Beberapa waktu lalu saya menulis tentang menjadi relawan dan Wulan yang pernah menghabiskan waktunya menulis isu tentang pengungsi di Indonesia meminta saya menulis tentang isu ini. Isu pengungsi merupakan isu yang panas di Eropa sejak beberapa waktu (atau bahkan tahun) belakangan ini. Herannya, setiap kali ngobrol dengan beberapa orang di tanah air tentang ini, kok saya mendapat kesan banyak orang yang tak peduli atau bahkan tak tahu. Jadi, ijinkan saya berbagi sekilas tentang isu ini dari kacamata saya.
Sebelum beranjak lebih lanjut, ada baiknya kita bahas dulu tentang terminologi. Ada tiga terminologi yang bisa digunakan ketika membahas isu ini, yaitu pengungsi, pencari suaka, dan juga migran. Pengungsi menurut definisi saya adalah orang atau sekelompok orang yang mencari perlindungan ke negara lain karena dalam situasi terancam di negaranya. Beberapa situasi terancam ini antara lain minoritas satu agama atau etnis yang ditekan di negaranya (Rohingya contohnya), LGBT yang dihukum karena orientasi seksualnya, pembela HAM yang dicari pemerintah karena aktivitasnya, jurnalis yang dicari mafia, atau bahkan masyarakat sipil yang negaranya dalam keadaan genting. Sebelum diputuskan menjadi pengungsi biasanya mereka disebut asylum seeker/ pencari suaka. Pencari suaka ini mereka yang mengklaim sebagai pengungsi tetapi status mereka sebagai pengungsi belum diputuskan karena masih diproses. Soal lamanya proses bermacam-macam tergantung negara yang dituju.
Kelompok ketiga adalah migran yang berpindah ke negara lain karena banyak alasan, biasanya alasan ekonomi (atau meminjam istilah Mbak Yoyen, migran cinta seperti saya) tapi kelompok ini bukanlah kelompok yang berada dalam keadaan bahaya. Dalam ilmu tolong-menolong, kelompok ini paling belakangan ditolong karena mereka tidak dalam keadaan bahaya. Di berita-berita pun istilah migran lebih banyak digunakan, karena mengatakan seseorang sebagai pengungsi ataupun pencari suaka itu gak bisa langsung, lagi-lagi mesti pakai proses. Dalam logika saya sih sederhana, ketika mereka belum minta suaka, belum diputuskan jadi pengungsi, masih di atas kapal di dekat Yunani ya otomatis disebut sebagai migran karena mereka berpindah.
Eropa sendiri, terutama di bagian barat dan di daratan utamanya, serta Inggris dibanjiri oleh migran ini karena adanya gejolak keamanan di berbagai tempat di jazirah Arab dan juga di Afrika. Terus terang sebagai orang yang tinggal di Irlandia, saya tak tahu betapa parahnya keadaan di daratan Eropa sana. Yang saya baca hanya keriuhan penutupan perbatasan, migran yang setiap hari meninggal di dekat Yunani dan juga masalah penyerangan seksual oleh sebagian kecil migran yang terlambat ditulis media dan akhirnya bikin kisruh dan labelisasi parah pada para migran.
Sebagian kelompok tidak menyukai migran dan juga pengungsi karena banyak hal, beberapa hal yang saya tangkap misalnya takut adanya Islamisasi Eropa, takut perbedaan budaya terutama dalam hal memperlakukan perempuan dan yang paling utama takut kehilangan pekerjaan. Migran dianggap sebagai pencuri pekerjaan, bahkan di Eropa Timur sana ada yang sampai demo bawa-bawa poster. Agak lucu dan aneh ngelihat kelakukan mereka, karena sebagian penduduk dari negara itu migrasi ke Irlandia dan juga negara-negara Eropa lainnya untuk bekerja. Lha ya mereka boleh cari kerja kok yang dari negara lain gak boleh. Rasis!
Nah beberapa waktu terakhir ini, saya banyak menghabiskan waktu untuk sekadar ngobrol, ngopi atau bahkan makan siang dengan rekan-rekan dari jazirah Arab dan juga Afrika Utara untuk bertanya tentang pengalaman mereka selama tinggal di Irlandia. Hasilnya? Semua orang yang saya ajak ngobrol bahagia tinggal di Irlandia dan gak pernah mengalami diskriminasi ataupun perlakuan rasis di Irlandia. Bahkan mereka yang berjilbab sekalipun. Ini bukan berarti disini rasisme dan diskriminasi tak ada sama sekali, saya yakin pasti ada.
Keterbukaan orang Irlandia ini saya simpulkan dilandasi banyak hal, pertama karena orang-orang Irlandia pernah sengsara ketika terjadi kelaparan karena gagalnya panen kentang di jaman 1845-an. Sebagian penduduknya bermigrasi ke berbagai sudut dunia termasuk ke Amerika. Maka tak heran jika orang-orang di negeri ini, bahkan yang tua sekalipun, menerima manusia yang berpindah dari negara lain.
Bicara sejarah tentunya tak boleh lupa juga dimana orang Irlandia banyak ditekan karena agamanya yang Katolik, didiskriminasi urusan pekerjaan, pendidikan bahkan dianggap teroris (Catatan: jaman dulu hanya mereka yang Anglican yang bisa maju). Maka tak heran jika kepiluan dan didiskriminasi ini tak diulang oleh orang-orang Irlandia termasuk terhadap muslim. Jadi ya jangan heran kalau negara dan orang-orang di negara ini dianggap berperilaku Islami. Satu hal lagi yang bagi saya sangat menarik, keterbukaan ini juga dilatarbelakangi oleh fakta bahwa orang Irlandia itu moyangnya dari mana-mana, ada yang dari Spanyol, Inggris bahkan Viking.
Nah tapi walaupun Irlandia negara yang kelihatannya menarik, bahkan menjadi magnet para migran dari Eropa Timur, terutama Polandia, negara ini rupanya tak terlalu diminati oleh para migran dan pengungsi dari negara-negara yang terlanda konflik. Seorang pengacara yang fokus pada migran dan pengungsi pernah bercerita, satu hari ada trayek penerbangan baru yang dibuka dan langsung dari sebuah negara di Afrika ke Dublin (saya tak ingat negaranya). Pada penerbangan pertama ini sang pengacara memperkirakan pesawat ini akan dipenuhi oleh para migran dan para pencari suaka. Ternyata oh ternyata ia salah, saat itu hanya 7 orang saja yang mencari suaka.
Irlandia beberapa waktu lalu dikritisi oleh Merkel karena tidak menolong banyak migran dan juga pengungsi. Ya apa mau dikata, negara ini baru dihempas krisis ekonomi, terjadi krisis rumah yang bikin banyak orang menjadi homeless dan menggelandang. Bukan alasan juga untuk tidak menolong mereka, tapi ya apa pantas kalau orang-orang ini kemudian sampai di negeri ini kemudian menggelandang dan malah jatuh sengsara (ini yang banyak terjadi di daratan Eropa dan memicu sebagian kecil dari mereka kembali ke negaranya).
Anyway, cerita migran ini bisa berlanjut semakin panjang, tapi sebaiknya saya akhiri dulu dengan sebuah poster cantik yang tersebar di beberapa sudut Dublin:
Bagaimana dengan kalian, ngikutin berita pengungsi juga gak?
xx,
Tjetje
Aku baru banget nonton documentary di BBC tentang refugee Syria di Turki yang mesti ngemis buat makan anak2 dan suaminya yg lagi sakit dan klo dia ga dapat uang dia mesti menjajakan diri. Kasihan banget lihatnya ibu2 pake jilbab yang sekali begitu aja paling cuma dapat 5lira sementara pelacur lokal aja sekali paling minimal dapat 50 Lira. Mana didiskriminasi pula ama penduduk Turki udah kayak ibu2 itu punya penyakit lepra. Aku liatnya sedih banget, orang2 ini lari dari negaranya juga bukan karena mereka yg mau, klo ga mau bantu ya minimal ga usah menindas lah. Padahal sesama muslim tapi kok ya kelakuan kayak orang biadab aja? 😦
Ngikutin tapi sekarang beritanya lagi “hilang” ditelan beritanya Ahok maju jadi cagub independen.
Postingan ini menambah wawasan. Pada dasarnya soal pengungsi ini menimbulkan banyak dilema. Gak diterima kasihan, kalo diterima banyak dampak sosialnya. Sampe sekarang maish belum ketemu solusinya ya. Ada yang menerima dengan tangan terbuka, ada yang terpaksa menolak, ada yang menolak mentah2. Apapun itu semoga kemanusiaan jadi pertimbangan sebagai solusi.
Iya dampak sosial itu sebenarnya bisa diminimalisasi kalau fasilitas disiapkan dengan baik. Canada kayaknya lebih bagus dalam nangani, Well setidaknya PRnya bisa menggambarkan gimana bagusnya penanganan mereka.
salah satu kabar pengungsi yang heboh yang saya dengar adalah ketika dulu ostrali menolak pengungsi/pencari suaka dari timur tengah yang mempengaruhi hubungan ostrali dengan indonesia 🙂
Sampai sekarang Oz masih “nolak”, mereka dilempar ke Papua Nugini. Ini negara strict banget biar dikritik lempeng aja.
Tahun lalu smpt ngikutin yg para refugee nya ditolak masuk ke jerman. Cuma rada ga mudeng, mereka itu minta suaka krn negara mereka sendiri lagi konflik makanya mengungsi ke negara lain. Kenapa ga ke UEA atau Qatar yg negara nya juga maju?
#benerannanya
Aku tanyakan ke mereka jawabannya: agama beda ( Syiah vs Sunni), orang di negara2 tersebut juga konon rasis dan diskriminatif (kata sebagian dari mereka ya), lalu yang paling akhir ekonomi dan sosial welfare di Jerman lebih okay. Inggris juga Ok makanya banyak diincar.
Thankss buat info nya Tje, mudeng sekarang kalo itu alasan nya. Waktu berita soal para pengungsi ke Jerman itu, di New Zealand juga heboh, ga tahu ikut heboh kenapa, pdhl jauh gitu kan negaranya. Hehe.. Jadi di tv, adalah beberapa kali wawancara dengan pengungsi yg sudah jadi warga negara nz, jadi para mantan pengungsi ini, sekarang banyak yg tarik keluarga mereka dr negara asalnya untuk jadi penduduk NZ juga. Nah oleh pemerintah tentunya dibatesin jumlahnya pertahun, mereka ada yg tidak terima dengan alasan, negara asalnya kan lagi konflik, kok gak kasihan sih?? Yah menurut aku wajar kalo dikasih quota, kl ngga yah semua juga pasti mau kan ya. Maap jadi kepanjangan..
Sama-sama. Aku juga menanyakan hal yang sama, karena aku mikir ngapain jauh2 ke Eropa yang susah cari makanan halal 😋.
Soal keluarga dilematis juga ya karena ada implikasi anggaran pada sisi negara. Apalagi kalau mereka gak bisa kerja dan tentunya kendala bahasa. Wah ini lebih pusing lagi.
Hahaha.. Iyaa.. Susah nyari yg halal, mungkin gpp makan kebab tiap hari 😀 di NZ, smpt ditayangin di tv soal perkampungan pengungsi yg ke nz, wuih mereka hidup enak, yah jadi mungkin mikirnya kenapa ga sekalian ma anggota keluarga lainnya. Hidup enak dlm artian, tempat tinggal, makan, biaya sehari2 masi ditanggung pemerintah, walopun tetep yah kalo mau jadi penduduk nz, ada birokrasi nya juga..
Disini jadi masalah besar sekali, karena seperti banyak orang yang tau bahwa negara2 Skandinavia itu generous sekali kalau soal duit, jadi banyak juga yang datang kemari.
Terutama di Swedia yang sudah banyak keluarga pengungsi dari asalnya, jadi mereka yang punya relatives / family disana pada mau kesana semua, lalu sekarang pada bingung karena nggak punya cukup housing dan ujung2nya mereka bikin ID check di perbatasan Denmark / Swedia u/ mencegah papirless refugee masuk Swedia. Gara2 itu sekarang Denmark bikin border control terhadap Jerman, dst. Jadi main pingpong ini ceritanya, makin disundul kebawah.
Buat aku pribadi, aku punya mixed feelings terhadap refugee. Di satu sisi tentu udah kewajiban untuk nolong yang membutuhkan, dan disini negara kaya yang punya resources, sudah seharusnya mereka ambil tanggung jawab, di lain sisi, banyak refugee ini juga datang dari budaya yang sama sekali berlainan jadinya gegar budaya yang ujung2nya negatif (kaya sexual harrassment di swimming pool dan night club) karena mereka ga terbiasa liat perempuan berpakaian minim. Tentu nggak semua refugee kaya gitu, tapi kok ya banyak kasus yang kaya gini, bikin gemes jadinya.
Soal perlakuan pada perempuan dan beda budaya ini ngefek banget ke kerjaan Va. Pada pekerjaan tertentu yang memerlukan kenetralan dan secularism mereka gak bisa. Kerjaan jadi berantakan.
Satu lagi yang bikin gemes, malesnya ampun DJ deh. Kerjaan komplain aja pengen menang lotere biar kaya gak perlu kerja lagi. Tapi gak semua gitu sih.
Iya, makanya jadi susah ya. Ga bisa di generalisasi kan, cuman jadinya yang jelek2 ini bikin rusak susu sebelanga. Disini sampe ada yang bikin buku panduan khusus untuk refugee untuk supaya respek terhadap perempuan.
Pertanyaannya: apakah efektif? Mengingat itu bawaan orok *pesimis setelah tahu orang kerja 7 tahun di Eropa masih aja gak bisa netral*
Ya mungkin ga bisa merubah persepsi, tapi setidaknya mungkin bisa menahan diri (kalau ga mau ditangkap polisi)
aku lumayan ngikutin tentang pengungsi karena Jan kerjaannya di Belanda adl buat ngasih izin boleh atau tidak si keluarga pengungsi untuk pindah ke Belanda. Emang dampak sosial nya banyak banget yaa, lately warga negara belanda banyak banget yang nolak refugees. kadang klo denger cerita si refugee nya sedih ya mba. mudah2an secepatnya ketemu solusi buat para pengungsi.
Penolakan makin kuat karena gak ada screening yang bener ya. Sejak dibuka pintu sama si Merkel jadi membludak gak kekontrol. Terus terang aku gemes karena berarti akan semakin banyak orang yang mati sia-sia di tengah laut 😥
Disini juga cukup rame masalah ini walau rasanya beritanya gak segempar di negara-negara tetangga. Rasanya pandanganku sudah cukup tersalurkan komen-komen di atas 😀 . Banyak banget refugees yang baik-baik banget tapi satu-dua yang payah itu memang yang membuat image menjadi buruk. Apalagi yang namanya media kan lebih tertarik membahas kasus negatif daripada kasus yang biasa-biasa aja, hehehe 🙂
Rame kok di Belanda kok karena banyak tempat yang dapet jatah dari pemerintah pusat dari Den Haag harus menampung pengungsi sekian dan sekian. Penduduk tempat – tempat ini ngga terima dan protes. Beberapa walikota/bupati sampe diancam akan dibunuh.
Wah ada kuota segala ya Mbak. Tapi kayaknya emang lebih fair kalau ada kuota.
Karena mayoritas pengungsi ini tujuannya Jerman, Swedia & Belanda. Nanti aku tulis deh Tje, dengan referensi ke pos kamu ini.
Iya mbak, biar tahu gimana situasi disana.
Sebenarnya apa ya yg membuat media gemar membahas hal2 negatif? Apa demi menaikkan traffic gitu? Salam kenal 😀
Iya kan bad news is a good news.
Hhaha iya, mungkin entertaining in some way lah ya
Saya dari dulu ngikutin berita tentang migran ini Mbak, kadang juga diskusi dan tanya gimana keadaan di Eropa sana sama seorang teman Jerman. Teman saya itu termasuk yang kontra sama pengungsi dan jelas dia juga sebel setengah mati sama Frau Merkel. Menurut dia, dengan kebijakan migran yang seperti ini, Jerman sama aja bunuh diri.
Wah kenapa dia kontra dengan pengungsi? Ya tapi kalau kebanjiran nyebelin sih ya.
Menurut dia, alasannya, di antaranya adalah para migran itu (yang dari Turki) nggak mau membaur dengan masyarakat Jerman, mereka nggak belajar bahasa Jerman, sehingga di sekolahpun anak-anaknya ketinggalan pelajaran hanya karena kendala bahasa. Ujung-ujungnya ya nggak bisa cari kerja dan jadi tanggungan social security. Terus, ya soal gegar budaya itu seperti yang Mbak Ai ceritakan di postingan ini.
Ahhhhhhhhhh padahal ada kelas integrasi ya di Jerman. Disini orang lokalnya banyak yang males, jadi imigran bisa maju.
Salut dengan keterbukaan orang-orang Irlandia dalam menerima pengungsi. Bagaimanapun kita semua sama-sama manusia, jadi hendaknya tidak rasis dan membedakan. Sifat jahat itu ada kan dalam tingkat individu ya, bukan dalam level kesamaan kepercayaan atau ras, jadi tidak adil banget kita melabeli suatu ras hanya karena tingkah beberapa orang yang memang gangguan kejiwaan :hehe.
Bener sekali Gara, emang pada level individu bukan pada level ras.
Entah kenapa, permasalahan soal refugees selalu mempunyai daya tarik untuk saya, mungkin karena saya juga melihatnya sendiri di kampung halaman sewaktu kerusuhan 1998 dulu. Mixing dari rasa sedih, takut, panik, empati bercampur jadi satu. Saya juga mengikuti kasus imigran Eropa ini, sedih melihat anak-anak kecil yang harus meninggal di laut dan tidak sedikit yang harus kelihatan anggota keluarga 😦
Wah waktu tahun 1998 banyak yang harus mengungsi keluar ya Wien? Sedih aku kalau ingat masa kelam itu.
Banyak mba.. Ga berani kemana-mana juga dulu. Iya sedih banget..
Aku ngikutin setengah2 Ai, gak fokus maksutnya. Di Medan jg banyak nih, aku kurang tau persis mereka dari mana tapi sering keliatan dan yg cowok2 punya team futsal yg sering main sama genk nya si Matt
Yang mau ke Oz ya? Bisa dari Myanmar atau Afganistan tuh.
Yoi tp gak bisa karena OZ tolak kan. Mereka terkatung2 deh disini kayaknya. Pas kemaren ke US kita sepesawat dari Turki dengan banyak migran jg Ai. Ada sticker Ngo apa gitu, duh koq lupa sih 😁
Ah itu dari Turki mau ke US Non? Si US biasanya galak kalau soal migran.
Yoi Ai, cuman aku gak tau mereka orang Turki atau gimana. Beneran banyak loh. Pas aku cerita ke ortunya Matt, mereka bingung ternyata statenya koq bisa terima hehhee. Mereka yg di pesawat itu semua bawa dokument dgn sticker dr si NGO bahkan tas2nya juga Ai
IOM? UNHCR? IRC? Penasaran 😋
IOM Ai
Aku jarang update berita ttg refugees ini mbak tp temenku ada yg kerja di NGO. Kebanyakan mreka dr negara konflik mau kabur ke Oz tp bawa paspor/visa palsu, ketahuan, trus dilempar ke Bali buat diurus -_-” mending bentar, lah ini ada yg ampe itungan tahun -_-”
Pernah nonton juga ttg kamp pengungsi di Turki, sedih sih tp aku bisa bantu apa ya? Di sisi lain masih bersyukur ga tinggal di negara konflik walaupun sebenarnya ya… Begitulah 😆
Bawa passport asli atau palsu juga bakalan diproses di luar Australia, karena kebijakan mereka begitu.
Sepertinya berita di Indonesia gak banyak berita tentang pengungsi di negara lain, dan pastinya jarang update berita internasional, kemaren sempet ngobrol sama temen yg ternyata gak tahu sama sekali soal kejahatan perang muslim vs muslim di Sudan (dan Jokowi senyum-senyum foto bareng sama Presiden Sudan yg dicari karena kejahatan perang di Darfur – bisa gitu standar ganda, boikot produk Israel tapi tutup mata soal Darfur). Ini baru contoh aja kalau minimnya informasi tentang dunia luar selain dunia Indonesia sendiri. Walhasil kepedulian kurang 😦
Media di Indonesia yang rajin beritain tentang internasional kalau menurutku emang cuma Kompas doang Mbak. Sisanya kurang menggigit jadi wajar kalau pada gak tahu. Tapi ya itu si Jokowi kok parah banget ya?!
mrk tdk minat ke irlandia mgkn krn terlalu dingin?just kidding…
isu pengungsi bukan sesuatu yang dihighlight banget di indonesia. kebijakan pengungsi utk tiap negara beda-beda tapi biasanya tergantung tiga hal : politik, kemanusiaan, teritori. untuk pertimbangan politik misalnya mustahil amerika menerima pengungsi afganistan, kemudian untuk teritori sendiri lihat jumlah penduduk di negara target ybs, apakah surplus. pengungsi yang terdampar ke indonesia itu umumnya mereka yang “transit” menuju aussie atau NZ. indonesia sendiri bukan target populer, masih negara berkembang juga (pengungsi incar negara maju) kemudian soal teritori. kita sudah kebanyakan penduduk hehehe…masa mau nambah lagi…gampangnya ya itu jadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam hal menerima pengungsi.
Kayaknya kalau ada pengungsi ke Indonesia pasti ditolong kok. Kayak kasus Rohingya yang di Aceh kan dibantu atas alasan kemanusiaan. Apalagi mereka muslim jadi mereka yang di Aceh merasa lebih dekat.
Di Indonesia berita perang IS gak banyak Ai apalagi eksodus pengungsi nya, pas mudik Desember kemarin lagi hot2nya kan tuh di Eropa berita ini. Kita yang otaknya pada panas dengan berita tersebut ditambah lagi negara gw status siaga 4 , sampai Jakarta kek gak ada apa2an di dunia.
Kita nonton berita di TV lokal yang malah top news nya mengenai tentang prostitusi artis, beda banget sama berita TV luar yang breaking news nya adalah tentang update IS dan pengungsi.
Rasanya emang cuma Kompas yang ngebahas ini, itupun juga seadanya, gak seperti di Eropa. Mungkin karena gak kena dampaknya sih, jadi kurang peduli.
aku nga ngikutin sich mbak hanya dengar cerita dari adikku yang kerja di NGO. Kalau di Indonesia imigran asal pakistan yang rada banyak yach dan itu pun mampir ke indonesia karena ditolak australia. sampai sesama pengungsi nikah dan punya anak dan anaknya nga punya kewarganegaraan gitu kasihan juga yach.
Ah iya soal anak yang stateless itu kasihan banget. Kalau disini anaknya lahir disini orang tuanya bisa stay.
Aku soal refugee neh mengacungkan jempol untuk negara Jerman ! Jerman adalah negara di eropa yg paling banyak menampung refugee bahkan mrk membuat tempat yg cukup nyaman di bandara tua tidak seperti tempat2 refugee lainnya di eropa yg hanya berupa tenda…suami selalu update berita refugee sejak terjadi konflik di siria tp aq pribadi g mau liat terlalu sedih untuk di tonton gak tega liat yg masih anak2 bahkan bayi kedinginan di tenda2 refugee…sad really sad 😢
Nah tapi satu hal yang gak dipikirkan oleh Jerman adalah daya tampungnya. Menurutku gak fair langsung buka border terus membiarkan orang datang bertaruh nyawa di tengah laut. In the other hand Itu juga akan memperkaya tukang smugglingnya. Akan lebih baik kalau dia langsung ambil dari penampungan.
Entahlah…lets pray semua nya akan lebih baik …
salam kenal semua
saya berteman dgn salah satu pengungsi dari afghanistan
baik sekali & baru berumur 18thn,sudah 3thn di indonesia.
sekarang sedang hopeless karena keluarganya sudah tidak mampu
mengirimkan dana u/ biaya hidup di indonesia,teman saya tinggal diluar rudenim
actually org ini teman adik sy,krn sdh di kenalkan ke sy,dengar ceritanya kok yah nyayat hati banget.
jd kita niat u/nolong memberikan tempat tinggal selama yg dibutuhkan sampai penempatan ke negara ketiga.
sudah dapat status pengungsi dr UNHCR & punya ID card.
mohon infonya yg tau apakah saya akan dikenakan sangsi karena menampung u/ alasan kemanusiaan
terima kasih sebelumnya