Manusia itu tak selalu harus cocok, apalagi seiring bertambah usia, makin mengenal orang, makin banyak hal-hal yang bikin gak cocok, termasuk beda nilai dalam hidup. Beda nilai hidup ini buat saya prinsip. Udah kayak beda kasta dalam percintaan di Bali. Bisa kalau dipaksain, tapi mesti pakai nyerod, turun kasta, karena kita dari dua dunia yang berbeda.

Orang bilang berbeda nilai dalam hidup itu wajar, tinggal pinter-pinter menyesuaikan dan gak harus jadi alasan untuk runtuhnya sebuah hubungan. Tapi bagi saya, beda nilai dalam hidup itu prinsip yang tak boleh digoyahkan atas nama apapun. Contoh sederhana, beda prinsip soal drug & alkohol. Dua hal ini dianggap sebagai metode rekreasi positif yang wajar digunakan secara rutin untuk melepas lelah. Atau, ani-ani yang percaya mengawini laki-laki beristri adalah sebuah hal yang normal.
Mau menghabiskan waktu sama orang-orang model beginian lalu menjustifikasi bahwa ini adalah hal yang wajar? Kalau saya mah kabur lari sejauh-jauhnya dari pergaulan tak jelas dan tak bermanfaat.
Seperti saya bilang di atas, memutuskan tak kenal dan menjauh dari orang-orang yang tak masuk standar kualitas kita itu wajar, dan harus dinormalisasi. Prinsipnya kalau gak nyaman dan gak sesuai dengan nilai, ya kabur aja.
Ketika terjadi ketidaknyaman, hal pertama yang biasanya muncul adalah ketidakinginan untuk bertemu IRL. Alasan dan MOnya beraneka ragam. Dari pura-pura sibuk, hingga mengumumkan isolasi terbuka kepada publik.
Media sosial
Ironisnya, IRL engga bertemu tapi, di media sosial masih berteman. Interaksi di media sosial berkurang secara drastis, tapi ketika ada maunya, baru bersuara. Misalnya, yang tadinya radio silent, tau-tau kontak minta tolong ini dan itu. Lho iki piye tho?
Di dalam dunia dating, ini namanya orbiting. Di bahasa Jawa sendiri ini namanya nggelibet. Orbiting ini diartikan sebagai ketidakinginan untuk melanjutkan sebuah hubungan, tapi masih terus berinteraksi di media sosial, misalnya lewat like atau view. Media sosial pun mengirim notifikasi soal ini.
Akibat, jadi susah move on karena pesan yang dikirim jadi bercampur. Ini persis yang baru-baru ini saya alami. IRL gak mau ketemu, jengah kalau gak sengaja ketemu, tapi masih suka ngobrol di media sosial, lalu tiba-tiba ngajak dunia untuk mengisolasi. Udah macam anak sekolah yang berprinsip, kalau aku gak cocok, yang lain harus gak cocok. Ini mah saya maklum, dulu waktu jaman sekolah gak puas, jadi kebiasaan ini dibawa ke usia dewasa.
Dalam situasi seperti ini, saya punya prinsip: kalau IRL udah jengah. Udah berkeluh kesah karena ketidaknyaman diri, bahkan sampai usaha banget influence orang-orang supaya mengisolasi rame-rame, ada baiknya gak usah berhubungan lagi, both IRL dan di apalagi di media sosial. Solusinya sederhana. Mendingan langsung hapus-hapus aja dari media sosial.
Tinggal pencet tombom unfollow atau kalau perlu blok. Dua tombol ini diciptakan para engineer supaya gak menyiksa diri sendiri dan yang paling penting bisa move on engga nggelibet.
Walaupun teori ini begitu sederhana, prakteknya tak mudah. Pendekatan praktis ini juga sering jadi bahan gaslighting. Apalagi kalau urusannya sama yang narcisstic, ya yang waras kudu ngalah.
“Eh kok aku di unfollow?”
“Kok aku diblok?”
Atau better, setelah pengumuman gak nyaman kemana-mana nyalain orang lain
“Dia yang unfriend duluan, aku gak papa gak punya masalah”.
“Lha kok kamu gak nyelesain masalah untuk clear the air?”
🤡
Penutup
Dari sebelum saya menjejak ke Irlandia, saya banyak menerima peringatan soal kerasnya dunia pergaulan di luar negeri. Jika di Jakarta, pergaulan bisa tersaring dengan mudah, karena banyak kesamaan, seperti hobi, strata ekonomi, pendidikan, tata krama, pekerjaan, di sini pergaulan menjadi sebuah hal yang menantang.
Orang-orang yang dulunya di Jakarta (atau di Indonesia) tak akan pernah ada di lingkaran kita, tiba-tiba dalam pergaulan di LN, paths kita akan crossing dengan mereka. Ini bisa jadi positif tapi juga tak jarang kemudian menimbulkan friksi, karena perbedaan yang terlalu lebar. Bhinneka Tunggal Ika dalam situasi ini pun tak bisa membantu.
Ketika sudah terjadi ketidakcocokan, jurang perbedaan makin lebar, selebar jarak ekonomi ke bisnis class, maka ada baiknya untuk tak usah berhubungan IRL dan juga di media sosial.
Teruntuk kalian yang baru navigating dunia pergaulan luar negeri, ingatlah mantra, birds of a feather flock together. Kalau bergaul, cari pergaulan yang sesuai dengan nilai diri dan yang bermanfaat.
Ada yang pernah kena Orbiting atau melakukan Orbiting?
Xoxo,
Tjetje
Recently survived narcisstic abuses in a so-called friendship.







