Indonesians love massage [not all Indonesians though], that it might need to be included in our basic needs along with the food, shelter and clothing. The country itself is a heaven for massage proven by the massage parlors that spreading around the cities and house call massage that available 24/7 at an affordable price. The parlors offer different range of massages, from traditional to weird (like snake body massage). They also offer the happy-ending massage (we call them massage plus plus), but in my opinion, all massage should be called happy ending, if it not making the patron happy, then the do not bother to pay.
For Indonesians, massage must be introduced at tender age. A visit to Dukun Pijat Bayi (massage therapist for baby), for the first massage, could take place when the baby is only few days old. There is a belief that the younger babies introduced to massage, the bigger the chance to love it.
Massage is not only for relaxation, but also belief to be the remedy for any illness. Stroke, broken bone and cancer are only few illnesses than can be cure by massage therapist. People who are ill believe that massage works better than the doctor. Not to mention that the fee of the therapist is less expensive than the medical doctor.
Massage also helps women to conceive. The massage therapist who is specialized on pregnancy focuses to move the position of the womb to be closer with the vagina and allow the sperm to run a shorter track. I know this might not be so logical for doctor. In my opinion, massage is not the only thing that woman needs; she also needs to practice, practice and practice and at the same time the man has to ensure the quality of his sperm.
Women are not the only one benefited from massage because it is beneficial for men and their ‘best buddy’. Mak Erot (Mrs. Erot) was once praised for her help to enlarge man most vital part, not the brain, but their manhood. What I learned from Google, she massaged the penis and like magic, it grew bigger. Mak Erot passed away few years ago. Her departure, I am sure, regretted by a lot of men who did not have the chance to enjoy her magical hands.
Most of Dukun Pijat Bayi, if not all, are not certified therapists. They got their massage skills from the other therapist or from their parents. There are also Dukun Pijat Tiban, which got the ability to massage from the ‘sky’; the ability falls from the sky. Hence the name tiban (Javanese. Something that falls from somewhere; out of the blue). We should all be grateful that Indonesia only have Dukun Tiban and do not have Doctor Tiban, nor President Tiban.
People also attend courses to be a massage therapist; some of them are people with visual impairments. Despite the fact that people with visual impairment can do almost everything, Indonesian educational system underestimated and prevented them to study other subjects. Thankfully, things are changing now.
The weirdest massage in my life happened years ago when I had a back pain. I was recommended to have a massage session with an old lady who, according to what people say, has special power. I followed their suggestion and ended with a regret. The lady spitted on my back without my consent. The spittle, for sure, did not relieve me for any back pain but I do believe she has power. She made me pay, 5 dollars, for the awful service, that’s how powerful she is.
Massage is our basic need. If one could not afford it then one can seek help from other. So do not be surprised if you see a person massaging someone else’s shoulder at the parking lot. They are just fulfilling their basic need!
Jadi keinget, kalo pulang ke rumah ortu, rekuesnya cuma satu. Minta dipanggilin iu2 tukang pijat langganan *walopun sudah tahu, antriannya bakalan panjang*
Wah sama aku juga suka dipanggilin Mbok-mbok tukang pijit, tapi selalu minta duluan pas dia belum capek 🙂
*lagi ngebayangin snake body massage* x)))))
tapi kenapa pijet di Jakarta ini mahal bangeeeet, berharap asuransi kesehatan kantor juga ngecover biaya pijet hehehe
Mahal kalau di tempat spa ya, Dit. Tapi kalau manggil terapis ke rumah, cukup terjangkau menurutku. Terapisku netapin harga Rp 50 ribu buat 2 jam. 😀
Buset Deva, masih ada di Jakarta 50 ribu?
Ho oh…malah terapisku jebolan yayasan mana gitu. Dia yang netapin harga segitu…
Kamu bandinginnya sama Malang ya Dita? Di Malang bisa dapat kurang dari lima puluh ribu ya. Tapi sekarang aku gak tega, selalu aku kasih harga Jakarta. Abis itu orang Malangnya ngamuk, karena ngerusak harga pasar 🙂
Eh, aku pengecualian – aku tidak suka pijat, dan paling nggak suka bodi dipegang2 sama orang asing 😛
Wah orang kedua yang aku tahu gak suka pijet.
aku sama adik2 kalo sakit itu mesti diurut dulu sama ibu baru deh sembuh. ga mempan kalo sama yg lain :$
Wah itu cintanya Ibu yang bikin sembuh.
Waaaa, aku juga suka di massage. Syukuuurnya biaya pijat disini murah. Suka baca diluar negeri biayanya mahal 😀
Betul pijat disini murah karena tak ada sertifikat. Coba ada sertifikat yang bisa meningkatkan kemampuan mereka, bakalan mahal deh.
Aku termasuk orang Indonesia anti-mainstream yang anti-pijat… soalnya geli-an, dan ga tau kenapa kalo dipijat tuh badan malah sakit semua. Satu2nya bagian badan yg aku suka minta pijat cuma bagian leher sama pundak aja, sisanya big no no! Hahahaha… Ada enaknya juga sih nggak suka pijat, kalo tinggal di luar negeri gak usah galau cari tukang pijat, kalo pegel cukup pake koyo saja xD
Aku justru ketagihan sakitnya, karena abis sakit rasanya enak. Sama aku kalau di luar negeri pakai koyo juga.
Wahahaha aku abis sakit malah makin sakit, tiap orang beda2 xD dari kecil ga biasain pijat soalnya…
Aku massage-freak, Mbak Tjetje. Dan salah satu beratnya hidup di Malaysia adalah ….. massagenya mahal2. Huhuhu. Jadi tiap minggu aku jalan aja ke mall atau tempat publik di mana banyak terdapat kursi pijat gitu. Trus tiduran nikmatin dipijat sama kursi. Hiks. Ini pulang seminggu, agenda utamanya adalah … MASSAGE! Hahaha.
Wah komenku ternyata gak muncul ya. Selamat pijat semoga bikin relaks ya.
Snake body massage itu yang seperti apa ya Mbak… (ikut membayangkan seperti Mbak Dita).
Dan saya juga baru tahu ada kanker yang dapat disembuhkan dengan pijat? Wow.
Saya dipijat cuma kalau saya sakit dan itu pun sama orang tua :haha (maklum masih anak-anak :hehe).
Coba di google deh, aku geli. Jadi ada beberapa ular yang ditempelkan di badan selama pijat. Lha itu kalau ularnya gemes kan bisa digigit.
Melihat ular saja sudah terbirit-birit apalagi kalau di punggung saya ada ularnya, ya.
Bisa ikutan melata saya saking gelinya.
Kalau aku lihatnya ribet. Mending pijat biasa pakai tangan mbaknya deh.
Who doesn’t like massage? Lol. But indeed it is true though that there are a lot of more “variety” of massage in Indonesia 😆 .
Apparently there are people who do not like massage.
My dad’s masseur tends to burped at the initial time of the massage. He claimed that the toxins or diseases are still there. The burping then lessen as the massage reach its end. Weird, I don’t take it seriously, but it’s kinda fun 🙂
I do not like ‘burping massage’ because the burp annoys me.
Yes, it does..
Aku ga suka sama sekali dengan pijat Ail, Geli banget. Kalau sedang difacial, aku selalu melewatkan sesi pijat pundak, bahkan kalo sedang perawatan rambut juga ga mau kalau ada unsur pijat-pijat dibadan. Apalagi sejak punya Skoliosis 10 tahun terakhir, membayangkan pasti sakit kalau bagian belakang dipijat.
Wah berarti di Belanda enak ya, gak bingung pengen pijet.
Yuck Altje! What’s up with the whole spitting action? I do miss my cheap, good massages, which is in the top of my to do list when I go back.
By the way, a friend of mine paid about IDR 2 mio for a series of post-pregnancy massages which successfully helped her lose weight. After the program, she was surprised to go back to her high school weight! Amazing!!
It was disgusting Mikan. That massage sounds very interesting. I’d love to try it but I do not want to wait until I have a baby :p
Baru inget tukang pijet lulur yang mau dateng ke rumah kok ga datang ya :p
Wah jadi ingat sudah lama ga lulur.
I miss massage, especially the good massage. Massage here is not only expensive but it doesn’t feel like a real thing imo.
I have never tried massage in Dublin, but I am pretty sure it wouldn’t feel real either.
aku nggak nyandu pijat tapi mau dipijat kalau punggung dan pinggang udah sakit banget.., paling dalam setahun pijat cuma dua kali
Wah pijatnya seperti ujian semesteran.
wk…wk..,
hmmm aku kalo dipijet kok malah geli.. pijit beneran maupun pijit aneh2 ngga suka
Wah aku cuma mau pijat biasa Mas ga mau pijat aneh-aneh. Eh bukan tahu ga pijat anehnya apa?
Pijat yg kadang di luar logika, ngakunya mau mijet tapi minta dipijet
warisan kebudayaan sekali pijat-urut inih ya. udah gitu biasanya tukang urut/pijat ini cerita hidupnya suka seru (entah beneran ataupun dibuat-buat ya haha)
Bener, ceritanya dan kelakuannya macam-macam penuh drama. Temenku orang asing sampai ada yang bisa lancar bahasa Indonesia karena sering praktik di tempat pijet.
Aku ngakak bagian “the happy ending massage” aka pijet plus2!!! Buahahaha
Btw aku suka dipijet. Punya langganan teteh tukang pijet. Rumahnya jauh. Jadi kalo mau pijet skalian sekeluarga aja. Tarifnya 75rb. Skrang dia ga mau dateng lagi. Ga tau kenapa..selalu banyak alesan. Apa jangan2 tarifnya naik tapi dia ga mau bilang ya? Entahlah. :))))
Wah murah, aku pijet dua jam 120an Joyce. Itupun dia cuma dapat sepuluh persenan, sisanya lari ke manajemen.
Ohh ini tk pijetnya ga pake manajemen mba Ai…aku massage pas hamil dan abis lahiran. Sungguh enak banget
Di solo bahkan masih ada tarif 30rb lho mbak untuk pijat yang hampir 2 jam, bahkan si ibu tukang pijatnya datang ke rumah, cuma gak tega juga kalo kasih 30rb tapi itu sih katanya tarifnya emang segitu, kalo kasih banyak ntar bisa dituduh ngerusak pasaran, entah kenapa aku gak cocok kalo ama ibu-ibu yang datang ke rumah, badan sakit semua
Wah murah banget ya, tapi biaya hidup di Solo memang tak terlalu tinggi ya.
I love massage! Dulu malahan sempet pijat sebulan 2x – harga di Denmark mahaaal langsung bokek jadinya. Sekarang sih kalau lagi pegel2 untungnya sekarang udah ada Bartosz yang mau pijitin gratis 😜
Untung summer ini bakal ke indo, lumayan lebih enak dan murah😊
Wah selamat merencanakan pulang kampung dan semoga puas pijit ya.
Aku dulu punya teori Tje, Honda Stream itu hasil kerjaan Mrs Erot mijit Honda Jazz, secara modelnya mirip.
😁😁😁
Kreatif, kreatif.
Ikut komen ya, mbak. Saya juga gak suka dipijit. Gak tahan geli. Kayanya tubuh bagian belakang saya terlalu sensi. Jangankan dipijit, kalo creambath saya sering nolak tawaran pijet punggung. Paling banter cuman sampe pundak. Cuma ya itu, kadang saya sampe mencencengkram kursi nahan rasa geli. Rugi amat, yak ? Saya malah pernah sampe nangis sesenggukan digelitikin punggungnya sama suami. Beneran nangis, sampe suami minta maap. Kalo terpaksa musti kerokan, waduhh…tangan kaki kejang2 hahahaha….
Terimakasih komentarnya Maria. Aku baru tahu ada orang yang bisa nangis karena geli. Langsung google, ternyata geli ini masih belum diketahui penyebabnya ya.
Beruntung tinggal di amsterdam banyak masseuse dr indo yg mijetnya mak greng. Ada cerita ttg pijet, suami pas ke indo buat pertama kali nya. Dia masuk angin, tp namanya bule. Ga ngerti masuk angin itu apa. Sama si mbah ( kita lg di solo) dipanggilin mbah urut. akhirnya dia dengan paksa di urut sampe kejet kejet. Tp anehnya ga protes, hahaha. Besokannya sembuh blasss..dan dia sampe skrg klo ke indo maniak bgt ke mbah urut lol.
Oppie, seru banget suamimu doyan pijet. Btw you are lucky bisa nemu tukang pijet OK. Permintaan pijet di Amsterdam tinggi ya?
Tje di Amsterdam tuh setiap 500 meter pasti ada praktek pijet. Permintaan pijet menggila sekitar bbrp tahun belakangan walaupun per sessi dibandrol 50 euro per jam pun masih banyak yg pergi ke tukang pijet.