Dulu jaman sekolah kita diajarkan bahwa hujan akan mengguyur Indonesia di bulan-bulan yang berakhiran “Ber” seperti September, Oktober, November dan Desember. Itu dulu, sekarang, hujan di Indonesia tak bisa diprediksi. Bulan November dan Desember diwarnai sedikit atau bahkan tanpa hujan, sementara bulan January dan February selalu diguyur hujan deras.
Hujan bagi sebagaian orang yang berprofesi sebagai petani adalah berkah. Petani bukan satu-satunya orang yang bersyukur jika hujan tiba, adik-adik penjaja jasa sewa payung, atau yang biasa kita sebut ojek payung juga dengan riang gembira menyambut hujan. Sementara, di sudut Jakarta lainnya pemilik gerobak bersorak gembira ketika hujan semakin lebat dan air mulai menggenang, atau bahkan banjir. Hujan membawa rejeki bagi mereka.
Sebaliknya, mereka yang tinggal di daerah rawan banjir menganggap hujan sebagai musibah. Ancaman air bah bisa datang kapan saja untuk menyapu harta benda mereka. Banjir juga datang dengan aneka rupa penyakit, termasuk leptospirosis. Pegawai kantoran di Jakarta, seperti saya, juga melihat hujan sebagai sumber masalah. Tak hanya membuat rencana makan siang gagal, akibat hujan yang rajin datang menjelang makan siang, hujan juga menyebabkan kemacetan luar biasa. Sebenarnya, hujan tak menyebabkan kemacetan, hanya menyebabkan genangan air di beberapa titik. Genangan inilah yang bikin kendaraan berjalan lebih pelan dan menyebabkan kemacetan. Area kemacetan tak hanya berada di sekitaran genangan air tapi juga di bawah jembatan, karena jembatan dipenuhi oleh pengendara sepeda motor yang berteduh. Tak hanya mereka yang naik sepeda motor yang sengsara, pengguna taksi macam saya juga kesulitan mencari taksi. Antrian taksi bisa mencapai ratusan lebih jika Jakarta diguyur gerimis sekitar jam lima sore.
Profesi-profesi unik yang berkaitan dengan hujan tak hanya ojek payung dan gerobak banjir saja, tapi ada jasa menghentikan hujan, alias pawang hujan. Beberapa tahun lalu, ketika mengadakan acara di kawasa Nusa Dua Bali, saya menggunakan jasa pawang hujan agar acara berlangsung lancar. Menariknya, pawang hujan yang saya pesan melalui hotel memberikan garansi uang kembali jika hujan turun. Di kasawan Nusa Dua, jasa pawang hujan boleh ditawarkan, tak seperti daerah suburb Australia Kuta yang melarang penggunaan pawang hujan.
Menurut pegawai hotel di Nusa Dua, ada dua cara menghentikan hujan, tradisional dan modern. Cara tradisional dilakukan dengan upacara kecil dan memberikan sesajian, sementara cara modern dilakukan dengan menembakkan laser ke awan untuk memecah awan. Dampaknya memang tak ada hujan di wilayah acara, tapi mungkin hujannya bergeser ke arah lain.
Naifnya, saya berpikir bahwa jasa penghentian hujan ini bisa dipesan dimana saja. Makanya ketika menyiapkan pesta di Irlandia, saya minta jasa penghentian hujan supaya kami masih bisa melakukan acara di luar hotel. Bukannya dapat pawang hujan, saya malah diketawain oleh pegawai hotel.
Selain menggunakan jasa pawang hujan, konon kita bisa menghentikan hujan sendiri bermodalkan celana dalam. Konon celana dalam ini cukup di lempar di atas genteng dan hujan akan berhenti. Ada juga teknik lain yang lebih murah karena hanya memerlukan bawang merah, cabe serta sapu lidi. Sapu lidi dibalik menghadap ke atas, lalu cabe dan bawangnya diletakkan di atas sapu lidi. Teknik ini pernah saya coba ketika ada acara di rumah dan berhasil. Tapi apakah keberhasilan itu dikarenakan si sapu lidi? Kemungkinan besarnya sih tidak, karena saya tak sesakti itu.
Have a nice week everyone and please stay dry!
xx,
Tjetje
Di sini, kalau pas musim hujan, trus bupati lagi ngadain acara berhari2 buat warganya di alun2 dan ternyata yg biasanya hujan jadi ga hujan sama sekali, kita2 sudah yg curiga aja klo pak bupati nyewa pawang hujan, hihihihiii
Padahal kali aja niat baik pak bupati diijabah sama Tuhan ya, makanya ga dituruni hujan #Eh 😆
Semoga ga dibayar pajak rakyat ya, kalau dibayar pakai APBD gimana menjustifikasinya.
hihihi ternyata pawang hujan cuma ada disini doank ya mba 😀
Eh jangan-jangan di India juga ada. Mari kita cari tahu.
Betul banget, jadinya makin susah kapan memprediksi kapan mau pulkam karena maunya pas cari adem alias musim hujan
Wah mau pulang kampung pas hujan2, lha malah ga bisa kemana-mana dong.
Tenang, Surabaya kn ga banjir
hi mba, salam kenal.. iyaa.. kyknya sih pawang hujan cuman ada di indoo.. tapi kalo yg teknik modern, singapore juga udah menjalani.nya kok.. jadi setiap hari kemerdekaan sama tahun baru dsini, pasti ga hujan.. soalnya mau pasang kembang api. hehe
Hi salam kenal juga Jenita, terimakasih sudah mampir. Tapi kalau tahun baru Imlek pakai pawang juga ga? Katanya bad luck kalau pas Imlek ga hujan (syahdan dulu mereka petani, bergantung pada hujan).
setau aku sih nggak pake mba.. soalnya jarang acara publik kalo imlek.. semua pada kumpul keluarga.. dan biasanya saya pulang indo. hahaha.. jadi ga tau juga hujan apa nggak. haha.
Atau pakai Teru-teru Bouzu. Hehehe.
Kasihan hujan, ya. Sekalinya datang tidak dianggap. Atau dianggap sial. Paling pol, tidak diinginkan. Padahal kalau hujan tidak ada, semua orang memohon dan meminta pada Tuhan untuk menurunkan hujan :’)
Maapkeun, mungkin saya terlalu melankolis gara-gara saya pecinta hujan. Hehehe.
Benar juga, kalau lagi super panas kita mengharap hujan turun, tapi kalau hujan turun ngomel-ngomel. Waktu masih tinggal di Malang aku menikmati hujan dengan bau tanahnya. Tapi semakin tua semakin nggak bisa menikmati hujan.
Eh teru-teru bouzu itu apa?
Boneka orang2an dari Jepang warna putih mbak, buat penangkal hujan
Oh baru tahu!
Semoga hujan tahun ini lebih bisa dikendalikan ya Tje.
Gw paling miris kalo liat bocah2 mainan air banjir, takut kenapa2.
Iya itu air mengerikan, takut mereka keseret, kesetrum atau bahkan ke gigit ular. Semoga tahun ini Ahok lebih siap memitigasi dan menanggulangi banjir.
Listrik!
Di deket kantor gw pernah dong, kami lewat berombongan menembus banjir sepinggang, dan ada ibu2 di warung tenda pinggir jalan yang juga terendam banjir lagi nyante nonton tipi. Gw cm bisa pasrah dan berdoa tu tipi jangan sampe nyetrum air aja..
Kebanyakan orang ga tahu kalau itu bahaya, harus ada kejadian kesetrum dulu baru ngeh.
Ternyata Bali segitu parahnya… kupikir cuma laser aja yang bisa mengalihkan hujan di area tertentu di Bali, ternyata ada juga jasa pawang hujan yang kasi garansi… Kocak. 😀 😀
Mau lempar celana dalam di atas genteng biar hujan reda aja ahh hahaha
Itu lempar celana dalam emang bisa? Secara di atas genteng banyak jemuran celana dalam dan tetep hujan 🙂
Kalo sukses praktekin ntar kukabari ya kak 😛
Banyak aja ya cerita hujan, menarik 🙂 btw aku ga tau cara mencegah hujan dengan lempar celdam ke atap, emg ngaruh gitu, mbak? 😆
Belum pernah nyoba. Lagian bahaya nanti malah menghambat saluran air.
suka ngeri kalau denger cerita mengenai orang yang punya profesi sbg pawang hujan tradisional ketika mereka meninggal…
Hah meninggal karena nolak hujan?
gw salah nulis ya keknya hahah maksud gw mereka yang sering jd pawang hujan tradisional itu cara meninggalnya suka serem, kadang kuburannya jg penuh dengan air terus…gitu sih kata nyokap dulu2 🙂
Walah, air hujan pindah ke kuburan 😦
Eh celana dalam cuma mitos kan? Hahahaha.. Kalo di Irlandia ga percaya pawang hujan ya Mba Ai?
Ga percaya, kayaknya sudah keseringan hujan, jadi tugasnya terlalu berat.
ah hujan..dulu kecil suka ujan2an,sambil maen bola ato ciprat2an air. bikin kapal2an dari batang pisang taroh di parit. skrg udah tuwir juga masih. kalo naik motor suka lewat genangan2 sambil kakinya diangkat. childish banget gua..ha..ha..
soal pawang ujan gua pernah dibilangin alm ninik (nenek) gua dulu. “adzan tung,lamun ada ujan petir”. Pernah nyoba,agak konyol emang,tapi berhasil loh. Ape gue sakti yah..
Kalo kata bapak mertua (keturunan Scottish), kalo lagi pengen banget hujan harus nari-nari (rain dance maksudnya) biar hujannya turun.. Kalo supaya gak hujan gak ngerti dia..😄
Aku suka hujan… karena aku nggak pergi ngaji yeaaahh