Beberapa waktu lalu, seorang teman saya di sebuah media sosial menuliskan lowongan pekerjaan di kantornya. Bunyi lowongan pekerjaan kurang lebih seperti ini:
Dicari [nama posisi]
Lulusan [kualifikasi yang di minta]
PEREMPUAN
Usia maksimal 2o-an
Gaji sumpah kecil banget
Lowongan pekerjaan seperti ini banyak ditemukan di Indonesia dan sejujurnya lowongan-lowongan seperti ini sama sekali tak mengenakkan untuk dibaca karena penuh dengan diskriminasi. Herannya, sejak saya mencari pekerjaan lebih dari satu dekade lalu, model lowongan diskriminatif seperti ini masih saja ada.
Usia minimal
Indonesia itu kurang bersahabat dengan pencari kerja yang berusia lebih dari 30 tahun. Lowongan-lowongan yang beredar, baik online maupun di media cetak, meminta usia pelamar di bawah 30 tahun. Bahkan, para pencari kerja di pusat belanja seringkali meminta usia pekerja di bawah 24 tahun. Yang dicari memang yang masih muda belia.
Saya mencoba memahami, tapi sampai detik ini saya tak pernah paham dengan usia maksimal ini. Ketika di banyak tempat orang berorientasi pada usia minimal, supaya tak ada pekerja anak, di negara sendiri malah terbalik. Bagi saya pembatasan usia ini merupakan sebuah bentuk diskriminasi. Mereka yang berusia lebih dari itu, ketika memiliki kompetensi yang sama ditutup kesempatannya untuk melamar. Alasan klasiknya, yang lebih tua over qualified, gak sanggup bayarnya karena sejarah gajinya sudah terlalu tinggi.
Salah satu penjelasan jujur yang saya dengar, kecenderungan untuk memilih orang-orang muda, karena pemberi kerja menginginkan orang-orang yang pengalamannya belum banyak supaya bisa diatur, ditata dan tak ngeyel jika diberitahu. Mereka yang memiliki pengalaman dan berusia lebih dari usia maksimal, seringkali dianggap terlalu banyak tahu dan bebal. Duh…label.
Tinggi badan (dan berat badan)
Bertubuh pendek seperti saya itu banyak suka maupun dukanya, soal ini sudah pernah saya bahas di sini ya. Nah salah satu derita menjadi orang bertubuh pendek di Indonesia itu ya diskriminasi untuk banyak pekerjaan. Masalahnya, pekerjaan-pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang memang memerlukan tinggi badan seperti menjadi pramugari ataupun pramugara (yang perlu meraih compartment di pesawat). Jadi SPG yang menawarkan produk-produk tertentu saja, wajib hukumnya memiliki tinggi badan di atas 160 cm. Jika tinggi badan hanya 150 cm saja, seperti saya, ya lupakan saja.
To make it worse, ada beberapa pemberi kerja yang menentukan berat badan juga, karena mereka menginginkan orang-orang bertubuh kurus. Entah jenis pekerjaan apa yang mereka tawarkan sampai pekerja yang mereka cari harus memiliki berat badan tertentu yang dianggap ideal oleh pemberi kerja. Mungkin, pekerjaan itu dibagi berdasarkan kelas, kelas ringan, kelas berat, macam olahraga tertentu.
Agama
Satu dekade yang lalu saya pernah melihat lowongan pekerjaan yang dikhususkan untuk orang-orang yang beragama tertentu. Lucunya, sang pemberi kerja bukan pemeluk agama tersebut. Rupanya lowongan tersebut memang sengaja dikhususkan untuk pemeluk agama tertentu, karena mereka identik dengan hal-hal positif dan tak pernah mau mencuri. Nah kalau sudah begini, orang-orang yang beragama lain dan jujur kan jadi tak bisa mengakses pekerjaan tersebut?
Pada saat yang sama, ada juga posisi-posisi tertentu yang melarang penggunaan simbol agama seperti jilbab. Seorang pengemudi Uber, ibu-ibu yang mengenakan jilbab pernah bercerita bahwa ia ditolak mentah-mentah untuk bekerja di perusahaan taksi terkenal di Jakarta. Si Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga ini menolak melepas jilbabnya dan memutuskan menjadi pengemudi di Uber.
Berpenampilan menarik
Defisini berpenampilan menarik itu apa? Tergantung yang menilai tentunya, karena tak ada acuan yang jelas. Di Indonesia sendiri mereka yang berkulit putih, berambut lurus, berhidung mancung cenderung dianggap berpenampilan lebih menarik. Nah kalau sudah begini, apakah mereka yang berkulit sawo matang dan berambut keriting tak layak dapat pekerjaan? Entahlah, silahkan ditanyakan pada perusahaan-perusahaan yang mencantumkan penampilan menarik sebagai prasyarat. Tolong sekalian ditanyakan juga, yang menentukan menarik atau tidak siapa, para bapak-bapakkah atau justru ibu-ibu?
Di berbagai negara, menuliskan hal-hal di atas sebagai kualifikasi ataupun acuan kemampuan seseorang akan dianggap sebagai sebuah diskriminasi luar biasa, apalagi terhadap perempuan. Dan di banyak tempat, mencantumkan foto di lamaran pekerjaan sudah tak diperlukan lagi, berbeda tentunya dengan di negara kita yang masih sering minta foto. Lalu akan diapakan foto-foto tersebut? Mungkin sudah saatnya lowongan-lowongan ajaib di atas diperkarakan, karena kita tak boleh dinilai berdasarkan penampilan fisik.
Menurut kamu, kualifikasi apa yang tak perlu dicantumkan di lowongan pekerjaan?
xx,
Tjetje
Selamat berpuasa bagi rekan-rekan yang menjalankan ibadah puasa, semoga ibadahnya lancar ya.
setuju sekali, di Indonesia, diskriminasi itu ada di segala bidang, sering lihat di video2 korea atau jepang yang sudah kakek2 pun ada yang masih bekerja misal di convenience store
Kalau di Indonesia mana bisa? Sedih ya.
Pengalaman pribadi 😅 aku dulu iseng2 kirim cv ke lowker spg yg akan di tempatkan di bandara internasional bali. Lowkernya berbunyi *penampilan menarik, tinggi min 155cm, max umur 24th, speak basic english. Nah aku mentok 150cm dan umur 32th waktu itu 😅 loh di terima kok setelah interview dg ownernya langsung org amerika yg punya perusahaan 😅
Hah? Kok bisa?
Iya kata managernya sih naruh lowker dg umur max 24th krn tau sendiri orang Indonesia di atas itu rata2 penampilannya emmak emmak gtu. Liat aku kan beda penampilanku masi seger masih langsing buahaha 😅 trus aku lancar 2 bahasa asing (bhs inggris dan mandarin) kebetulan pas dtg untuk interview pak Aaron dan aku percakapannya pake bhs inggris terus dan lancar ngalur ngidul nyambung plus pas ada mitra pemegang saham yg org cina langsung kan ngetest bhs mandarinku ngalur ngidul praktek nawarin produk pke bhs mandarin aku lancar gtu deh…lgsg deh di terima 😍
Iya kata managernya sih taruh lowker max 24th krn rata2 orang indonesia di atas umur itu penampilannya emmak emmak katanya. Aku kan nggak emmak2 😅 masih segar dan langsing plus aku bisa 2 bahasa asing dg lancar (bhs inggris dan bhs mandarin) mr aaron yg interview aku lgsg nyambung ngalur ngidul bhs inggrisku lancar. Trus pas ada partnernya org cina yg lgsg ngetest bhs mandarinku yg jg lancar. Keterima deh 😍
Kalau di Belanda kalau tidak salah ada undang-undang atau aturannya yang melarang diskriminasi dalam lowongan pekerjaan gini. Bahkan ada beberapa pertanyaan (kepo 😛 ) yang dilarang ditanyakan ketika wawancara kerja 😛 .
Kalau kualifikasi “aneh” yang sering muncul sih: fresh graduate with 2 years of work experience in the related field, lol 😆 .
Hahahahaha gimana bisa punya pengalaman kalau fresh graduate? Nyari part-time job di Indonesia kan susah.
Saya pikir saja yg ngerasa itu diskriminasi mbak. Di Indonesia terkadang masalah berat badan bisa mengalahkan otak. Belum lagi mereka yg pernah punya penyakit tertentu seperti hepatitis atau mantan tbc. Sulit bgt lulus tes kerjaan karena riwayat kesehatan yg ga oke.
Kantor gue dulu malah lebih aneh, tes kesehatan kagak dikasih hasilnya. Lha yang punya badan siapa?
lah emang begitu mbak. Kalau ga lulus ybs cuma dikasih tau ga lulus di kesehatan. ga sehatnya dimana sih ga jelas. kalau kita tanya kenapa yg punya badan ga dikasih tau karena katanya hak hasil tes, itu milik yg membayar. halah.
Bener bgt mba.. saya pernah suatu waktu bekerja di sebuah perusahaan lalu memutuskan mau memakai jilbab.. lalu sy pelajari lingkungan kerja saya kenapa tdk ada yg berjilbab.. ternyata eh ternyata saya bicara sama hrd dan katanya ga dibolehin sama manager dan direkturnya.. sampe teman sy yg dikantor ada yg tdk memakai jilbab hanya di kantor saja.. pas plg dipake jilbabnya.. alhasil saya sih ogah mending sy keluar saja… 😊😊
Waaaah itu kalau dilaporkan FPI habis perusahaannya 😜
Aku banyak bgt kena diskriminasi kalo di lowongan kerja yg menomorsatukan penampilan mba. Dulu pernah ngelamar ke bank, psikotes hslnya oke, wawancara jg lancar, tp ga lolos.. mngkin krn tinggiku jg gk sampe 160. Badan agak berisi, kulit cokelat, muka ada jerawatnya wktu itu.. yg kecil2 imut2 pada keterima semua wktu itu hehe. But now i found a job that i loved. Jadi guru, gak pake diskriminasi2an fisik hehe 🙂
Ah yang penting sekarang happy ya.
Hai mbak Ailsa..
Kualifikasi yg tidak perlu dicantumkan misalnya mengenai preferensi lulusan kampus tertentu. Jaman sy cari kerjaan sy suka lihat tuh ada lowongan kerja sprt itu..
Contoh:
Akunting: diutamakan lulusan UNTAR
Sekretari: diutamakan lulusan Aksek Tarakanita
Arsitektur: diutamakan lulusan Trisakti
😂🤣
kalo udah baca hal tsb sy langsung membatin.. ya ampun suwek banget nih preferensi begini,, ngapain juga dimuat di koran. Langsung aja hunting di kampus tsb…!!!
Hahahahaha bener juga ya!
Dulu pernah kerja di perusahaan yg punya rumah sakit di jakarta, salah satu syaratnya gak bole pake jilbab.. , nah sekarang kalau lihat kesana lagi, peraturannya sudah berubah kayaknya.. Di NZ, kalau mau kerja dibutuhkan NZ experience, yang mana kalau baru mau lamar kerja yah gugur.. wong belum pernah kerja sebelumnya.. hehe
Waaaah soal NZ experience ini susah yaks kalau buat pendatang.
iya, betul banget.. 😦
Status: Menikah atau Single. Katanya sih biar tau jumlah THR-nya berapa krn pasti dibedakan antara yg punya tanggungan atau enggak, dan terkait jumlah cuti tahunan.
Kebanyakan perusahaan pilihnya yg single sih..
Hah emang THR yang sudah kawin lebih besar ya? Oh ya ada juga aturan gak boleh kawin sama teman kantor ya.
Yang masalah THR, itung2an persentase dari gapok antara single dan non-single beda, mbak. Gapok boleh sama, tapi THR-nya itu.. Hahaha.
Kalo utk urusan single, apalagi perempuan, pihak perusahaan gamau diribetin dengan banyak cuti: cuti nikah, cuti hamil, cuti melahirkan khususnya untuk pegawai baru selama setahun ke depan.
Aku juga males berhubungan mesra dengan teman kantor, bosen ketemu mulu tiap hari, gada cerita seru donk hahaha. Repot juga kalo ternyata putus, gak setiap orang bisa professional + awkward LOL
Zaman ngelamar pekerjaan aku udah nyadar soal diskriminasi ini, terutama soal umur. Tapi aku gak kalah taktik, setiap kali kirim lamaran, di resume aku gak tulis umur/TTL, atau apapun yg menurutku tidak relevan dengan posisi yg dilamar. Dan jika perekrut bener-bener ingin tahu umurku, dia tinggal lihat, aku masuk SD tahun berapa dan lulus S1 tahun berapa. Seringnya taktik ini berhasil😉
Kemudian aku pernah kerja lama di pabrik sepatu Nike (pabriknya, bukan Nike-nya). Pernah kejadian orang Nike mempermasalahkan iklan loker pihak pabrik yg dianggap diskriminatif. Gara-gara ini, salah seorang staf level senior di pabrik tsb mengundurkan diri, dan aku yg ditunjuk sebagai penggantinya😬, sekalian diwarisi masalah ini utk dilobby ke pihak Nike.. Duh kalo inget masa itu..
Waaaah bagus juga ya Nike sampai peduli soal itu.
Mungkin karena banyaknya tuntutan fisik utk melamar kerja, banyak teman2 aku yg penampilannya berubah drastis.. yg tadinya kulit gelap, rambut keriting, bahkan yg dulunya gemuk sampe jalannya susah, sekarang jadi susah dikenali mereka.. aku hanya ingetnya wajah mereka yg dulu.. tapi kalau dilihat2 mereka sepertinya terbebani jg sama pekerjaan2 yg mengutamakan syarat harus berpenampilan menarik.. btw kalau masalah diskriminasi lowongan kerja kita laporin k PBB gimana ya ka?
PBB gak urus kasus individual.
Agam itu gak perlu kayaknya. Trus umur apalagi haha. Sensi soalnya 🤣
Iya soal umur sensi banget Non. Soal agama juga gak penting banget.
kalo menurutku yg gak penting itu: agama sama IPK. Ada beberapa perusahaan yg terang2an nyantumin kualifikasi IPK kandidat kudu sekian koma sekian. Aaah……masih penting ya IPK hare gene?
IPK itu kayak jadi referensi bagaimana orangnya memahami bidang yang dia pelajari. Di berbagai tempat yang saya pernah kerja, ini gak pernah jadi pertimbangan.
Mbak Tje, jujur memang masalah diskriminasi dinegeri Kita memang parah banget😫
Kantorku bekerja terakhir perush multinas aja, hasil Test kesehatan para pelamar nggak pernah dikasihkan hanya dikasih tau lulus atau nggak, yang diberikan hasilnya hanya karyawan saja yang rutin tiap tahun diadakan. Trus lagi, tidak boleh menikah dengan rekan sesama divisi alasanya supaya menghindari conflict of interest (nyusahin para jomblo dapet peluang kan)😬
Terus Perusahaan sebelumnya, untuk karyawan laki-laki dari semua level wahid sampe OB pun harus keturunan Thionghoa. Ini peraturan mutlak tidak tertulis di perusahaan, kalau perempuan bebas etnis apapun, fyi perusahaan ini sudah Go-public lho😬
Aku pernah negor temen yg owner salah satu cafe susu terkenal di Jogja masalah diskriminasi fisik, tak bilang kamu cari model atau waitresses yang bisa kerja??😂
Adapulak yg lebih gedhek lagi mbak, temen nyari karyawan bakery tapi harus muslim dan bisa ngaji????
Ya ampun ini korelasinya apa cobak sama profesi yang akan dilamar, ini sebenarnya cari karyawan apa guru ngaji???🙊
Wah aneh-aneh ya.
One sad fact tentang angkatan kerja di Indonesia. Dan sama seperti komennya Mbak Imelda Sutarno, IPK dan agama suka bikin heran dicantumin.
Padahal juga IPK engga ngaruh sama sekali
Artikelnya benar bangeeeeet. Sudah menikah atau masih single pun sering jadi salah satu syarat lowongan kerja. Jadi ingat tempo hari dapat offer dari teman tapi ditolak sama bosnya karena gender dan usia saya yang katanya tidak relevan dengan nilai salarynya #curcol
Busyet nyesek banget dengernya.
I hope are okay ya? Gak pengen nuntut mereka?
Awal dengarnya juga nyesek kak hahaha tapi sekarang sudah biasa saja. Engga kepikiran nuntut si malah mikir bagus deh engga kerja disana haha..
Dulu pernah ngelamar ke bank, salah satu syaratnya foto full body, foto close up ….sempat mikir ini nyari pegawai ato model ya
Nggak banget ya syaratnya.
Pingback: Resign dari Kantor? – Life, Actually