Halo dari Dublin!
Beberapa minggu belakangan ini saya repot membereskan pekerjaan kantor, kamar kost dan jalan-jalan. Akhirnya, setelah direncanakan selama berbulan-bulan, jadi juga saya pindah, keluar dari kamar kost tercinta. Sebenarnya, ketika awal tinggal di Jakarta, kost-kostan bukan hunian idaman buat saya, tapi ketika banjir besar melanda Jakarta tahun 2007, mematikan listrik dan telepon di sepanjang Sudirman, merendam toko elektronik di sepanjang Benhil dan tentunya bikin macet tiada tara, saya memutuskan menjadi anak kos supaya tak wira-wiri dari kediaman di ujung Jakarta ke kantor yang ada di ujung lainnya.
Hingga saat ini, saya “hanya” pernah tinggal di tiga tempat kos. Kos pertama pemiliknya agak brengsek. Kost-kostannya dijual pada konglomerat kaya raya untuk dijadikan mall dan kami diberi waktu tiga minggu untuk keluar. Jangan tanya gimana marahnya kami anak kos, tapi yang menyedihkan, tetangga saya yang berasal dari Africa curhat dan nangis heboh. Rupanya, dia kesulitan cari kos baru karena kulitnya menjadi sumber diskriminasi. Saat itu, saya rasanya bersyukur banget, biar terancam harus pindah kos gak kesulitan cari tempat baru.
Kos saya yang kedua terletak di belakang Lotte Avenue. Sebulan saja saya tinggal disitu karena kost ini “muaaaaahal” dan busuk banget. Mahal saya beri tanda kutip karena kamarnya sih gak terlalu mahal, tapi kamar tanpa jendela ini banyak banget biaya tambahannya, dari mulai bersih-bersih kamar sampai laundry. Manajemennya pun kurang profesional dan tak jelas. Yang jelas para pekerja di kost-kostan ini bisa seenaknya “malak-malakin” dengan aneka rupa biaya tambahan. Beda jauh dengan kos-kostan pertama saya yang semua harga sudah termasuk.
Lalu pindahlah saya ke kost yang paling akhir ini. Harganya “lebih mahal”, apalagi jika dibandingkan dengan kos pertama, tapi kost ini menyenangkan banget, walaupun baru-baru ini harganya melonjak 30%. Pemiliknya ketahuan orang pajak nilep, menurunkan harga kamar kost jadi 1/3 di atas laporan pajak. Si tukang pajak pura-pura datang ke kost, lihat kamar, lalu nanya-nanya harga. Setelah transaksi hampir jadi, baru deh ngaku jadi orang pajak. Cerdas deh anak buah Ahok!
Belajar dari pengalaman kos saya yang tak seberapa, ada beberapa tips dari saya untuk memilih kos supaya betah dan supaya gak perlu pindah ke apartemen:
- Lokasi: Selain mencari tahu akses kendaraan umum, lihat juga portal di sekitaran kos. Daerah karet belakang WTC misalnya, terkenal di antara para pengemudi taksi harus bayar biaya portal 5000 rupiah. Tukang taksi pun jadi males dan ogah karena pungutan liar ini. Kalau portalnya ada yang jaga sih masih OK, kalau gak ada yang jaga, terpaksa mesti berputar cari jalan.
- Jendela dan matahari: Untuk kesehatan badan dan jiwa, saya menyarankan untuk cari kamar yang tersiram matahari dan punya jendela, supaya kamar tak pengap, tembok tak berjamur dan pakaian lebih awet.
- Fasilitas kost: sebelum bayar deposit ada baiknya untuk ngecek semua fasilitas yang dimiliki kost, dari mulai air, lampu, internet hingga sinyal handphone, supaya hubungan dengan dunia luar tidak terputus. TV kabel juga mesti ditanya, kalau perlu tanya sumbernya, karena banyak kos-kostan nyolong TV kabel, otomatis kalau tayangan hilang gak bisa protes.
- Keamanan: di kost saya yang pertama, ada kejadian handphone hilang di dalam kamar. Di tempat ini orang bebas keluar masuk. Satpam yang dipekerjakan pun guyonan, Bapak-bapak tua umur 70an yang kira-kira sudah gak sanggup ngejar maling. Saking bebasnya, pedagang buah pun bisa masuk ke lantai atas dan teriak-teriak jualan buah. Tak hanya itu, ada aneka macam perwakilan organisasi yang sering ngetuk pintu kamar, minta THR menjelang Lebaran. Jauh berbeda dengan kos saya yang terakhir, pintu pagar dijaga 24 jam, kendaraan masuk pun mesti buka jendela. Seaman-amannya, ibu pedagang nasi uduk masih bisa masuk halaman kos, meneriakkan dagangannya di pagi hari dan bikin tidur jadi tak lelap.
- Bersih-bersih kamar: Hal yang lumrah kalau kamar kos pekerja di Jakarta itu dibersihkan. Fasilitas ini biasanya sudah termasuk di dalam biaya kamar dan tak perlu ditambah biaya lagi. Kalau mau ngasih para pekerjanya sih gak masalah, tapi kalau gak ngasih emang itu sudah bagian dari pekerjaan mereka. Satu hal yang saya perhatikan, pegawai kost-kostan itu biasanya jujur. Setiap pegawai biasanya pegang kunci kamar dan membersihkan kamar ketika kita tidak ada. Di kamar kos saya terakhir, kamar wajib dibersihkan karena saat membersihkan kamar, peralatan dalam kamar di cek (i.e shower, kran, lampu). Bagi yang tak percaya, kamar kos boleh dibersihkan dengan pengawasan.
- Manajemen kost: Manajemen yang jelas mempermudah urusan, dari mulai AC bocor, pintu susah dibuka, internet mati, sampai ada cicak mati di dalam kulkas pun tinggal SMS, langsung dibenerin. Akses terhadap manajemen juga memungkinkan protes rame-rame ketika harga kamar dinaikkan.
- Laundry: kost-kosan biasanya bekerja sama dengan perusahaan laundry, tapi jika tak ada, ada baiknya mapping dulu lokasi laundry terdekat. Daripada repot sendiri. Barang-barang besar seperti sprei dan bed cover, biasanya tak termasuk barang yang dicucikan, jadi harus dikirim ke laundry.
- Parkiran mobil: buat yang bawa mobil, daripada deg-degan parkir di jalanan Jakarta, mendingan pastikan kost punya area parkir. Biasanya, ada biaya tambahan. Nah kalau bayar parkir, ada baiknya dipastikan kalau tempat parkirnya terjamin dan gak diserobot mobil lain.
- Tamu menginap: Di banyak kost-kostan tamu menginap itu wajib bayar, biayanya bervariasi, dari 50 ribu hingga ratusan ribu per malam. Tips hemat saya, jika ada tamu yang menginap dalam jangka lama, mendingan bayar kamar untuk dua orang selama satu bulan.
Kost di atas ini namanya Palm Residence, lokasinya ada di Guru Mughni, depan Indomaret. Sangat direkomendasikan!
Soal tetangga kost, selama ini saya jarang berinteraksi dengan tetangga, paling banter sih marah-marahin tetangga artis yang suka berisik banget ketika sudah malam. Sementara, tetangga yang kalau bercinta kenceng banget gak bisa diapa-apain, paling cuma ngedumel di twitter aja. Individualisme di dalam kost sangatlah kental, ketemu tetangga gak pernah bertegur sapa. Eh ada juga tetangga yang pernah nyapa ketika saya dan teman nunggu taksi di depan kos. Rupanya Mas itu butuh joki 3-in-1. Aseeeem!!!
Selamat berakhir pekan.
xx,
Tjetje
Anak kos manja
Hahaha. Trus jadi ngejoki Mbak Tje?
Kalau aku, dulu pas nyari tempat kos, selalu ngakak setiap lihat tulisan ‘Kos wanita baik-baik’ LAH DARI MANA TAUNYA BAIK2 DAH? Hihihi.
Ogahlah, secara kami perempuan baik-baik, bukan joki *lha*. Perempuan baik Pulangnya gak malem2, kalau yang pulang malam atau bahkan pagi bisa dikunciin tuh.
Atuhlah kalau kerja di media dan harus pulang malam piye?
Hiks. Aku bukan wanita baik-baik. Hihihi.
Nah itu dia, perempuan pulang malam diasosiakan dengan hal2 kurang baik, padahal siang bolong juga ada jasa bobo siang bareng kok.
NAH!! Hahahaha.. Iya.
Halo mbak….
Sdh lama menanti postingan Mbak…. :D. Terimakasih sdh mencerahkan malam saya.
Kapan2 ceritakan ttg kehidupan di Dublin ya mbak….
Salam
Hi Rani, nanti aku tulis ya. Selamat tidur. Xx
Ail, cerah ceria cuaca Dublin opo hujan deras mendung kelabu? Haha. Thanks sharingnya. Tak tambahi yo. Sebagai anak kos2an sejati sejak umur 15 tahun. Lokasi kos : pada umumnya anak kos cari kos2an yang lokasinya dekat dengan penjual makanan. Kalaupun tidak dekat sekali, minimal terjangkaulah dengan berjalan kaki atau naik kendaraan. Lokasi yang strategis dengan tempat jual makanan ini juga berpengaruh untuk memilih kos2an. Beberapa teman sewaktu di Jakarta pindah kos karena jauh ketika beli makan. Atau kalau nggak, cari kos yang menyediakan dapur. Maklum, kebutuhan perut lumayan krusial 😀 Aku selama 6 tahun di Jakarta, bertahan dengan 1 tempat kos, ga pindah2. Uang kos juga cuman naik 2 kali. Itu campur dengan yang punya rumah, pasangan pensiunan. Jadi bisa pakai fasilitas rumah mereka juga, misalkan dapur dan kulkas. Dekat kantor dan dekat tempat orang jual makan. Hanya ada 2 kamar yang dikoskan. Kerasan disana karena seperti rumah sendiri. Nyaman.
Aku malah ogah kalau kost kayak rumah, males basa-basi. Nah kalau makanan sekarang bisa diatasi dengan Gojek yang delivery makanan Den, kerasa banget nikmat GoFood ini.
Dublin cerah tanpa hujan tapi hawanya agak dingin. Bagaimana Londo? Aman?
Oh iyoo, aku lupa hidup ngekos dimasa lampau dimana segala kemudahan cari makanan belum ada :))) jadi masih manual carinya. Kebetulan sekali aku dapat ibu dan bapak kos yang cuek banget. Aku jarang basa basi sama mereka. Ketemu ya cuman senyum aja. Makanya aku betah, soale ga perlu basa basi. Selain itu aku sering dapat makanan. Ibu kos usaha kateringan 😀 Standar aman Den Haag : adem, mendung gelap, hujan tiap hari, angin kencang.
Aku ga pernah punya ibu kos, males urusan sama ibu kos, suka reseh soalnya.
Huahahahaha…buntutnya ga enak banget ya tje… butuh joki ternyata
Eh iya masih inget tuh banjir 2007 stuck pulang dari thamrin…huhuhu
Btw enakan kost2an yang tipe satu rumah besar dan bisa share ruamg tamu dan dapur gitu ga sih? Krna lebih bisa mingle ama penghuni lain ya. Kalau yg udah dikotak2in tuh memang lebih individual ya
Aku gak suka kost tipe rumah, sukanya kamar sendiri2 gak perlu basa-basi. Ini ada dapur sharing juga tapi aku jarang banget makanya, males masak.
Aku stuck 5 jam Joyce!
Aku hanya sekali saja ngekos, ketika dulu di Bandung, haha. Dapat tempat yang oke dan cukup nyaman, walaupun pernah kecolongan hape dan jam tangan juga sih satu kali. Tetapi untungnya juga tetangganya baik-baik dan ga ada yang aneh-aneh, haha 😆
Wah beruntung sekali dapat tetangga baik. Aku tetangganya aneh-aneh tapi jadi banyak cerita :p
Hahaha ngakak baca akhirnya, ada tetangga kost yg nyapa eh ternyata joki! 😀
Ahh mbak Ailsa udah pindah Dublin beneran yah, blom sempat ngupi di Jakarta kitah
Iya Lim sudah pindah. Ngopi di Dublin ae piye?
Terdengar bagus ngopi bareng di Dublin, asalkan dikirim surat undangan dari sana hahaha.
Hahahaha…..
Aku orangnya loyal, #tsaelah hahaha. Waktu kuliah 4 tahun, betah disitu aja, walaupun akhir2 semenjak ganti manajemen jd kotor, jd bau, trs beberapa baju suka ilang. Nah abis balik dr belanda ngekost lg, harga lumayan agak mahal, tp bebas, org tua mau dtg berapa hari pun gk ada biaya tambahan, seperti sekarang, mama sm tante sm sepupu sudah nangkring sini semingguan :P. bawa alat2 listrik sebanyak apapun sudah all you can use, walaupun naik terus tiap tahun tp masih bisa aku terima dgn lapang dada mengingat segala keuntungan yg aku dapat. Soal tetangga, busyet ini sebelah aku cowok ber2, klo berantem sm pacarnya keluar semua kebun binatang, trs bangun pagi jam 7, tp pasang alarm dr jam 5 pagi dengan musik yg menggerikannnn banget >.<. Udh berkali2 diketuk, ditinggalin notes gk berubah juga. Akhirnya aku aduin aja sudah.
Nah kalau aku ada yang ribut gitu panggil satpam Trid. Kalau Denny Sumargo dulu sering gue bantingin pintu, suka berisik.
Ada mbak2 yang pernah marah sama pasangannya pakai pencet2 klakson, aku samperin karena berisik. Urusan berkelahi mah silahkan asal gue bisa tidur 😉
Agak galak gue kalau urusan kenyamanan tidur.
Yg kamar sebelah aku samperin gk mau keluar mba, cm matiin alarm aja, besokannya gt lg, aku ketukkn lg, malah gk bangun sama skali >.<. Iaa emang kudu galak soal kenyamanan tidur sh mba, abs itu kan istirahat yg penting aplg klo cape seharian trs klo kebangun gara2 org lain bikin keributan, cranky bgt rasanya yaa..
Gak ada satpam ya Trid?
Hi All.sorry for late post..Salam kenal ,btw kalian kost di tempat yg sama?Boleh share ngga alamatnya kost detailnya?Thank you yach
Aku dulu kost di palm residence, di guru mughni. Kamarnya hampir 20m persegi. AC, kamar mandi dalam, Hot water, shower, TV kabel, internet. Harga persisnya aku lupa, tapi di atas 3,5an.
Ah Mbak dirimu sudah di Dublin ya, jadi rencana kunjungan ke Ereveld bersama itu tampaknya akan tertunda untuk waktu yang sedikit lama (banget… tapi bisa kunjungan sendiri kan :hihi). Kalau di Irlandia, kosnya bagaimana Mbak (eh emang Mbak di Irlandia ngekos ya :hehe). Semoga sukses selalu di sana ya Mbak :)).
Soal kosan, saya mencari yang sepadan antara harga dan fasilitas :hehe. Dan saya setuju juga dengan poin-poin itu, terutama jendela dan sinar matahari, dulu pernah kos di tempat yang jendelanya cuma 1 dan kamarnya tak dapat sinar matahari, asli jamuran banget semua-muanya. Makanya giliran sudah kerja sekarang cari kosan yang jendelanya besar-besar :haha.
Iya Gara gak sempet. Pergi sendiri aja ya, arrange sendiri. Eh sudah aku kasih emailnya belum?
Tidak ingat Mbak, coba nanti saya cek lagi ya, terima kasih :hehe.
Selamat beberes! :hoho.
Aku gak ngekos, disini di rumah dan tentunya harus beberes.
Apa mba ? Tamu menginap di wajibkan membayar ? waah aku baru tau. biasanya cukup lapor aja ke pemilik kost 🙂
Iya emang aneh sih tapi kalau di kos ku itu extra money for the workers.
pengalaman kostku nggak Jakarta sih..
tapi kurasa sama aja ya, cari kost yg dekat jalur angkot, kamar mandi dalam, nggak berisik dan nggak nyampur sama yg punya rumah
Iya mbak lebih merdeka kalau gak nyampur ya.
Wih mbak ail ternyata anak kosan juga haha.
Aku udh setaun lebih ngekos, tadinya ga boleh sm mama. Katanya bahaya anak perempuan tinggal sendiri, tp ga ada pilihan lain hahah akhirnya kosnya yg khusus perempuan, dlm komplek (portal jam 9 udh tutup), plus kalo mau masuk kos harus pake access card 😄 canggih kos2an sekarang! Anyway, ku tunggu cerita tentang Dublin yaa.. siapa tau ada kesempatan ke sana 😄😄😄😄
Iya aku seneng jadi anak kos karena dimanja, semua dibersihkan dan dirapikan. Tahu beres deh. Indeed kos sekarang canggih, kayak hotel ya.
Sip aku cerita tentang Bali dulu ya baru cerita tentang Dublin.
Saya cari kost simpel aja : yang nyaman, tetangga gak berisik, listrik gak sering byar pet, air lancar jaya, ada sinar matahari & udara masuk dan yang punya kost gak reseh.
Eh satu lagi, gak campur sama yang pasangan yang punya anak kecil. Ribet, tengah malam ada aja yang marah2 urusan anak.
Oh ternyata dulu tetanggaan sama Denny Sumargo?
Iya aku gak kenal dia siapa, sampai lihat dia nangis di TV.
itu kenapa naik ke mobil, mau bersihin kaca ya orangnya wkwk.
wih tukang buah kok bisa masuk begitu.. bebas banget ya..
emng org kost macem macem,, ada yang ditegor gak balik tegor :(hiks
Iya itu lepas sandal karena mau naik mobil mewah 😉
Hi Tjeje, tulisan mu ‘menyegar’ kan. Yg baca jg kaga berasa di ‘guru’in … Nice to know U
Senang bisa berbagi Wiwiek salam kenal juga.
hmm.. ini tempat kosnya kayaknya kenal deh 🙂 itu apartemen yang menjulang somerset ya? kalo iya, brarti kita pernah kos deketan ya.. saya hampir 10 tahun kost di jakarta, yang mana bayar kostnya bisa buat bayar KPR :)))) jakarta oh jakarta…
Bukan itu Bellagio Kuningan. Indeed bisa buat nyicil KPR!
kadang ada ya yang ‘rela’ kosannya seadanya banget sampe ga ada nyaman-nyamannya.
Tapi aku setuju soal yg akses sinar matahari. Kosanku sebelumnya ga ada akses matahari, jadi gabisa tau keadaan di luar lagi terang/gelap udah pagi/malem. Untungnya sudah pindah:)
Inginnya sih tinggal di rumah aja ya gaperlu kos. Apadaya kampus-rumah udah beda kota aja.
Nah, kalau kosan nyaman jadi bikin betah dan ga terlalu homesick sih 🙂
Ada banyak, alasannya juga masing2, dari nyimpen uang sampai sampai nggak punya uang. Berapapun kosnya yang paling penting buat aku jendelanya. Sisanya nomor dua.
Canggih tukang pajak nya hehehe, btw temen ku juga kost disitu #Difototerakhir
Oh bukan kamar 208 yang suka berisik bercinta kan?
hallo mba…
kalo soal kosan sih yang paling utama itu kamar mandinya. Biarpun kosannya bagus tap kalo kamar mndinya ud jorok ga akan mau saya tinggal dsitu.
Selain itu saya lebih suka sama kosan yg sudah full furnished jd ga usah pusing2 beli barang2 buat isi kosan,biarpun yg kosongan lebih murah tp saya orgnya ga mau repot.
Setuju, makanya saya suka kamar kos ini karena kamar mandi dibersihkan semua. Kalau soal full furnished, cuma TV aja yang mesti bawa sendiri, kalau nyewa ‘mahal’sebulan 100, lha setahun udah bisa beli TV sendiri.
hai mba salam kenal,
Wah aku kenal banget sama kost-an ini nih. gak, aku bukan anak kost situ.
Sahabat aku dulu di situ, dan saking sering nginep sana aku harus bayar juga hahaha.. ciri khas nya, kalo sabtu, kamar ‘kami’ dapet pertunjukan dangdut dari kampung belakang hihi
Hahahaha bener banget kalau Weekend dangdut gak berhenti-berhenti. Aku pernah telpon kantor Polisi lapor tentang itu, kata Polisinya itu tanggung jawab pak RT.
Asli nonstop banget. Kami dari keganggu sampe akhirnya nyanyi nyanyi bareng – nyeraaahh :’)) waduh, males banget dijawab begitu sih.
Salam kenal mba ail, lagi buka newsfeed fb ada salah satu tmn nge share tulisanmu trus aku baca and keterusan hahaha, mayan buat nemenin sundayku yg lagi mager. btw itu foto kost an yg kdua building backgroundnya kenal deh dkt kantor aku di mega kuningan. Kost an mu kah mba ?
Halo Rafa, salam kenal. Iya itu kost-kostanku dulu. Lokasinya emang persis di belakang Mega Kuningan.
Alamat lengkap kostannya yg difoto dmn tuh mba? Keliatannya homey bgt hihi
Itu kost-kostan di Guru Mughni, di seberang Indomaret. Namanya Palm Residence. Alternatif kalau kamarnya penuh (dan biasanya emang penuh, harus masuk daftar tunggu dulu), coba yang disebelahnya, kamarnya lebih kecil tapi harganya lebih murah.
Pingback: Anak Kost dari Neraka | Ailtje Ni Diomasaigh
Bisa info alamat kost ini? Keliatannya aman ya?
Aman, Guru Mughni 4a depan indomaret