[postingan ini mengadung deskripsi adegan kejam, silahkan kuatkan mental]
Satu hal yang jarang saya lakukan di Jakarta dan selalu saya lakukan jika berada di Dublin adalah nonton film di bioskop, padahal harga tiket nonton film di Dublin itu berkali lipat dari Jakarta, tapi di Dublin saya gak perlu bergulat dengan kemacetan untuk mencapai bioskop. Kali ini saya menonton ‘sekuel’ The Act of Killing (Jagal) yang pernah saya bahas di sini. Film ini boleh dibilang sekuelnya, walaupun sebenarnya bisa ditonton tanpa perlu menonton film sebelumnya.
Joshua Oppenheinmer sekali lagi membuat saya ternganga dan bercucuran air mata dengan karya terbarunya, The Looks of Silence (senyap). Film documenter ini sekali lagi merekam perilaku para jagal yang mengambil peran menghabisi orang-orang yang dituduh sebagai bagian dari komunis. Di film ini Joshua mempertemukan saudara dari korban yang dituduh sebagai komunis, sengaja saya beri kata dituduh karena mereka tak pernah mendapatkan pengadilan yang layak dan langsung dihukum dengan cara yang sadis.
Pria yang saudaranya dituduh komunis dan dieksekusi secara sadis itu bernama Adi Rukun, ia berumur 44 tahun dan berjualan kacamata keliling. Melalui kacamata itulah Adi bertemu dengan sebagian para penjagal abangnya. Selain Adi, ada juga orang tuanya, Bapaknya yang sudah sangat tua, buta, lumpuh dan tinggal tulang berbalut kulit, serta Ibunya yang masih punya ketakutan luar biasa akan keselamatan anaknya. Pedih rasanya melihat keluarga miskin itu berjuang menghadapi ketakutan mereka dan trauma mereka yang tak pernah sembuh. Lebih pedih lagi ketika melihat Adi, saya melihat keluarga yang dituduh komunis yang tidak bisa mengakses pekerjaan formal karena tuduhan komunis yang menempel pada kakaknya dan diturunkan ke berbagai generasi. Kakak yang bahkan dia tak pernah temui. Ketika melihat anaknya pun saya makin trenyuh, karena saya menduga anak-anaknya, yang juga muncul di film tersebut, akan mengalami ‘kesulitan’ di masa depan, bahkan tak bisa menjadi bagian dari pemerintahan.
Para penjagal ini adalah orang-orang yang beragama dan menunaikan ibadah. Salah satu dari mereka bahkan menjadi wakil rakyat. Bagi mereka, komunis itu tak mengenal agama oleh karenanya wajib dibunuh dengan cara sadis, karena mereka mengganggu keamanan negara. Seorang penjagal ketika ditanya apa itu deskripsi komunisme malah marah-marah dan menuduh Joshua melarikan ini ke ranah politik. Saya menduga, mereka tak mengerti apa itu komunisme lalu menjadi defensif. Yang mereka pahami, komunis tak mengenal Tuhan, berpesta seksual serta bergantian pasangan. Ya kalau definisi komunisme sendiri mereka tak paham, apalagi definisi swinger.
Para penjagal ini tak segan menunjukkan cara mereka membunuh korbannya, dari mulai memotong di bagian tengkuk, ataupun di bagian depan leher. Bahkan salah satu dari mereka membuat sebuah buku yang dilengkapi dengan ilustrasi cara menjagal. Buku itu kemudian dipersembahkan kepada Joshua. Menjagal hewan menurut saya bukanlah hal yang mudah, apalagi menjagal manusia. Untuk menguatkan hati dan menghindari masalah kejiwaan mereka meminum darah dari korban yang mereka jagal. Darah yang keluar dari tenggorokan mereka tampung di gelas dan mereka minum. Konon ada beberapa penjagal yang tak kuat dan mengalami masalah kejiwaan, hingga mereka menaiki pohon kelapa untuk mengumandangkan panggilan beribadah. Kasihan sekali mereka tak diberi akses untuk konsultasi masalah kejiwaan.
Menariknya, keluarga dari para penjagal ini rata-rata tak pernah tahu masa lalu Bapaknya (semua penjagal yang ditampilkan di film ini adalah pria). Kalaupun mereka dikonfrontasi dengan pekerjaan bapak atau suaminya, mereka akan menjadi defensif dan mengatakan: yang lalu biarlah berlalu, atau luka lama tak perlu dibuka lagi karena luka sudah menutup. Istri yang ikut hadir ketika suaminya (yang sekarang sudah meninggal dunia) memberikan buku berisi cara eksekusi juga terkesan sangat menghindar, tak mau tahu, atau jika tahu pura-pura lupa.
Satu hal yang menarik, seorang penjagal berkata bahwa mereka adalah pahlawan karena mereka berjasa menghapuskan komunisme dan mendorong demokrasi. Membantu Amerika, oleh karena itu mereka berhak untuk diajak jalan-jalan ke Amerika, kalau tak bisa naik pesawat terbang ya naik kapal pesiar ke Amerika. Kalau saya boleh misuh, rasanya saya pengen misuh, mbahmu *nc*k. Emangnya Amerika mau ngasih visa buat para penjagal?
Karena dua film documenter ini Joshua Oppenhemeir menjadi persona non grata dan tak bisa kembali ke Indonesia. Saya sendiri hanya bisa berdoa semoga Adi Rukun yang dengan beraninya mengkonfrontir penjagal abangnya, menceritakan luka keluarganya yang saya yakin tak mudah untuk diceritakan, bisa senantiasa selamat dan dijauhkan dari marabahaya. Konon, demi keamanannya dia harus dipindahkan dari tempat dia tinggal ke sebuah tempat di Indonesia.
Sekali lagi Joshua telah membuka cerita lama, cerita tentang kekejaman terhadap anak manusia lainnya atas nama ideologi politik. Dan saya pun merekomendasikan film ini untuk ditonton, supaya kita bisa melihat sisi yang berbeda yang selama ini kita dengar di sekolah. Untuk yang pengen nonton filmnya bisa isi formulirnya di sini. Semoga film ini, seperti film Jagal, bisa segera diunduh secara gratis.
xx,
Tjetje
Jadi ini berdasarkan kisah nyata ya?
Ini dokumenter, mendokumenkan pengalaman para penjagal2 itu dan korbannya. Beda dengan film pertama film ini ‘cuma’ berisi obrolan dan penggambaran kekejaman melalui kata-kata.
Ai, jadi ini filmnya keliatan darah2 gak? 😦
Gak ada darah sama sekali Non, semuanya cuma cerita dari mulut aja. Lokasi pembantaiannya di Medan, di Sei Ular.
Ai ini lanjutan dari The Act of Killing bukan?
Iya Non, lanjutannya.
Ah…. aku tau film yang pertama Ai, si Matt nonton ama temen2nya jadi aku ikutan liat (gak sampai habis) entar aku cerita ama dia deh ada lanjutannya. Thank you infonya, Ai.
Iya Non, daftar aja di websitenya untuk nonton bareng.
baca reviewnya, udah agak mules 😦
Filmnya gak ada darah kok Eda, tapi emang menjijikkan aja lihat kelakukan manusia yang gak malu membunuh manusia lain.
Yg difestival film itu saya lupa judulnya, kuburan massal (diduga) anggota PKI, itu dah bikin saya ndredeg apalagi yg ini mbak Ai’ 😦
Yang ini gak ada darah setetespun, tapi melihat manusia yang merasa tanpa dosa membunuh manusia lain dan minum darah mereka itu kok lebih mengerikan.
Wah baru inget kalo aku ada Act of Killing yang mau ditonton udah masuk queue di Netflix… makasih Tje aku lgs nonton nih skrg 🙂
Mbak Ai, jadi maksudnya film Jagal dan Senyap ini kisah tentang penjagal di Indonesia ya? Aku agak ga ngerti krn jarang nonton film dokumenter tp sepertinya lebih tertarik nonton ini daripada kartun2 yg lagi rame itu. Ga enak banget ya dituduh komunis tanpa ada proses hukuman yg jelas (kalau tersangka nyatanya memang komunis) lha wong kita dituduh dlm konteks becanda suka ga terima.
Film bunuh2an tapi ga ada darah sama sekali? Bikin penasaran
Emang, film ini isinya pengakuan2 aja, tapi pengakuan mengerikan.
Ail, aku jadi tertarik nontonnya. Kok belum pernah dengar ya. Aku suka nonton film2 sadis. Apalagi dokumenter gini. Thanks infonya
Aku sudah nonoton beberapa bulan yang lalu di bioskop sini. Kedua kalinya dibikin nangis dan terus mbatin, kok yaa jahat banget sih.. Kok bisa menceritakan lagi sadisnya gimana kebayang itu manusia dibuang di sungai berdarah-darah. Keluar dari bioskop aku lemes mess messs.