Haduh…pusing deh kalau ngomongin kondom dan orang Indonesia. Orang Indonesia itu mengasosiasikan kondom dengan kegiatan seks bebas. Kalau kemudian dikasih kondom gratisan, ya harus dipakai. Ini otak bego atau otak porno saya nggak tahu. Yang jelas, tiga tahun saya kerja di kantor yang memberikan kondom gratis dan selama tiga tahun itu saya cuma ambil dua kondom untuk difoto, bukan untuk seks bebas. Jadi pertanyaanya, salah siapa kalau dikasih kondom pengen dipakai? Kalau kata saya, salah otaknya yang memilih mengasosiakan kondom dengan seks bebas.
Kondom, yang selalu saya promosikan setiap Jumat, dalam seri #JumatKondom adalah produk yang terbuat dari lateks yang mengurangi resiko penyebaran infeksi seksual menular termasuk HIV/AIDS. Kondom juga mengurangi resiko kehamilan, tapi mengurangi ya nggak menghentikan. Gesekan dalam hubungan seksual masih bisa bikin kondom bocor dan perempuan hamil. Ingat Rachel dan Ross yang tiba-tiba jadi orang tua karena kondom bocor kan? Tak hanya itu, pelumas salah pun, kondom bisa langsung bocor. Ada dua macam pelumas oil based untuk skin to skin dan water based untuk yang menggunakan kondom. Jangan keliru, salah pelumas masa depan bisa hancur.
Kenapa saya gencar menginformasikan fakta-fakta ajaib tentang kondom, dari tentang anal seks dan kondom, sampai tentang bahan-bahan kondom? Pertama karena saya mendapatkan akses informasi, saya mendapatkan training tentang infeksi seksual menular dan HIV/AIDS. Sayang kalau ilmu saya cuma berakhir di otak saya, jadi lebih baik dibagikan. Kedua, karena seperti SBY, saya prihatin. Banyak teman-teman saya yang melakukan hubungan seks pranikah atau bahkan jajan dengan pekerja seksual tanpa pengaman. Bukan tugas saya menghakimi perilaku mereka, mereka toh manusia dewasa yang udah tahu apa mau mereka, tapi ketika mereka yang terpelajar ini mendadak jadi bodoh dan oon serta melupakan kondom, rasanya pengen diuyel-uyel deh. Nggak cuma pria yang menolak kondom, perempuan pun ada yang cukup bodoh dan menolak kondom karena ketidaknyamanannya, padahal kondom itu adalah satu-satunya alat kontrasepsi yang tidak merubah tubuh perempuan. Dengan kondom, badan perempuan nggak perlu berubah hormonnya seperti kalau nelan pil KB, suntik hormon. Tubuh juga gak tersiksa karena IUD yang cara memasukkannya pun sudah pengen bikin tutup telinga. Bayangkan, perempuan secara sadar membiarkan dirinya berhubungan dengan beberapa pria pada kesempatan yang berbeda-beda dan secara sadar memaparkan dirinya pada infeksi menular seksual hanya karena kondom dirasa tidak nyaman, kurang bodoh apa itu?
Pemerintah dan Kondom
Bukan rahasia lagi kalau Ibu Menteri Kesehatan kita mendukung distribusi kondom ke berbagai pihak. Saya pribadi mendukung ini. Kenapa? karena mental orang Indonesia yang masih anti kondom. Asal ada kondom selalu diasosiasikan dengan seks pranikah, seks bebas ataupun homoseksual. Mentalitas ini yang harus dirubah, mengasosiakan kondom dengan hal negatif. Ada lagi perilaku menghakimi pasangan homoseksual dan perilakuk seks mereka. Data membuktikan bahwa penyebaran HIV/AIDS terbanyak itu ada pada pasangan heteroseksual, bukan homoseksual. Nah lho?
Penderita HIV/AIDS yang banyak itu justru ibu rumah tangga. Lha kalau ini ibu rumah tangga baik-baik yang setia pada suaminya aja, darimanakah kira-kira dapat HIV/AIDS atau infeksi menular seksual lainnya? Ya dari mana lagi kalau gak dari bapak rumah tangga yang hobinya jajan, yang kalau dinas ke Jakarta pasti menyempatkan mampir ke utara Jakarta dan nggak pakai kondom. Entah karena tidak nyaman, tidak tahu dan tidak mau tahu fungsi kondom (karena anti kondom itu cool), atau karena emang mereka tidak punya akses pengetahuan terhadap infeksi menular seksual dan kondom. Tak hanya bagi-bagi kondom, bu Menteri harus mengedukasi para tukang jajan ini supaya lebih paham tentang resiko dan bisa memilih untuk mengurangi resiko.
Aktivitas Pranikah dan Remaja
Nggak bisa dipungkiri juga bahwa kegiatan seks pranikah di negeri ini emang cukup tinggi. Dari jaman saya sekolah dulu, kehamilan pranikah dan aborsi itu adalah hal yang biasa saya dengar. Catat ya, saya sekolah di Malang, kota biasa-biasa aja, bukan kota gaul. Banyak perempuan dari jaman saya dulu yang sudah sibuk berasyik masuk ketika usia belum memasuki 20, bahkan saya tahu beberapa teman yang melakukan aborsi ketika mereka belum lulus kuliah. Setelah aborsi langsung disuruh dokternya pulang, rahim baru diobok-obok, langsung disuruh pulang dari kabupaten Malang, naik bis ke Kotamadya Malang. Itu jaman saya sekolah, puluhan tahun lalu, ketika jaman Nanda dan Ahmed heboh bikin video Bandung Lautan Asmara.
Jaman sekarang, internet makin mudah diakses, film biru dengan mudahnya di download. Tifatul boleh aja bikin program internet sehat, tapi selalu ada banyak cara untuk mengunduh film porno dan mempraktikannya. Nggak ada yang bisa menghentikan anak-anak muda ini dalam mempraktikan keingintahuan mereka untuk mengeksplor seks. Rayuan maut selalu dilancarkan pria untuk membuat perempuan bertekuk lutut, tak hanya pria yang merayu, perempuan pun juga merayu pria. Ini udah hukum alam, dari jaman mama saya sekolah sampai jaman saya sekolah, selalu bisa menunjuk, siapa-siapa aja yang hamil di luar nikah. Anehnya, mereka selalu disalahkan karena kebodohan tidak mengeluarkan diluar, nggak pernah disalahkan karena tidak pakai kondom. Sementara, pendidikan seksual yang memadai tabu untuk diberikan dengan beribu alasan. Padahal informasi yang tepat adalah cara untuk mengurangi resiko. Anak-anak ini perlu dibuka matanya agar melek resiko infeksi sesual. Kalau masih nggak takut juga dan kalau agama pun ikutan gagal menghentikan mereka, ya sudah biarkan mereka melakukan, toh itu hidup mereka. Tapi beri mereka akses terhadap perlindungan. Setidaknya mereka bisa memilih, jalan mana yang mereka mau ambil, jalan aman atau jalan tidak aman.
Soal akses pengetahuan, berapa banyak sih dari yang anti kondom yang tahu cara buka bungkus kondom yang baik dan benar. Masih cara buka lho ya, belum cara pasang yang baik dan benar. Saya yakin, dari sekian banyak orang yang teriak nolak kondom itu, nggak semuanya tahu cara buka bungkus kondom dengan baik dan benar, apalagi cara pasang kondom. Yang saya mau garis bawahi, kalau dikasih kondom gratis dan anda pelaku seks pranikah, silahkan digunakan untuk keselamatan. Kalau nggak suka, buang aja. Gitu aja kok repot? Hidup udah ribet nggak usah ditambah ribet dengan kondom. Kondom itu bisa berguna banget, kalau otak emang niatnya menggunakan kondom untuk hal yang baik dan bisa juga menjadi tidak baik kalau emang niatnya udah nggak baik.

Pictures was taken from http://www.69jokes.com
Saya ulang sekali lagi, di kantor saya ada puluhan orang yang tiap hari punya akses terhadap kondom gratis dan kami hanya membiarkan kondom-kondom itu berdebu hingga masa kadarluarsanya tiba. Entah mengapa kami nggak tertarik untuk mengambil kondom itu dan mencobanya. Mungkin karena kami tahu resiko seks pranikah, kami tahu resiko infeksi seksual menular, kami menerima pengetahuan yang memadai tentang infeksi seksual menular dan kami memilih untuk tidak menuju jalan itu. Selain itu juga karena otak kami tidak mengasosiakan kondom dengan seks bebas, seks pranikah dan langsung iseng pengen nyoba kondom. Kami memilih mengasosiasikan kondom dengan perlindungan, sebagai benda yang mengurangi resiko penyakit seksual menular.
Lanjutkan bagi-bagi kondomnya ibu Menteri, saya mendukungmu untuk mengurangi resiko penyebaran HIV/AIDS! Kalau kemudian mereka pada ribut karena otak mereka memilih mengasosiakan kondom dengan seks pranikah ya biarkan saja, toh sudah pada besar, sudah seharusnya tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Tahukah kamu kalau para pekerja seksual di Filipina tidak menggunakan kondom karena dilarang agama?
kalo dihubungkan dengan agama emang susah ya 😦 yang bener sih kesadaran kita aja deh yaaaa hehehe *hidup kondom*. trus minta gratisan ke Ai 🙂
Hahaha gue ada kalau mau, cuma udah ada yang komplain katanya kondomnya kekecilan (Lha maksudnya…..)
Ai, itu ngingetin aku ama temen si Matt, kondom dia import semua dari Canada karena yang dari asia gak ada yg cukup ama dia. huaaaaa
Hahahaha iya, buat bule emang mending beli kondom di negeri asalnya daripada seret. Yang model2 gede ga ada kali ya disini.
yg XL juga gak bisa loh dipake ama temen si Matt, kita cekikikan dengernya 🙂
Alamak….Di Google ada kok brand yang punya size paling besar. Gue pernah bahas di #jumatkondom. Kalau ga salah durex.
aku gak tau dia pake yg mana tapi dia udah coba koq yang XL itu gak bisa, akhirnya dikirimlah dari canada atau harus nyetok pas pulang
Haduh kasihan banget.
Ebuset, sayang banget tuh kondom2 sampe expired. Sini aja, oper ke gue, disini kondom mahal. Hahaha Xp
Okeh, skrg yang serius nya. Gue juga nggak ngerti kenapa kondom selalu dihubungkan dengan seks pranikah. Skrg kalo pun orang sudah menikah dan masih belum siap punya anak, emang nya nggak butuh kondom apa? Daripada pake pil KB, si cewe yang sacrifice dong, jerawatan, gendutin dll, udah paling bener pake kondom.
Trus yah orang2 yang jajan di luar dan nggak pake kondom itu nggak ngerti krn mereka pure stupid atau nggak mau rugi. Yah masa udah bayar, nggak ngerasain kulit.
Akhir kata, Teruskan bagi2 kondomnya!!!
Konon tahun depan nggak ada bagi2 kondom lagi karena gak ada budget. Kalau disini peminatnya gak ada jadi kalau gak bagi2 kondom gak ada yang merana.
eh gw yang termasuk menentang jupe bagi-bagi kondom dulu di albumnya si belah duren itu, tapi gw juga setuju dengan bagi-bagi kondom kalo disertai dengan edukasi seks yang bener.
Sebenarnya ya, bagi kondom itu akan jadi biasa aja ketika orang punya pengetahuan. Kalau ga punya pengetahuan jadi riskan salah makai, baik caranya maupun momennya.