Halo…halo…sudah lama saya tak menulis blog, karena sibuk dan juga sedikit malas. Cuaca di Dublin akhir-akhir ini selalu galau seperti Cinta dan Rangga 14 tahun lalu, tapi sedikit lebih baik dari musim dingin. Dengan cuaca yang lebih baik ini kami jadi lebih rajin keluar dan menjemur diri untuk vitamin D dan vitamin G, alias gosong. Sambil berjemur tentunya tak lupa tangan menggenggam botol bir atau gelas anggur, biar dimarahin Tifatul Sembiring karena minum alkohol. Tiffie kok ditanggepin.
Bicara tentang alkohol, baru-baru ini saya berkunjung ke sebuah pub yang terletak bersebelahan dengan pemakaman. Pub ini termasuk sebagai salah satu pub terbaik di Dublin yang wajib dikunjungi karena keunikannya. Yang tak minum alkohol, bahkan anak-anak pun juga masuk ke pub. Seperti pernah saya tulis di sini, pub di Irlandia tak sama dengan pub di Jakarta. Anak-anak boleh masuk untuk makan, tidak untuk minum.
Pemakaman Glasnevin sendiri cukup penting karena orang-orang berpengaruh dan juga pahlawan-pahlawan banyak dimakamkan disini. Nah pub yang didirikan pada tahun 1833 dan merupakan pub keluarga (yang masih dijalankan oleh keluarga yang sama) ini tak kalah pentingnya dari si kuburan, terutama di antara para penggali kubur. Jaman dulu, penggali kubur sering sekali minta satu pint bir (568 milimiter) melalui tembok belakang pub ini. Maka tak heran, Kavanagh’s pub ini lebih dikenal sebagai Gravediggers (penggali kubur). Kalau di Indonesia pub ini mungkin dijauhi orang dan dipenuhi dengan cerita-cerita horor, sementara disini pub ini dicari turis.
Saat masuk ke pub ini, kami dalam kondisi kelaparan karena belum sarapan padahal waktu sudah melewati waktu makan siang. Makanan pub di Irlandia termasuk makanan yang membosankan, menunya biasanya tak jauh-jauh dari stew, Irish pie, atau fish and chips (gorengan ikan dan kentang). Ketika kami masuk ke pub tersebut, makanan yang disajikan hanya berupa roti lapis. Sebagai orang Indonesia sejati, saya tak bisa dikasih makan roti doang, engga nampol rasanya, tapi apa daya di negeri orang lidah mesti menyesuaikan. Lalu saya iseng-iseng membaca artikel-artikel yang ditempel di tembok pub.
Salah satu artikel di tembok bercerita tentang Anthony Bourdain yang berkunjung ke pub ini saat Bloomsday. Bloomsday ini merupakan perayaan karakter Leopold Bloom di novel James Joyce yang berjudul Ulysses. Nah di Dublin dan di beberapa tempat lainnya, hari ini itu sangat penting dan tentunya sangat sibuk. Anthony Bourdain saat itu datang ke pub ini lengkap dengan kru kameranya. Kebayang kan hebohnya? Di tengah kehebohan itu, ia mendapatkan suguhan coddle. Saya yang tak pernah tahu tentang coddle pun langsung bertanya dan tentunya ingin pesan. Sayangnya hari itu coddle tak ada dimenu.
Saya yang biasanya santun dan berbicara dengan suara halus #boongbanget, entah mengapa hari itu berbicara agak kencang pakai toa. Alhasil, sang chef, Ciaran Kavanagh, mendengar permintaan saya. Tiba-tiba ketika mulut sedang mengunyah roti lapis tanpa semangat, pelayan pub membawakan satu piring coddle ke meja saya. Sang pelayan berkata: “The Chef overheard a customer asking for coddle and made you one”. Seperti inilah penampakan sang coddle:
Wah rasanya saya pengen jejingkrakan riang gembira melihat piring yang penuh dengan sapi berkaki pendek. Jadi coddle ini terdiri dari sosis Irlandia, iga dan juga kentang (kadang-kadang juga dengan rasher/ back bacon) direbus bersama garam, merica dan dihiasi dengan sedikit parsley. Sederhana, sangat sederhana untuk lidah Indonesia yang terbiasa makan dengan aneka rupa bumbu. Tapi biarpun sederhana rasanya sangat gurih, mungkin karena lemak-lemak sapi kaki pendek yang bercampur menjadi satu. Coddle buatan chef Ciaran ini memang terkenal dan konon, ada ada orang-orang tua yang mengatakan rasanya mirip dengan buatan ibunya. Duh rasanya memang sungguh nikmat, apalagi ketika tahu sang chef membuat khusus untuk saya. Saking nikmatnya, roti lapis saya pun berpindah ke piring pasangan saya, sementara sepiring coddle dengan dua sendok itu saya habiskan sendiri. #kemaruk

Chef baik hati itu!
Coddle ini bukan satu-satunya hal yang bikin saya pengen kembali ke pub ini. Konsep menu tapas untuk makan malam dan menunya berbeda-beda setiap harinya membuat saya ingin datang lagi. Pub untuk pencinta makanan ini juga tak menyajikan menu anak-anak macam nuggets and chips, selain karena tak sehat, juga untuk membiasakan anak-anak untuk menyukai makanan sehat. Btw, ketika mengucapkan terimakasih pada sang chef, saya mengobrol banyak tentang makanan dan tentunya saya menyarankan menu Indonesian untuk tapasnya. Tahu menu apa yang dia kenal dari Indonesia? Apalagi kalau bukan rendang!
Jadi mau makan siang apa hari ini?
xx,
Tjetje
Lupa memotret pubnya!
Capt twitnya epic mba 🙂
Sesuatu ya.
Coddle nya kelihatan sederhana dan ber’daging’. Pertama liat fotonya merasa ‘dagingnya banyak banget’, tp pas baca review mba kalau enak, jadi penasaran. 😀
Iya berdaging banget, makanya kenyang banget.
Pas lihat gambar nya coddle itu, first thought saya adalah; hah? ini coddle? kok dagingnya kayak gak mateng yaa (karna masih warna pink segar). eh ternyata, baca baca lagi, justru gak seperti yang aku bayangin, hihihiii..
Iya kayak gak matang tapi sebenarnya matang kok.
Aku bingung, kenapa orang kita lebih ribut k mirasnya ketimbang k orang yg bener2 berbuat jahat?
Itulaaaaah salah fokus banget kan.
Ho oh.. Lha wong yg salah bukan benda matinya.. Benda mati yaa klo disalahgunain yaa akan ttp jd benda mati yg gak akan pernah salah.. Klo d kepercayaan kita mungkin d hari penghakiman benda2 mati yg dsalahgunain itu bisa bicara 😀
Hahaha.. It was your lucky day ya Mbak, akibat ngomong kayak pake toa, jadi dapet coddle deh ya 🙂 Anw Mbak, kalo di situ tidak disediakan nuggets and chips buat menu anak-anak, terus apa dong? Hehehe kepo aja 😛 Eh iya, foto profil di Twitter cantik, Mbak 🙂
Thanks darling. Mereka harus makan normal, apa yang dimakan orang dewasa. Bagus sih karena makanan orang dewasa disini juga gak berbumbu banget.
Oh gitu Mbak.. dengan porsi orang dewasa juga? Pasti kangen banget ya sama nasi Padang kalo sekarang makanan yang dijual kurang berbumbu, hehehe
Iya aku gak bisa bikin masakan padang makanya kangen banget. Kalau soal porsi, hmmm perlu dicek dulu.
Aku makan Nasi Padang 🙂
Hwaaaaa mau!
Aku lihat episode Anthony Bourdain 24 hour layover di Dublin. Serunya Tje kamu makan di tempat yang sama. 😀👍🏼
Aku gak nonton mbak tapi aku jadi pengen nonton dan mengikuti jejaknya. Nafsu pengen makan enak.
Di episode itu Bourdain ke pub dan besoknya sarapan di tempat kamu makan itu Tje.
Iya aku juga nonton Bourdain di Dublin trus baru deh kepingin kesana, hihihi… #Bourdanism
Dublin memang layak dikunjungi Dita.
Mbaaak aku sukaaa banget sama Fish and Chips. Kayak yang di Fish ‘n Co sini ga sih mba, fish and chipsnya?
Aku benci banget fish and chips, gorengan soalnya. Disini ada yang terkenal namanya Leo Burdock. Kapan2 aku cerita ya.
Waaah aku suka gorengan mbaak. Indonesia sekaliii, hihihi 😀
Aku sekarang jadi suka sama Anthony Bourdain sejak nonton acara the best chef in the world di 24 kitchen, trus dia sekarang jadi juri The Taste UK. Akhirnya aku beli 2 bukunya dia, seruuu. Orangnya asyik gitu ya. Aku tadi siang di tempat kerja makan bami goreng gratisan (di Belanda ini bakmi goreng jadi bami namanya) pakai tahu tempe. Kantor ngetes katering baru *tapi sik enak mie abang2 rasane haha.
Mie abang2 pakai MSG Den. Enaknya kerja bisa ngetes2 makanan Indonesia.
Aku gak bisa liat fotonya dr WP reader. Sebel 😁. Penasaran bgt
Ada di IG darling 🙂
Jadi penasaran. Penampakannya sih biasa dan sederhana ya 😀 .
Penampakan biasa banget, piring pun piring kaleng jaman dulu yang mirip di Indonesia. Ayo kamu ke Dublin Zilko.
Paling suka kl mbak bahas makanan. Entah kenapa kebawa narasinya jadi pengen nyoba. Begitu tau kaki pendek oooh noor. Ahahahaha
Soalnya jarang bahas makanan ya. Emberan ini haram.
Kok bisa makan yang haram, mbak?
Saya pemakan haram memang, yang haram buat saya daging Merah seperti daging sapi dan kambing.
pengen ga comment tapi pas liat bahasannya makanan jadi beuuuh… pengen nyoba juga 😉
Mudah2an saya bisa berkunjung ke Dublin untuk makan coddle sapa tau dapet bonus ketemu mba tjetje juga hahaaa 😉
Dublin is nice, Tapi makanannya gak banyak yang enak. Sayangnya 😦
mba tjetje iseng bgt mention pak tif 🙂 kasus kmrn pd minum oplosan. kl penyebab psikis PFC rusak.
menarik tnyt disana anak-anak boleh masuk pub kalau siang ya. nah ayo coba dipopulerkan rendang di pub sana mba :))
Iya emang. Gemes sama si Tiffi. Tapi ya jalan pikiran dan fokus dia beda. Bukan pada korban tapi pada alkohol. Aku sih gak menampik alkohol bahaya dan merusak jika berlebihan, tapi gak semua yang minum rusak juga.
Indeed menarik emang anak-anak boleh masuk. Ternyata linknya belum kesambung ya. Nanti aku taruh deh. Nulisnya buru2.