Saya tak pernah melihat kebutuhan untuk bisa menyetir selama tinggal di Indonesia. Tapi cerita ini kemudian berubah ketika saya pindah ke Irlandia dan belajar menyetir dengan baik dan benar. Saya tulis baik dan benar, karena disana belajar menyetir itu jelas aturan mainnya.
Mudik kali ini, saya jadi memperhatikan bagaimana para pengemudi mengendarai kendaraan. Lalu saya yang anak ingusan ini jadi gemes, pengen mengoreksi cara beberapa supir menyetir, karena bagi saya mereka merusak mobil dengan gaya menyetirnya yang awut-awutan. Selain pasang gigi untuk kecepatan yang salah, mereka juga tak bisa jalan lurus dan mematuhi marka.

Suasana ujian SIM, ditemani blower-blower AC. Jangan bayangkan panasnya deh. Gak heran kalau foto SIM itu pada lecek semua.
Bicara tentang awut-awutan, saya juga gondok luar biasa dengan sepeda motor di Jakarta dan Malang yang entah gimana bisa dapat SIM dengan gaya menyetirnya yang amburadul, serobot kanan serobot kiri. Sepeda motor ini merasa memiliki seluruh jalanan di Indonesia dan merasa paling berhak menyetir dimana saja tanpa mengindahkan peraturan. Gak semua memang, tapi buanyaaaaaak banget yang gini dan membuat pengalaman menyetir jadi melelahkan jiwa.
Di media sosial dan di masyarakat sendiri ada stereotype untuk Ibu-Ibu yang katanya kalau nyetir ngawur. Dari kacamata saya stereotype ini salah, karena yang nyetir ngawur gak cuma Ibu-Ibu saja lho, tapi juga bapak-bapak, abang-abang, Mbak-mbak dan para remaja belasan tahun yang bahkan belum tahu pentingnya mengenakan helm. Semuanya ngaco dan saya yakin kalau tes SIM akan gagal.
Ngomongin soal SIM, saya ke Samsat dong untuk bikin SIM. Luar biasa, Samsat sekarang bebas dari calo. Semua orang harus mengurus sendiri dari tes mata sampai tes praktek. Tes mata yang dibandrol seharga 25ribu rupiah hanya menyajikan dua soal dan mata saya yang langsung dinyatakan sehat. Kelihatan sebagai formalitas aja kan? Tetapi begitu tes tertulis, semuanya berubah menjadi menyeramkan. Konon, dari 2000 aplikasi, yang gagal bisa mencapai 1300. Salah satunya saya. Tapi saya tak menyerah, setelah gagal mencoba lagi. Fiuh….
Anyway, waktu saya tes tertulis ada mbak-mbak media yang mengalungkan kalung media ternama berwarna hitam yang nampaknya meminta perlakuan khusus. Si Mbak sukses dibentak polisi, begini kalimat pak Polisi: “soalnya semua sama Mbak, gak ada soal khusus wartawan dan umum”. Agaknya Mbak wartawati ini tak tahu bahwa wajah kepolisian mulai berubah, bahkan anggota Polisi saja duduk mengikuti tes bersama saya. Bapak-bapak Polisi ini pelit lho, tak bisa dimintai jawaban jumlah denda jika tak memiliki SIM. Mungkin juga mereka tak tahu.
Saya senang melihat perubahan-perubahan di instansi di Indonesia. Tapi, hati kecil saya jadi ingin tau, apakah perubahan ini akan bertahan atau hanya hangat-hangat tai ayam? Entahlah, yang jelas jalanan Jakarta masih akan tetap berantakan, karena tak ada kendaraan yang bisa berjalan sesuai aturan. Di Jakarta, jalannya adalah rimba dimana semua orang bisa saling maju-mundur seruduk sana sini. Satu-satunya yang menyelamatkan Indonesia adalah fakta bahwa menyetir di sini kebanyakan setengah kopling dan gigi yang digunakan paling banter gigi tiga. Kendati kendaraan-kendaraan yang berlenggok-lenggok laksana merak yang lagi terbuai birahi ini berkecepatan rendah, kecelakaan lalu lintas masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Kamu punya SIM lokal? Jangan sampai terlambat perpanjang ya, satu hari keterlambatan saja harus mengulang proses.
Xx,
Tjetje
dulu saya nilainya terbaik nomor dua lho waktu bareng2 sama sepeserta test 🙂
*buru-buru cek masa berlaku sim* oh amaan sampai 2020. thanks for the reminder.
saya termasuk penggunan calo dulu, tapi jangan ditimpuk ya ahaha. Sebelum bikin SIM saya belajar lumayan lama sebelum sendiri ke jalan raya. Belajarnya pertaman sama Ayah, les dengan biro les setir, didampingi kakak sepupu, didampingi Ayah, didampingi kawan yg sudah memiliki SIM baru setelah agak lama ‘dilepas’ mungkin sekitar umur 19-20.
Aku juga kalau bisa pakai calo sih bakalan pakai calo. Apalagi kalau prosedur engga jelas dan panjang. Kemaren jelas sih cuma antrian panjang gak terkuota gitu.
Saya baru bikin SIM tahun 2012 saat sedang hamil. Jangankan profesi seseorang, kondisi lg hamil juga gak ada perbedaan. Tetap sama2 antri sampe lepek kumus-kumus trus foto. Gak apalah yang penting bebas calo.
Masak tahun segitu gak ada calo?
Yang aku alami begitu.
Hahaha tahun lalu pas mudik SIM Indonesiaku aku perpanjang biar nggak hangus. Padahal nggak terpakai juga sih disini, tapi daripada hangus kan, hahaha.
Waduh itu mbak wartawan kok minta soal yg berbeda. Eh jangan-jangan dia minta soal yg lebih susah tuh supaya lebih menantang? Hahaha 😂
Kalau disini ngefek, kalau ada previous driving history asuransinya bisa lebih rendah Zilko.
Biasa wartawan bodrex, eh gak bodrex juga wong dari institusi besar.
mudah-mudahan perubahan seterusnya ya kak soalnya kalau dulu2 ujian kebanyaakn formalitas akhirnya ujungnya duit juga
Aku setuju kalau seterusnya. Pada saat yang sama juga sistemnya mesti diperbaiki. Di ujian pertama aku dinyatakan cuma bener 17, lucunya di jawabanku gak ada kode soal (ada sembilan soal Test yang berbeda) karena aku gak dikasih tahu untuk ngisi kode soal. Polisinya entah sudah capek atau emang Males ngasih tahu aja.
Di ujian kedua aku baru tau kalau ada kode soal dan tanpa kode soal kita bakalan dapat nilai nol. Lha terus gimana aku bisa dapat poin 17? Masih ngaco bener.
Aku bikin SIM 4 tahun lalu, niat banget ga mau pake calo. Padahal pas dateng tuh, calo-calo pada manggilin gtw, ngerayu-rayu. Tapi setelah gagal berkali-kali tes praktek akhirnya aku nyerah juga pake calo. Yaah abis gimana ya mba, kita butuh tapi kok kayaknya suliiiit sekali. Mudah-mudahan semakin baik lagi pelayanan nya. mba Ail udah nyoba berapa kali?
Dua kali kemarin. Tes tertulis gagal sekali (yang mana bukan salah saya kalau gagal karena gak dikasih tahu kode soal harus diisi #DendamKesumat).
Dulu kan punya SIM GAK pake ujian Ai dan bny yg mengendarai kendraaan pun gak punya SIM. Hajar bleh 😁
Makanya jalannya jadi berantakan gitu.
Heueu iya mba saking takutnya terlambat perpanjang sim, bulan Februari kemarin saya langsung perpanjang sim di mobil sim keliling. Itu juga ga sengaja pas lewat, trus nanya2 kl masa berlaku habis Juni bisa ga perpanjang sekarang? Kata pak polisinya bisa, yaudah langsung cuss isi formulir dan nunggu sebentar buat difoto. Alhamdulillah 30menit udah jadi yang baru.
Ternyata keputusan sy benar, saat dirumah liat2 kalenderJuni udah bulan ramadhan yg mana saya paling malas keluar rumah siang hari. Hahaha
Wah baguslah, jadi gak perlu tersiksa proses panjang.
Aku dulu punya SIM lokal tapi kelupaan diperpanjang gara-gara sibuk sama program IVF.. Ya sudahlah mau urus lagi gak sempat terus.. Padahal di Australia aku harus nyetir karena tinggal di kota kecil yg transportasi umumnya itu nyaris gak ada atau jarang..
Terus punya SIM Oz Juga gak Em?
Belum punya.. Harus les lagi di sana, sesuai standar Oz..
Wah keren bisa tertib gitu, semoga seterusnya. Dulu aku pake calo malah niat banget segitu dateng ke Kantor polwitabes yg deket SMP 5 yg dicari malah calo. Sayang semenjak tinggal di Belanda blm pernah diperpanjang….
Gak diperlukan lagi lah ya kalau udah di Belanda.
Sebetulnya perlu klo pulang mudik mbak, (krn sekarang hanya punya sim Belanda saja) tapi selama mudik untungnya bisa Naik angkutan umum, seru dan banyak pengalaman untuk anak anak. Mereka paling senang Naik ojek 😂
SIM di Irlandia berlaku berapa lama ya? Di Jerman seumur hidup jadi nggak perlu takut lupa perpanjangan. Tp repotnya kalau ada kake-nini yang masih nyetir padahal matanya udah nggak bisa melihat dg jelas
Sepuluh tahun kalau muda dan sehat, kalau gak sehat bisa dikasih 3 tahunan. Untuk yang tua-tua aturannya beda lagi. Kakek-kakek umur 100 disini juga ada yang nyetir, terus dia masuk dokumenter gitu.
Aku abis perpanjang SIM di mobil SIM Keliling. Fotoku senyum dong, hahaha.
Wah boleh senyum? Sekarang pak Polisi lebih fleksibel ya, kemaren yang motoin aku gak garang gitu.
Boleh asal ngga kliatan gigi. sim & ktp ku slalu senyum
Waaah mbak Tje2, aku jg lagi bikin tulisan soal gaya nyetir orang Indonesia.. terinspirasi tulisan dirimu yg bilang kalo orang Indonesia gak bisa / susah nyetir lurus (maap kalo salah kutip). Btw akupun sim A dulu bikin ngisi2 tes gitu.. tapi kayaknya gak ujian praktek deh, lupa.. jaman masih kuliah. Terus pas perpanjang pernah nyaris telat, untuuung aja nggak soalnya ngulang dari awal 🙏🏼
Tulis Dila, am looking forward to read it.
Nggak spesifik soal nyetir aja sih, tapi nanti aku berusaha selesaikaaan 😉
Mba ailsa, masa sih udh bnr2 clean itu samsat? Aku januari kmren baru bikin sim A, calonya ada dimana? Online loh skrg, aku dapet di k*skus, lalu berlanjut ke WA dan tfr DP. Bsknya dpt jadwal dtg ke samsat ketemu “org dlm” di kantin blkg utk pelunasan. hahaha. Lalu langsung disuru ke ruangan ujian tulis di lt2. Turun, namaku langsung dipanggil dinyatakan lulus (pdhl antriannya panjang). n lanjut buat ujian praktek which is cm formalitas. 1 mobil isinya 8 org (yg smuanya pake calo). cm muter2 yg nyetir 1 irg aja sendiri. Dan lulus smua. Lanjut foto n cetak sim. Slesai. 2 jam saja. Klo calo dilapangan langsung skrg udh ga berani mba, coba cek dumay, buanyakkk. Mreka main aman dgn gak ktemu face to face. Si org dlm jg tanpa atribut dan cuma dipanggil “om” tanpa kita tau dia siapa/sbg apa. Biaya? 700ribu melayang utk sim A dan 650rb utk simC. Hehehe. Indonesia 😉
Hwaaaaa sumpah demi apa, sementara itu gue ikut proses resmi. Gue mencurigai masih ada calo krn kemaren ada businessman sama supirnya lgsg masuk tempat antri foto dan di treat dengan nice. Sementara banyak orang gak boleh masuk ke ruangan itu.