso, tetapi takaran bahan-bahannya dalam jumlah yang sama; 1:1:1. Lalu, Caffè Mocha adalah perpaduan espresso & coklat. Supaya gampang mari ditengok infographic di bawah ini.

infographic courtesy of http://www.designinfographics.com
Selain kopi berbahan espresso, Starbucks juga menawarkan MISTO. Bahasa Perancisnya cafe au lait sementara dalam bahasa Indonesia artinya kopi susu. Kalau espresso pakai mesin khusus, misto ini kopinya di brewing, lebih lama dari proses bikin espresso.
Dagangan khas Starbucks adalah Frapuccino, yaitu es di blender dengan kopi, susu, buah (sirup buah lebih tepatnya) atau green tea dan diberi aneka rupa sauce (bukan saus tomat, apalagi saus sambal, tapi caramel sauce). Bagi yang tak ingin es bisa minta light ice, sementara di Amerika bahasa yang tepat adalah easy on ice. Biasanya, frappucino dihiasi dengan whipped cream. Frapuccino bisa juga dipesan dengan gaya affogato. Espresso pada minuman affogato ini ga diblended tetapi dituangkan di atas, pada akhir proses, biasanya disajikan tanpa whipped cream. Untuk Frappucino saya akan jelaskan sebagian pada postingan terpisah. Tak semuanya bisa dijelaskan karena ada banyak macamnya, bahkan ada edisi terbatasnya. Selain Frapuccino, Starbucks juga jualan banyak minuman lain seperti ice chocolate dan teh; gara-gara ekpansi minuman non-kopi inilah Starbucks mengganti logonya.
Jadi, bagaimana cara mesen yang benar? Mulai dari ukurannya dulu, kalau mau upsize (biasanya pakai kartu kredit BCA) sebutkan dulu ukuran asli yang mau kita upgrade. Lalu beritahu panas atau dinginnya, supaya Barista bisa ambil gelas yang tepat. Kemudian, urutin permintaan aneh-aneh kita dengan kolom yang tersedia (lihat sisi kanan infographic di atas). Contoh paling sederhananya: grande upsize to venti| Ice americano| decaf| single shot| extra syrup.
Beberapa hal random tentang Starbucks
- Berilah Baristanya tip karena honor atau gaji Barista itu tak sampai harga 2-3 gelas minuman yang kita pesan. Jadi berbaik hatilah member mereka tips, apalagi kalau minuman kita ribet. Tipping ini biasanya dibagi rata oleh semua Barista, walaupun ada juga Barita yang ngalami gak kebagian tip.
- Bersihin meja yang kita pakai, bukan harus di lap, cukup di buang cupnya atau kembalikan gelasnya ke counter. Tak hanya membantu Barista, ini juga membantu konsumen selanjutnya.
- Kopi di Starbucks ga pernah diantar. Jadi pas pesen sebutkan nama dengan benar, atau kasih nama yang unik, biar Baristanya senyum. Kasihan lho mereka kerjanya capek.
- Perhatikan baik-baik cup yang kita ambil dan jangan sampai ambil punya orang. Kalau ketuker, kasihan Baristanya harus ganti, padahal mereka cuma punya jatah 2 gelas sehari.
- Makanan di Starbucks Jakarta di ambil dari sebuah bakery di BEJ. Jika tak habis, biasanya makanan ini dibawa pulang oleh Baristanya. Nah kalau gak nemu makanan di kaca pajangan, tanya sama Baristanya. Siapa tahu keselip 😉
- Dibanyak tempat di Eropa, Starbucks banyak dicela karena kualitas minuman mereka yang dianggap tak seperti kopi. Kedai-kedai kopi di sana juga tak seramai dan sebanyak di Indonesia.
- Starbuck City Tumbler dan City Mug banyak di koleksi. Jadi kalau ke negara-negara yang eksotis, belilah beberapa tumblers dan mug, lalu silahkan dijual lagi di Kaskus. Kadang, tak perlu dijual di kaskus, dibawa minum ke Starbucks aja bisa ditawar sama Baristanya.
- Starbucks Dublin tak punya tumbler dan hanya punya gelas, tapi sampai detik ini baik saya maupun mas G tak pernah menemukannya. Menurut Mas G sih orang Irlandia gak doyan Starbucks & ga suka bawa tumbler.
- Starbucks tak ada di Italia, konon selain karena orang Italy kopinya lebih enak dan punya banyak kedai kopi, harga kopi Starbucks yang mahal diprediksi bikin orang ogah bayar.
- Jika beruntung, kita bisa dapat minuman apa saja dengan ukuran tall dengan memberikan komentar. Cek baik-baik semua receipt yang kita punya.
Pusing ya lihat banyaknya minuman mereka?
Reblogged this on Entre Nous.
ohh jadi bener ya Reza Rahadian sama si desainer itu 😀
*OOT* *malah ngegosip* *diguyur espresso*
sape kak, sapeee? *nyalain tipi* 😆
Lho reza ama barli bukannya dah putus. gw jarang liat lagi di sudirman park. Apa mereka udah pindah yeeee. Konon sech reza di deketi kak nicho lho #DibahasPanjang
Ooohh gituuu, kirain kak R sama kak N itu rebutan kak B #halahh *malah gegosipan disini* x)))
kalau ke starbucks memang masih banyak yang ga ngebuang paper cup atau ngembaliin gelas ke counter.
Saat aku ngelakuin hal ini yang ada baristanya kaget dan diliatin orang-orang. Temenku aja sampai negur karena ga ngerti kenapa aku kerajinan ngebuang sendiri paper cupnya 😐
Aku selalu dapat senyum ketika ngembaliin piring dan mug ke counter. Menurutku, senyum mereka itu berharga banget.
Thanks Ail infonya. Pesanku kalau di Starbucks cuman 2 : green tea atau hot chocolate, itupun selalu dibayarin kantor, kalau beli sendiri mikir2 harganya yang mahal hehe. Baru bayar sendiri pas kemaren ketemuan sama blogger, emang langsung kerasa mahalnya 😀
Kopi lokal pun, macam Anomali juga jual kopi dengan harga yang mahal. Konon kopi lokal kita harus ikut bidding internasional untuk beli kopinya Indonesia. Ini kalau memoriku gak salah ya.
oh bapak yang malang n malu paling ya dia.
kadang aku juga agak sangsi tiap makan ditempat yang baru kadang tensi kalau salah hahahaha.
Aku jarang pakai banget soal minum Starbucks mahal n kalau baru pingin aja.
awal ke Starbucks aku ma kawan aku yg pernah jadi daku memperhatikan gaya dia pesan n aku juga pesan yang sama ma dia biar gampanh.
Soal Tip dimanapun juga usahakan kasih tip mau disalon,rumah makan sampai tukang parkir.
Kasihan sebenernya bapak itu, semoga aja ada yang ngasih dia link ini. Aku juga suka memperhatikan orang untuk belajar tentang tempat-tempat baru, tapi aku pantang malu. Salah itu wajar sih.
Betul mbak..
Ngapain malu lagian mereka ngak kenal kita ya.
Beeuh, kalo tau kelakuan beberapa customer yang super ajib mah minta banget digetok. ahahahaha… Banyak benernya ini postingan. Hihi..
Warna-warni dunia ya Puji. Cerita dong pengalaman lucunya jadi Barista.
Yaampyun si bapak. Kesian juga ya barista yang ngeladeninnya. Untungnya dulu di kantor lama dah dapet crash course dari Mbak Mikan soal stb ini. Hihihi. Lengkap banget Mbak postnya.
Dani, ini postingan belum lengkap karena baru di minuman berbasis espresso aja. Kalau sudah masuk frapuccino bisa jadi buku kali ya.
Aku dulu pas S1 tulis my final paper on Stb tp budaya di Indo yg kebiasaan dilayani jadi krg paham ya dgn tradisi clean up after yourself. Pdhl hal yg sa pun hrsnya berlaku di chain fast foos lainnya. Di Stb, suhu minuman kita juga bs dicustomize lho dan utk latte serta cappucino actually the best mix is di ukuran short tp krn ini yg financially krg menguntungkan makanya gak dicantumin hahaha. Kita juga bs meramu minuman kita sendiri. Menurut pengakuan GM grup yg bawa Stb ke Indonesia yg kebetulan ada client dekatku dulu sbnrnya jumlah inventory susu dan paper cups gak ketat krn falsafah mrk memang your drink is made to your order tapi demi kedisiplinan sang barista makanya diberlakukanlah 2 cups per hari limit itu.
Wah Mbak Mikan pasti papernya menarik. Soal bersih-bersih, kayaknya di Indonesia IKEA deh yang mulai mengenalkan budaya bersihin meja, walaupun konon gak terlalu sukses juga.
Iya ya Tje, aku blm sempat ke IKEA di Indo. Orang kita masih butuh banyak waktu ya untuk adopsi budaya ini.
infonya lengkap hahahaa. Aku juga gak suka kesini tapi Matt fans berat 🙂
Minuman dari kampung halaman dia ya Non.
Hi mbak Tjetje, aku mantan Barista sbux juga.. kelakuan customer memang aneh2, banyak nemuin yang gak bikin enak ati.. tp yang menyenangkan jauuuh lbh banyak. Btw soal pesen minuman dan tata cara Sbux soal self service itu memang “tugas” barista utk menginformasi dan mengencourage customer buat ngelakuin itu. Jd biasanya parter register / kasir setelah greetings (seharusnya) tanya: mau minum apa? Coffee or non coffee? Panas atau dingin? Mau minum pake gelas atau dibawa pergi pake cup? Terakhir, beritahu kalo minuman silakan diambil SENDIRI di pick up bar yaaa.. sambil eye contact dan senyum ramah hhihihihi. Cuma gak tau ya mbak, aku liat Sbux di jkt mmg gak seperti Store aku dulu (aku opening team Sbux Jogja) yang mana aku rasa msh megang nilai2 Howard schultz banget gt loh.. soal pelayanan dan standarisasi… pun itu juga dibuktikan dengan banyak banget compliment dr customer2 dalam dan luar negeri bahwa Sbux ter ramah di dunia itu Sbux Jogja (Store ambarrukmo plaza.. kalo skrg ada dua store di Jogja). Aduh mbak, maap ya ini komen panjang bener :p. Nice post mbak Tjetje 😉
Waaa mantan barista juga? Toss dulu ahahaha
Hello, partner!! ♥. Kamu store mana? *malah nyampah di tempat mbak Tjetje… maaf yaaa :”))
Mau tanya dong. Saya penasaran aja sih, kemarin pesan makanan dan minuman di sb bayar pakaai voucher lalu setelah saya cek bonnya ternyata ada kesalahan pesan. Saya pesan americano tapi di bonnya hot chocolate. Saya dtg ke konter dan menjelaskan itu. Si mbak kasir ngaku salah dan minta maaf dan memberi pilihan makanan karna ada lebih bayar 20rb. Sanksi apa yg biasa diberikan kl ada kesalahan dr mereka? Apa pemesanan tidak bisa diganti ya? Saya ngerasa kasian ma mbak kasir karna berargumen dg baristanya. Pas saya tanya apa masalah ini sudah clear, barista bilang udah selesai tapi menurut saya belum diantara kasir dan barista.
Wah Dila, aku baru tahu kalau ada standar greetingsnya. Di sini pasti capek dan pasti banyak yang ngomel (apalagi yang ngantri di belakang) kalau harus ngikutin standard greeting itu.
Tapi kayaknya itu berlaku di Sbux asia kok mbak.. soalnya Sbux di asia = lifestyle. Kalo di amerika, eropa itu coffee = needs hehehehe.. cmiiw. Aku jg cm suka bacain history Sbux aja sama baca2 bukunya. Trus suka nodong cerita sesama partner (barista) yg kalo liburan ke luar pasti nyobain Sbux disana 😉
Aku suka Sbux di Dublin karena mereka menyediakan Almond dan aku suka nyemilin Almond. Walaupun harga almond di Sbux sana brengsyek banget.
Untuk kasih tips kira2 berapa ya? Dan langsung aja dikasih kebarista gitu pas kita ambil pesenannya?
Seiklasnya aja.
Susah ya. Bayangin yang si Bapak yang marah2. Hahahaha. Nice info Mbak. Saya pun berusaha bersihkan semua kalau leave starbuck. Karena memang saya suka spt itu. Hehehe.
Jarang banget Ryan yang mau ngebersihin meja dan tentunya aneh banget kalau bersihin meja. Buntut-buntutnya dikomentarin: Mental Babu, maunya bersih-bersih terus 😦
Hahahaa. Bener banget. Padahal di bandara luar negeri aku lihat semua org bersihin sendiri. N org Indonesia juga pada ikutan. Hahaha. Terlalu dimanja kali ya Mbak?
Hahahaha…
Tante awesome! Disini zua ganteng lagi gak doyan starbucks lagi dan gak tergila2 beli card lagi!!
Aku dulu pernah pacaran ama cowok yang lagi kuliah sambil jd barista starbucks.. katanya emang rumit bener nginget campuran.. nah jd kepikir pas musimnya secret recipe itu.. apa gak makin ruwet baristas starbucks ya
Mungkin ada applikasi di balik meja barista yang ngasih tahu takeran untuk minuman-minuman tertentu. Zua bosen ya sama Starbucks, jadi sekarang dia doyannya apa?
Komentar saya melihat kelakuan si bapak: mental yang selalu dilayani dan tak pernah bisa melayani, bahkan melayani diri sendiri dianggapnya susah :hehe. Bagaimana mau melayani orang lain?
Saya sekali pun belum pernah ke Starbucks jadi semua info di sini jadi pelajaran baru bagi saya. Beragam sekali ya minuman mereka Mbak. Terima kasih atas infonya :hehe,
Gara, yakinlah sanger tak kalah enak.
Sanger itu apa, Mbak? :hehe.
kopinya Aceh Gara.
Ooh… terima kasih informasinya Mbak :)).
Dulu saya pertama kali coba Starbucks benar2 excited sekali karena banyak yang omongin, apalagi di Indonesia, tapi akhirnya kecewa karena rasanya ga spt yang saya kira.
Saya jarang banget ke coffee shop, tapi sekalinya lagi kepengen, biasanya mampir ke Baresso drpd Starbucks. Lebih enak dan murah #lifeasapoorstudent 😅
Aku bukan penikmat kopi sih Stephanie, jadi gak terlalu ngeh dengan rasa kopi. Yang penting mata melek aja. Tapi kalau menurut penggemar kopi, rasa di Sbux emang kurang menggigit ya. Langsung google Baresso karena baru dengar, ternyata chain Denmark.
Saya sendiri ga terlalu ngerti soal jenis2 kopi, tapi berasa aja gitu kalau rasanya enak. Jadi cuma bisa kommentar ‘enak’ atau ‘ga enak’ doank😂
Kalau udah enak ga terlalu peduli sama merknya deh. Yang penting ada coffeinenya juga 😊
Whattt? Aa REZA beneran ama si designer ituh? Sudah banyak dengar ttg beliau. Btw gak minum kopi jd ga bisa ngerti nama2 or jenis2 kopi. Yg pasti kalo mesti ke sbux or coffeshop pesennya hot chocolate *cupuuu* :)))
Designernya siapa si Kakak? Boleh dong inisial *kepotingkatdewa :p
BA *kalo ga salah inpoh* :)))
Padahal ngefans ama AA reza loh ini
Ooo iya bener berarti hahahaaa
Pada gagal fokus yaks!
Openingnya langsung bikin salah fokus soalnya. Hihi
Iya itu kalimat nggak nyambung dengan isi pembukaan; padahal mau ngebandingin muka Reza Rahardian yang katanya ganteng, sama muka si Bapak itu.
Aaaaaaaah tuuuhkaaaaan selama ini mencoba denial, tapi… Tapi… Tapiiiiiiiii 😂😂😂😂😂😂😂 , oooh RH dan BA 😞😞😞
Hah kenapa harus di deny?
Aku dulu doyan banget Starbucks, sejak pindah sini nggak pernah minum lagi soalnya cafe2 laen emang lebih enak kopinya. Starbucks di sini jarang cuma ada seuprit aja… paling kurleb 5 kedai di Auckland. Kalo di sini gaji barista malah mahal *bebanding kebalik*. Temenku dulu juga barista Starbucks, kasian emang suka kena oceh2 tante2 yg berasa harus dilayani gt.
Wah sedih gue bacanya, betapa Barista disini nggak dihargai. Padahal ngebayangin kerja mereka capek banget.
Hooh Tje, sejak kerja di hospitality dulu skrg aku berusaha ramah deh sama barista, waiter dll. Soalnya mrk kerja capeeeeeek banget sering diomelin orang gajinya minim lagi (udah ngerasain sendiri) haha
aku ke Starbucks sini krn pengen carrot cake atau cake lain nya aja sih, sama kalau summer baru deh pesen frapuccino nya 🙂
Disini mereka nggak punya carrot cake, tapi almond croissantnya enak.
Pernah sekali kopi itu waktu di bandara soetta, tapi gak begitu suka kopinya.
Itu sibapak ketahuan kampungan haha…
Penyuka kopi banyak yang gak suka kopi Starbucks karena rasanya gak enak ya? Saya nggak doyan kopi, jadi gak tahu rasanya.
Klo di Montreal terkenalnya Tim hortons mbak. klo starbucks ga terlalu banyak disini. benar kata mbak, selain mahal, rasa kopinya biasa aja. masih mendingan kopi di Mc Donald hehehe.
Aku bukan peminum, jarang banget minum kopi, jadi gak tahu bedanya. Melihat budaya kopi ini mestinya kita encourage kedai kopi nusantara ya
gw uda sering bener diomelin temen (termasuk si bini bule) karena ga buang paper cup nya.. kayanya di MTB ada tulisan untuk buang paper cup deh..
Hahahhahaa……makanya kemaren dibawain tumbler special biar gak perlu pakai paper cup.
Saking banyaknya option di Starbucks, biasanya sambil ngantri sambil mikir mau pesen apa, begitu nyampe depan kasir masih gelagapan ga tau pesen apa. Akhirnya pesen teh atau greentea latte aja. Hampir gak pernah ke Starbucks karena mahal, ga suka kopi dan suka malu sendiri, berasa kampungan karena ga ngerti mau pesen apaan huhu 😦
Kopi mereka emang gak umum, jadi kalau gak tahu gak papa. Kita juga bukan barista, jadi bukan tugas kita ngapalin nama-nama kopi 🙂
Hehehe aku membiasakan untuk bersihin meja dan balikin nampan dekat meja tempat saos kalo lg ke fastfood.
Omg BA sopo tho? Jadi pnasaran 😉
Bagus, semoga bisa dicontoh semua orang. Salah fokus nih jadi ngebahas artis.
Soal balikin piring dan gelas, aku selalu lakuin gak hanya di Starbucks tapi juga di resto cepat saji. Kalau ngelakuinnya lagi di Indonesia, suka dapat perhatian aneh dari mas/mbaknya malah. Trus mereka suka, “Eh mbak-mbak, nggak usah mbak, saya beresin aja.” Eaaaa.. Hihihi..
Iya pada sungkan sendiri.
wahaha ini diaa, mas S saya juga setelah tinggal di indo merasa bingung kenapa oh kenapa starbucks lakuuuu bener di sini, padahal kopinya ga enak menurut dia. di aussie starbucks juga ga laku, lebih laku coffee shop asli sana karena kopinya lebih enak (katanya). bahkan nih, espresso daily bread bakery cafe itu menurut dia jauh lebih enak dibanding starbucks hahaha
Disini gaya hidup. Kalau pas lagi Starbucks half-price, tanggal 22, antrian di Starbucks mendadak jadi puaaaaaanjaaaaang.
Lebih suka ngopi buatan rumah. Tapi kalo ke sb dket kantor di Jkt dulu pesananku selalu cold chocolate no ice, skim milk, no whip, extra choc. Enakk. Ohya ga pernah sebut size. Selalu dikasi yg default (kira2 medium -masih ga nguasai istilah2 sizenya sb), no problem buatku. Dan aku ga tau mereka terima tips..
cold chocolate no ice? Errr, gimana bikinnya jadi dingin?
Skim milk yg dia pake kulihat kardusan. Ga mungkin disimpan dalam kondisi hangat deh, bakal cepat rusak. Kalo asalnya dari konsentrat/ sirup coklat juga bisa aja dingin trus tambah lagi air dingin. Tp ini ga pernah lihat, yg pernah kulihat cuma extra chocnya dari bubuk coklat. In any case, tanpa es jadi dingin bisa koq.
Gw kalo ke starbuck suka iseng2 nyebut nama “keenan pearce, stuard dll” trus abis itu lupa saat dipanggil pesenan dah jadi. Ujung2 nya gw benggong lama menggingat nama nya tadi siapa hahahah
Ya ampun, artis. Eh Cumi, guwe itu gak tahu nama asli lu lho. Nama lu siapa sih?
aku nggak bisa minum kopi mbak jadi boro2 mau kenal starbuck. eh tapi aku penasaran negara eksotisnya itu dimana mbak? apa semacam kayak KFC atau McD yang suka ada menyesuaikan menu lokal itu ya gayanya.
Negara aneh-aneh yang jarang di denger dan kira-kira gak kebayang kalau di tempat itu gak ada Starbucks. Eh tapi itu mestinya nama kota sih; macam Iloilo kali ya.
Cuman sekali ke starbuck, dan langsung kapok coz bikin dompet lemes.. Hihihihi
Dompet lemes, kalori naik ya. Harganya disamain sama harga internasional.
Saya sendiri cukup seneng minum kopi, dan memang menurut saya kopi Sbucks lebih cocok buat ngopi2 ganteng atau buat sekedar ngobrol sama kawan2, bukan buat duduk sendirian dan ngehirup aroma kopinya, mungkin karena suasana tempat mereka selalu nyaman ya (apalagi dibanding J’**).
Saya pernah coba salah satu kopi panas di Sbucks, dan secara subjektif sy nyatakan gak lebih enak dari kopi 6000an di Indomar*t.
Tapi suasana nongkrong di Sbucks slalu bikin kita pengen balik lagi buat ngobrol sama kawan2.
LOL emang disini jadi tempat nongkrong sambil cari WiFi.
Yang jelas starbucks juga tidak ada di pedesaan. Siapa cobak yg mau beli?
Harganya yg selangit itu mungkin bisa buat belanja ke pasar selama seminggu
Sebenernya gak hanya Starbucks yang harganya selangit, warung kopi Indonesia juga ada yang harganya segitu. Konon sih karena bidding kopinya internasional.
Saya sih berharap sbux gak masuk pedesaan nanti warung kopi tradisional tumbang. Kalau soal kemampuan ekonomi, di pedesaan banyak lho yang setoran duit pakai karung ke Bank, jadi daya belinya pasti ada.
menurut saya sih ya, mahal atau murah itu relatif, coba deh liat secara detail bahan bahan yang dipakai, fasilitas yang disediakan, sama barista nya.
contoh nih dilihat dari kopi nya aja:
Harga normal biji kopi Robusta berkualitas baik, dan sudah disangrai, dijual di Indonesia berkisar seharga Rp 45.000 per 250 gram.
nah Karena dari Modal Biji kopi Robusta berkualitas cukup baik yang sebelum di sangrai ( Green Bean ) seharga 50.000 per kilo. ( 50000/kilo : 1/4 = 12.500 ).
Jadi, butuh Rp 12.500 hanya untuk modal green bean nya saja, itu belum termasuk packaging, pemasaran, biaya sangrai, gaji barista, fasilitas, operasional dan lain-lainnya.
Sbux yg saya tau dia memakai biji kopi arabika, yang harganya bisa mencapai 5-10 kali lipat harga robusta. belum lagi susu nya memakai greenfields 1 liternya bisa mencapai 35ribuan.
agak panjang ya.. hahaha maafkan saya..
Indeed mahal itu relatif, tergantung kantong masing2. Eh gaji baristanya kecil lho, ga banyak. Paling cuma beberapa cup kopi. Kalau harga beans memang mengikuti harga pasar internasional, makanya Cafe shop local harganya hampir sama dengan Sbux.
klo sy lbh suka oldtown …kopi da … *nyamberr
Ah belum pernah nyoba old town kopi. Bukan penikmat kopi juga sih 😋
harganya mahal karena merk..
Dengan harga yg sama, sudah banyak kedai2 kopi yg memberikan kualitas dan kuantitas kopi lebih baik
Lagian roastingan nya emang cocok buat penikmat minuman rasa kopi doang..
IMHO
Pendapat pribadi, stelah cobain sb 1x. Cukup, seumur hidup ga perlu ksana lagi 🤷🏻♂️
Saya sih gak suka kopi, jadi selalu minum teh aja dan kalau di sini, mereka standard harga kedai kopi.
Suka banget postingannya. Mau cerita Stbcks juga, eh nemu ini.
Pastikan kalo duit pas-pasan, jangan masuk sini deh. Bisa menyesal seumur hidup. 😀
Starbucks memang jadi “mahal”karena tak berbanding dengan penghasilan kebanyakan orang di Jakarta. Sementara di Irlandia, orang gak punya juga ngopi-ngopi di Starbucks, karena harganya yang mirip dengan harga kedai kopi lainnya.
Gak cuma di Starbucks, setiap ke restoran fast food aku selalu buang cup/sampah sendiri. Soalnya aneh aja kalau ditaro di meja, kan kita dapatnya juga cup/piring kertas jadi harusnya dibuang. Kecuali kalau piring betulan ya, nanti malah ditegur, hihihi 🙂
Aku kalau dikasih mug biasanya aku pulangin ke counternya lagi.
Pingback: Aneka Rupa Starbucks Frappuccino | Ailtje Ni Diomasaigh
kadang pengen gitu beli2 kopi/bikin kopi yg aneh2. tapi sayang ada magh jd sakit perut mulu kl abis minum kopi 😦
Wah kalau kayak gitu coba kopi yang decaf aja biasanya lebih friendly dengan perut.
Kejadian baru aja nih. Jalan kaki dari kantor ke sbux di oakwood, sampe sana aku ngeliat ada satu meja yg letaknya di tengah diisi 5 orang yang terlihat “well educated dan elit” – if you know what I mean – tapi pas selesai urusannya mereka langsung aja pergi meninggalkan banyak sampah papercup, tissue dan juga piring kotor di atas mejanya. Di bawah meja ada beberapa helai tissue jatuh… Sementara para barista (yg kayaknya dianggap oleh mereka merangkap sebagai cleaning service) sedang sibuk ngelayanin pengunjung jadi memang belum sempat ngebersihin.
Saya sendiri duduk di spot favorit saya yang sebelumnya juga sudah diduduki oleh pengunjung lain yang meninggalkan sampah sebuah papercup dengan tissue di atas meja yang juga belum sempat dibereskan oleh baristanya.
Sambil menikmati minuman – saya perhatikan akhirnya ada barista yang baru datang dan langsung ngeberesin meja di tengah yang kotor itu. Meja yang sempat dihindari oleh beberapa pengunjung karena emang dekil banget. Setelah bersih baru deh ada 3 orang yang mau duduk di sana.
Saya sendiri, setelah selesai menikmati minuman, langsung ngebalikin mug ke counter dan langsung mendapat senyum manis dari sang barista sambil mengucapkan “terima kasih ya Pak”, lalu juga ngebuang sampah papercup dan tissue yang ditinggal oleh pengunjung sebelumnya ke tong sampah yang sejatinya cuma dua langkah aja dari tempat duduk tadi.
Doing that simple thing(s) bukan supaya saya dibilang “sok bule” (karena disinyalir itu kebiasaan orang bule), tapi karena saya ga suka keadaan berantakan dan malu kalau saya “meninggalkan jejak” yang berantakan. Apa yang kita tinggalkan menunjukkan kualitas diri kita. Itu sih kalo menurut saya… Maaaaap ya komennya kepanjangan.
Btw, saya suka banget baca tulisan ini!
Terimakasih komentarnya Bang Joe. Sayangnya bule-bule pun banyak yang males ngebersihin, hanya segelintir yang sadar untuk ngebersihin. Biasanya sih yang tahu betapa ribetnya beres2.
Waaah ternyata gitu yah… Ahahhaa! Iya, aku sih bener2 ngerasa kasian aja kalo mereka ribet gitu hehehehe.
Btw, seru banget baca blog-nya nih! Kewreeen!
Terimakasih banyak.
Kalo aku suka banget sama Starbucks dibanding coffee shop sejenis lainnya karena rasanya mild. Beberapa coffee shop lain yang rasanya strong banget bisa bikin pusing bahkan muntah. Aku juga suka banget sama card dan tumblernya. Jadi obsesif kompulsif buat ngumpulin poin dan koleksi mugnya. Kadang Starbucks rasanya memang gak enak tapi seneng aja belinya. Lebih ke prestige dibanding kebutuhan pastinya. Hang out atau ketemu orang, Starbucks sering jadi pilihan karena dianggap layak secara sosial.
Starbucks memang untuk gaya hidup ketimbang rasa.
Ribet bet ya ngopi di sbux.
Kemaren aku ke sbux jungle land, terus pertama aku masuk dan langsung dikasih senyum ramah security nya(?) Disitu aku liat kira kira ada 6 anak remaja perempuan lagi ngobrop gitu. Langsung aja pesen ke barista nya, pesen “caramel macchiato” and ditanya “yang sedang apa yang besar kak?” Terus aku jawab “yang sedeng aja” barista : “ice blended apa biasa aja?” Aku : ” ice blended” terus si barista nya nanya lagi “atas nama siapa kak?” Aku “bintang” barista “oke,ditungu ya kak” aku nunggu. Dipanggil tuh nama aku, udah deh abis itu keluar .
Terus si mamah aku pengen kopi americano,aku masuk lagi tuh, kopi aku yang tinggal seperimpit aku bawa masuk juga ke dalem, dan kali ini barista yang ngelayanin nya cowo, barista : “pesan apa?” Aku : “americano coffee” terus barista nya agak kaget gitu. Barista “buat siapa kak? Buat kaka lagi?” Mungkin si barista liat coffee yg aku bawa. Aku “buat mamah” barista ;” buat mamah?” Aku : “mamah siapa?” Aku : “mamah bintang” barista ” ooh mamah bintang,dikira buat kaka lagi” aku :”ahha bukan” barista : “kopi nya panas?” Aku “iya panas” barista : “jadi semua nya 32 ribu ya kak” aku ngasih uang 100 rban. Barista : “oke uang nya 100 rb. 100 rb dikurangi 32 berapa hayo?” Aku mikir.agak lama. Terus aku jawab “78” barista ; ” salah” aku : “68” barista ” yeay kakak benar, selamat karena kaka telah menjawab pertanyaan tadi dengan benar,kaka mendapatkan kembalian sebesar 68 ribu rupia” yaila barista nya ngelawak.
Nah pas aku liat si 6 anak remaja ini masih duduk disana,terus mereka pergi dan masih ninggalin gelas plastik yang cuma 1. Mereka ngumpul banyak gitu yg beli cuma 1?.
Nah udah dipangil nama aku,terus barista cowo tadi bilang ” makasih kak” udah deh gitu ceritanya.
Baristanya kocak. Ya kalau di Indonesia mah biasa yang beli satu yang lain numpang doang.
Sebenarnya si kalo untuk hot beverage yang ada espressonya gitu pada dasarnya gak ada campuran gula/syrup gitu,jadi aslinya espresso dan susu aja !!makanya agak pahit gitu kecuali seperti caramel machiato.biar enak pas kita mau minum mending waktu order langsung minta dimaniskan aja,tapi kadang ada additional chargenya gitu..yaa 6000/7000 gitulah .
Kalau yang tradisional memang harusnya espresso dan susu/ foam susu. Tapi Starbucks bukan kopi tradisional, dia lebih fokus ke produk2 non kopi (dan susu). Kalau minta sirup pasti di charge. Ganti susu aja dicharged, beda dengan disini, susu non-sapi gratis.
Eiya, jadi aku pny temen tinggal di Amrik. Dia tuh kalau ke sbux disana, sllu pesen kopi yang short, tapi di grande cup, trus dia jalan ke meja kecil yang tempat sedotan, tissue gitu, trus disitu disediain susu/cream, trus dia tambahin deh susu/cream sampe full di grande cup nya. Kalau di Indo bs kayak gitu gak sih? Kalau bs kan lumayan, hemat rupiah 🙂 🙂
Bisa kok kalau mau. Paling gak enaknya susunya gak hangat.
semenjak starbuck ganti logo,jarang banget kesana.
kopinya ga begitu kerasa dan mahal juga soalnya
paling ke starbuck pas nunggu di bandara atau stasiun doang hehehe
itu juga pesennya cuma americano biar melek atau hot chocolate pas lagi winter
lebih seneng ke coffee shop setempat kalo lagi tugas,murah sama rasanya biasanya unik gitu sesuai tempat
aku pernah tugas di itali,dan emang beneran ga ada starbuck disana. soalnya orang itali ke coffeeshop cuma pesen,ambil,terus balik lagi ke kantor.
tapi coffeeshop selalu rame,apalagi pas coffee break.
kalo menurut aku sih kopi di coffee shop itali yang paling enak di eropa,kalo dibandingin sama negara lain
anyway thanks infonya, bagus banget buat dibagiin ke orang yang belum tau starbuck
Wah terima kasih atas konfirmasi Starbucks di Italia. Banyak peminum kopi yang gak suka Starbucks, karena gak enak.
Ada menu starbucks yg gak ada di menu. Di bahas donk brew. Konon gak di taruh di menu karena material lebih mahal dari harga jual nya. Jadi jual rugi. Kalo gak salah nama nya RD.
Soal secret recipe gak semua outlet bisa bikin deh, karena kadang bahannya gak ada.
wah ane baru tau nih..infonya bermanfaat abiezzz
kalo ane sih ngopi setelan warung, dengan menu favorit kopi hitam jiahahaha 😀
Reblogged this on albertmanurung and commented:
just in case biar gak mati kutu ntar ngopi disono LOL
Mbak Tjetjeeee, barusan kena notif komen nih jadi ngebaca ulang postingan ini. Sejak tinggal di melbourne aku blm pernah ke Starbucks soale warung kopi disini jauuuuh lebih enak hihihi. Happy new year yaaa 😊😊
Selamat tahun baru juga Dila.
Jelas lebih enak… itu tu