Cerita dari Supermarket

Salah satu kegemaran saya jika berkunjung ke negara-negara baru adalah mengunjungi supermarket dan pasar untuk melihat barang-barang yang mereka jual. Terkadang saya tak membeli apa-apa, hanya sekedar mengitari untuk melihat produk-produk yang ditawarkan dan tentunya membanding-bandingkan harga. Tapi seringkali kebiasaan ini berakhir dengan belanja camilan-camilan dan sabun mandi. Camilan dan sabun mandi bisa langsung dihabiskan dan tak perlu dibawa pulang.

Dari berbagai negara yang saya kunjungi supermarket yang paling ‘berkesan’ bagi saya ada di Nha Trang, Vietnam. Saya diteriaki satpam ketika masuk supermarket membawa tas. Teriakan tersebut dalam bahasa Vietnam tanpa henti yang tentunya tak saya pahami sama sekali. Rupanya, sama seperti di Indonesia, tas harus dititipkan. Tapi saat itu saya berhasil bikin satpam keki, karena tas saya berisi kamera, lensa dan dompet yang tentunya tak bisa dititipkan.

Kendati di Indonesia penitipan barang masih diwajibkan, beberapa supermarket di Jakarta seperti Ranch Market sudah mulai tak peduli jika pengunjung membawa tas-tas besar. Saya bahkan sering melenggang dengan tas gym super besar untuk berbelanja. Sementara supermarket Perancis, Carrefour, sering memberi cellotape untuk ‘mengunci’ tas-tas yang dibawa pengunjung. Perubahan perilaku ini mungkin karena petugas keamanan sudah lebih percaya terhadap konsumen, atau karena gerak-gerik sudah dipantau CCTV. Lagipula kalau mau mencuri, tak perlu bawa tas besar yang menyolok, cukup modal kaki saja untuk mengapit kaleng-kaleng susu. Eh…

Supermarket di Indonesia, bagi saya sangat identik dengan budaya mencicipi buah-buahan. Kebiasaan mencicipi ini akan sangat terlihat apabila buah-buahan yang dijual adalah kelengkeng. Wah bisa dipastikan banyak orang yang berkerumun, membungkus kelengkeng sambil tak berhenti “mencicipi”. Tentu saja kelengkeng yang dimasukkan mulut tersebut tak dibayar dan tak ada satpam yang menegur. Entah kenapa orang-orang suka sekali mencicipi kelengkeng, mungkin karena mudah dimasukkan mulut juga karena harganya yang “relatif lebih mahal”.

Tak seperti di Indonesia, di Dublin mencicipi beresiko ditegur satpam. Beberapa bulan lalu saya melihat ibu-ibu yang memasukkan tangannya ke dalam wadah kacang almond dan mengambil segenggam almond. Ternyata segenggam almond tersebut memang tak direncanakan untuk dibayar, tapi untuk dimakan. Hebatnya, petugas pengaman pun langsung menegur dan memberikan plastik sebelum kacang tersebut masuk mulut. Ketika anak laki-laki ibu tersebut datang, perang mulut pun terjadi antara si anak dengan petugas keamanan. Anak laki-laki itu menuduh petugas rasis, karena mereka imigran berkulit hitam. Ya kale gak ada hubungannya kali. Lagian itu almond dikeruk gitu aja pakai tangan, jorok.

Sama seperti di Indonesia, disini orang menggunakan troli untuk mengangkut belanjaan. Bedanya, troli baru bisa digunakan setelah menyelipkan koin satu atau dua Euro. Jika sudah selesai menggunakan, para pengguna troli bisa mengembalikan di tempat semula dan koin bisa diambil kembali. Di Irlandia, mempekerjakan orang untuk mengumpulkan trolley tentunya tak murah, tak seperti di tanah air. Repotnya, jika kebetulan mau belanja dan tak punya koin mesti menukarkan koin dulu. Makanya saya sekarang mengakali dengan membeli gantungan kunci dengan koin berukuran sama. Di Indonesia, orang seringkali malas mengembalikan troli dan meninggalkan begitu saja di tempat parkir, tapi menurut saya konsep koin ini tak bisa digunakan karena koin di Indonesia nilainya tak seberapa. Mungkin supermarket mesti menciptakan koinnya sendiri untuk dibeli para pengunjung.

Seperti pernah saya tulis disini, plastik di Irlandia tak diberikan gratis. Makanya banyak orang yang membawa tas belanja sendiri. Selain membawa tas belanja dari kain, atau dari plastik yang agak kuat, banyak juga yang membawa shopping trolley. Shopping trolley ini banyak digunakan orang-orang tua untuk belanja karena mereka tak perlu repot-repot mengangkut belanjaan. Saya sendiri mulai mengikuti trend belanja seperti nenek-nenek ini karena males angkut-angkut belanjaan. Tapi shopping trolley saya lebih keren dan lebih berwarna ketimbang punya nenek-nenek yang beroda empat dan kaku. Shopping trolley ini juga tak mudah untuk dinavigasi, selain karena berat juga karena rodanya cuma dua, jadi mesti dimiringkan dulu untuk ditarik. Jika sedang menarik troli ini saya seringkali teringat para abang sampah di Indonesia yang menariki gerobak di bawah teriknya matahari. Duh betapa beratnya beban mereka dan betapa kacaunya bau sampah yang belum dipilah-pilah itu.

Bulan Februari ini rencananya beberapa kota besar di Indonesia akan mulai berdiet dengan plastik. Wah ini berita super baik. Setidaknya mulai sekarang para pedagang di Instagram bisa mulai berlomba-lomba menjual tas belanja yang cakep. Kalau perlu para fakeshionista di Indonesia juga bisa mulai minta para pedagang di mangga dua untuk jualan versi KW shopping trolley Louis Vuitton di bawah ini. Shopping trolley ini dibandrol dengan harga 5000 dollar saja. Ya belanjaan sayur kangkung cuma dua ribuan masak tasnya lima ribu dollar.

LV shopping trolley

Bagaimana dengan kalian, sudah siap bawa kantong belanja sendiri?

xx,
Tjetje

Baca juga: Sampah Plastik

Advertisement

65 thoughts on “Cerita dari Supermarket

  1. Waduh, masak nyicipin almond sampai segenggam Mbak, diambil pake tangan lagi wajar aja kalau ditegur ya.
    Iya Mbak, kabar baik sekali bakal ada peraturan tentang plastik di Indonesia. Tapi aku agak ragu bisa berjalan dengan baik kalau harga plastiknya dijual murah, orang pasti dengan cueknya akan tetap beli karena dianggap ga seberapa. 😦
    Kalau aku belanja bulanan di supermarket mengusahakan bawa tas dan kantong belanjaan sendiri atau minta pakai dus, sampai rumah tinggal pundaknya aja sakit semua.hahaha
    Nah yang masih pr kalau ke pasar nih Mbak, kan tiap beli apa mau ditimbang selalu diplastikin, sering bilang ga usah diplastikin, malah saya yang kena omel sama pedagangnya. 😦

  2. Kemarin belanjad di Giant aku tanyain soal plastik ini dan mereka belum ada instruksi katanya. Anw, aku dukung banget gerakan belanjad di supermarket mesti bayar kantong kresek ini. Udah wakwtunya masyarakat dididik akan dampaknya.
    Kalo kantong belanjaanku sih banyak Sa, itu tas-tas kain dari goodie bag kan banyak, bisa dipake jadi tas belanjaan sayur. 5000 dollar buat trolley bag mah… copot jantung eykeeeei 😀

  3. Waktu aku kemarin di belanda mba, jd mulai tgl 1 jan mereka nerapin buat membayar semua kantong platik. Jd klo pun kt beli baju di toko baju spt zara atau hnm, klo mau kantongnya bayar 50cent dan itu berlaku buat semua jenis belanjaan. Jdnya pas aku emang niat mau belanja, aku bawa tas banyak, tas kain yg model lucu2 gt mba hehe. Tp emg trolley jauh lbh praktis, gak cape bs bawa banyakk, aplg klo bawa model LV gt mba, jd tambah keceh rasanya, hahahahahaa. *kemudian ngitung duit receh sampe 5000 dollar*

  4. Konsep troli dengan jaminan koin benar2 cendas mba, ketidakaturan troli ini sering banget lihat di bandara dan mall, ditinggal di parkiran begitu aja dan menggangu kendaraan yg mau masuk/keluar dr parkiran

    • Nah itu, tapi koinnya mesti 20 ribuan kali ya. Kalau cuma 1000 mah ditinggal juga sama orang. DIsini pun masih ada orang yang ninggal di parkiran, biasanya ngakalin lubang koin dengan koin yang lebih kecil (20 sen)

  5. ide untuk koin trolinya keren tuh, mudahan Indonesia bisa buat yg sprti itu. supaya troli blanjaan bisa lbh rapi dan bisa menghentikan org2 yg suka taro troli smbrangan setelah di pakai.

  6. Selalu bawa dong mba 😉 😉 😉
    Udah berapa bulan ini di biasain bawa extra kantong di tas buat belanjaan. Atau kalo lupa langsung aja masukin kedalam tas (untung selalu bawa tas besar 😀 ). Trus kalo soal trolley sendiri, sekarang selalu bawa sendiri kalo ke pasar modern. tapi tetep aja dikasih kantong plastik (dipaksa kadang) -___-“

  7. Disini pun lagi banyak yg pake tas belanja model tarik/dorong begitu, tapi buat ke pasar modern aja sepertinya, kalo ke pasar tradisional sudah pasti ngejebros di tanah becek😁
    Soal icip itu memang harusnya supermarket indonesia ngasih peraturan ya karena banyak yang memanfaatkan banget, sering deh liat ibu2 nongkrong berlama2 di keranjang buah cuma buat icip2 zzz

  8. Aku udah pake tas belanja bikinan sendiri dari kaos lama, dan kalo belanja sedikit pake tote bag dagadu yang jaman dulu itu. Awalnya kaget juga si bude tukang sayur dan penjaga minimarket-nya, tapi sekarang udah biasa. Malah si bude sampe bilang, coba banyak yang bawa tas sendiri kan lumayan berkurang pengeluaran dia buat beli kantong plastik.

  9. hem..saya belum bawa kantong belanjaan sendiri sih. cuma, lagi dalam mengurangi plastik, kalau belanja kadang saya nolak dikasi kantung plastik. langsung aja masukin ke ransel. yep, saya kemana-mana suka bawa ransel 😛 kadang, ada yang menganggap aneh ya, jadi tetep aja dikasi plastik meski udah nolak

  10. Hehe, disini aku sih menggunakan tas backpack aja kalau grocery shopping di supermarket. Untungnya sih karena buat diri sendiri jadi masih cukup 😛 . Dan memang pernah sekali aku ditegur di sebuah supermarket di Paris ketika masuk dengan backpack. Ah, waktu itu sebal banget rasanya karena aku rasa seperti dicurigai mau mencuri, hahaha 😆

  11. Kalo di sini yang pake model dorong biasanya tante2 Asia heheheheh. Aku belanja baju aja kalo diplastikin gak mau. Biasanya kalo muat masukin tas, kalo ga muat masih ada kantong yang memang sengaja diselipkan ke tas buat darurat. Di sini belum semua tempat charge kantong plastik; ada supermarket yang mengenakan biaya ada juga yg gratisan. Satu kantong 10c *ya ga ngaruh yah* maunya sih diterapkan semuanya kantongnya 50c each kek, jadi makin banyak yang bawa sendiri. Banyak juga lho yang kalo ke hypermart, bawanya kardus sekalian 🙂

  12. Di pasar tradisional Den Haag tas plastik masih cuma-cuma diberikan khusus stan buah, sayur, ikan, ayam, daging, kentang, dan stan bumbu2. Aku sejak awal kalo ke pasar memang selalu bawa box sendiri ketika belanja ikan atau tahu (karena aku jarang banget belanja ayam atau daging). Nah, tempo hari pas ke toko oriental, pas bayar dikasir tiba2 aku disodorin tas kain, padahal aku sudah bawa tas sendiri, eh ternyata dibagi gratis. Wah, rejeki nomplok, karena tas kainnya ukuran gede dan bagus bahannya plus tulisannya lucu. Aku kalo belanja dipasar atau toko oriental pasti bawa shopping trolley, hadiah dari Mama mertua jadi bisa pilih yg harganya mahal sekalian dan warna yg bagus haha (menantu ambil kesempatan).
    Sebenarnya tentang tas plastik ini bukan hanya pihak pembeli yg perlu diedukasi, tapi penjual juga. Bukan hanya dikalangan pasar tradisional, pun disupermarket (besar maupun kecil). Apakah ayam, ikan, daging yang mereka jual masih ditaruh ditempat plastik juga, atau ditempatkan diwadah selain plastik. Jadi maksudku kalau mau menerapkan bebas plastik mustinya dari beberapa pihak, bukan hanya dari pembeli saja yang perlu diedukasi.

  13. Eh kok sama sih mbak..aku jg kalo traveling ke negara lain paling suka ke supermarket besarnya liat2 cemilan, sabun mandi dan toiletries lainnya..tapi klo aku niat dibawa ke jkt sih bwt stok kdg bwt dijual lg kalo brubah pikiran..hehehe

  14. Di Jakarta, kebanyakan kasir nya suka banget misahin barang yang basah dan kering di kantong yg berbeda, bagus juga, tapinya sering banget kalo cuma beli 2 coke botol gede trus barang yang kering lainnya dipisah lagi ke kantong yg berbeda padahal muat banget di kantong si coke. mubazir kan jadinya. Tapi kalo beli barang kecil2 juga jarang ambil plastik, lsg masuk tas , yang penting ada struk nya.

  15. Sudah bawa dong, kantong selalu di tas or kendaraan. Jadi sewaktu waktu gatel buat belanja tinggal cring….. kantong keluar *macam doraemon aja*. Apalagi kalau godie bagnya ada bagian kecil buat naruh kartu (macam flazz, brizzi, bni tap, dll) banyak lah orang bawa kantong krn kan kartunya disitu plus pki design yang gahoel keceh. Hmmm…
    Wah sayang ya Jogja kagak masuk daftar pengurangan kantong plastik. Hffttt….. Mungkin isu ini tergeser dengan pemagaran di malioboro. Hehehehe

  16. Aku selalu bawa tas belanja memang, karena harha diri suka jatuh kalo jalan sambil nenteng2 kresek x)))) *belagu *digampar

    Btw itu masa nyicipin almond sampe segenggam mba?! x_x

  17. Dulu aku sempat rajin bawa kantong belanja sendiri, mbak, karena belanja bulanannya di lottemart. Di lottemart, plastik gak gratis, tapi disediain kotak.

    Sekarang udah kendor lagi, karena belanja bulanan di hypermart/carrefour, yang mbak dan masnya rajin banget sedekah kantong plastik.

    Eh,emang bener ada diet kantong plastik tahun ini?
    baru tau…

  18. di singapore masih gratis kalo kantong plastik.. baru ikea aja yg bayar.. tapi klo di taipei, hampir semua supermarket harus bayar untuk kantong plastik.. jadi biasa kita yg request gt.. klo nggak, mrk akan otomatis mikir kita bawa kantong sendiri. haha.. bener juga tuh.. bisa jualan online tas grocery ya skrng. hahaha

  19. Hai Ailsa, gw bawa tas bahan di dalam tas gw sehari2. Dan klo gw belanja keliling supermarket/indomaret mending barang2nya ditaruh di tas bahan itu langsung (gak jinjing keranjang atau pake troli supermarket), jadi tahu belanjaan-nya gak boleh banyak2 😀 nah yang lucu pas di kasir, kadang petugasnya kekeuh mau-nya belanjaan gw ditaruh di plastik mereka. padahal gw dah bilang ‘saya bawa plastik/tas sendiri’. Haha!

  20. Duileee.. Serius itu tas harganya 5000 dollar mba? Haha.. Aku juga senang dengan info soal plastik berbayar di beberapa kota besar Indonesia, semoga tidak ngetrend sesaat saja.

Leave a Reply to Ceritaeka Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s