Nasib Musik Indonesia 

Jaman kaset masih berjaya, saya termasuk orang yang rajin membeli kaset yang seingat saya harganya tiga puluh ribu rupiah. Saat itu, membeli kaset-kaset terbaru menjadi sebuah hal yang menyenangkan karena bisa update dengan musik terbaru, apalagi jika kemudian bisa menyanyikan lagu-lagu tersebut.

Harap maklum ya, jaman itu belum ada internet, jadi anak-anak muda mengisi waktunya dengan aneka hal yang mungkin dianggap norak oleh anak jaman sekarang. Termasuk mengkoleksi lirik lagu yang pernah dibahas oleh Mas Agung Mbot di postingan ini.
Bagi yang tak tahu, mendengarkan kaset itu ada seninya. Apalagi jika lagu favorit ada di sisi A dan selalu ingin didengarkan kembali tanpa merewind supaya pita tak rusak. Saya mengakalinya dengan membalikkan kaset ke sisi B, lalu mendengarkan satu lagu dan membaliknya kembali ke sisi A. Terdengar ribet mungkin, tapi jaman dulu kami punya banyak waktu dan tak disibukkan dengan perkelahian politik dan agama di media sosial.
Aktivitas merekam musik secara ilegal marak dilakukan di rumah, dengan bermodalkan kaset kosong seharga lima ribu atau delapan ribu rupiah. Tergantung mereknya. Lagu-lagu kemudian direkam melalui musik yang diputar di radio. Tangan harus cepat tentunya supaya bisa menekan tombol rekam di detik yang pas, dan menghentikannya persis ketika musik berhenti. Butuh kecekatan khusus. Radio sendiri mengurangi perekaman ilegal dengan memutar nama stasiun radionya persis saat lagu dimulai. #Cerdas

Ketika CD mulai masuk, kaset mulai tergusur. Apalagi ketika muncul CD-CD bajakan, serta musik-musik digital yang tak memerlukan kecekatan tangan. Lagu-lagu juga bisa diunduh secara gratis kemudian didengarkan melalui komputer. Jaman kuliah, saya termasuk salah satu pelakunya.

Tapi kenikmatan mendengarkan musik dari komputer dan dari alat pemutar musik itu tak sama. Saya pun kembali ke cara konvensional dengan membeli pemutar CD dan mulai mengkoleksi CD. Tak cuma saya, Ibunda saya juga ikutan. Koleksi CDnya berjibun. Kami senang memutar lagu dengan kencang sambil melakukan hal-hal lain, termasuk duduk membaca majalah atau sambil ngobrol. Khas Indonesia bangetlah.

Ketika pindah ke Irlandia, sebagian CD saya saya berikan pada mama, sementara sebagian lainnya saya bawa ke Irlandia untuk menemani saya.Saat liburan kemarin, saya mengagendakan untuk membeli beberapa CD supaya bisa saya bawa kembali ke Irlandia. Ternyata, toko kaset dan CD di Jakarta tinggal satu saja, di Duta Suara, di jalan Sabang. Tokonya sendiri sepi, tak ada pembelinya. Dan saya pun kalap membeli banyak CD musik Indonesia.

Terus terang saya sedih sekali melihat kondisi ini. Tapi apa daya, dunia sudah berubah ke arah digital dimana akses terhadap musik terbuka luas melalui iTunes, Spotify atau perpustakaan lagu lainnya. Penikmat musik diberi akses pada jutaan lagu-lagu tetapi dibatasi oleh ketersediaan baterai pada gawai.
Perilaku kita yang masih mengunduh musik secara ilegal ini tak heran membuat banyak musisi meradang. Janji bersama dari para pedagang bajakan untuk tidak menjajakan musik ilegal Indonesia patut dihargai dan diapresiasi, tapi sayangnya tak bisa menyelamatkan musisi dari perampokan karya intelektualnya, karena masih banyak dari kita yang merampas hak mereka. Ah mentalitas gratisan ini.

Bagaimana dengan kalian, suka musik bajakan atau rajin beli?

xx,
Tjetje

Advertisement

28 thoughts on “Nasib Musik Indonesia 

  1. Saya juga pemakai musik bajakan. Tinggal download musik apa yg kita mau di internet. Udah perkembangan zamannya seperti itu. Lagipula musisinya kan dapat popularitasdari penikmat musik bajakan. Istilahnya coba dulu. Klo cocok di hati ya baru beli cd atau kasetnya.

  2. Aku paling nggak suka ribet, sekarang langganan spotify, emang sensasinya nggak sama seperti dengerin LP, misalnya, tapi dirumah pun tinggal koneksi bluetooth masuk speaker deh, atau pake dock, daripada pake tempat u/ nyimpen record player dan semacamnya.

    Buat aku yang suka labil, langganan musik seperti spotify paling cocok, ga abis duit u/ unduh macem2 album. Fixed aja bayarnya per bulan lalu mau dengerin sesuka gue

  3. Di usia2 TK-SD dulu setiap ada lagu anak2 baru pasti aku minta dibeliin kaset2nya.. SMP-SMA masih kadang main kaset, tapi lebih banyak maen CD, MP3 dan iPodnya, sekarang lebih sering streaming.. kalau denger radio aku udah gak berminat sekarang, jujur, mulai gak suka dgn lagu2 antara 2010an sampai sekarang, baik yg lokal ataupun mancanegara..

  4. Langganan Spotify udah 5 tahunan ini, kualitas bagus, koleksi lengkap, harga ya gitu deh ( sirik ama yg di Indonesia cuman Rp.15.000 utk 3 bulan ) , tp gapapa yg penting fun secara kita music freaks.
    Kalau yg collectable baru cari piringan hitamnya.

  5. dulu akupun termasuk penikmat musik lewat mengunduh mp3-nya. sekarang sih memilih pakai spotify mbak Tjetje. Untuk musisi yang disuka biasanya suka beli cd-nya sebagai collectible item. Sayangnya toko cd udah pada tutup, jadilah koleksinya cuma cd indie 😦

  6. kolksi kaset aku masih ada, di gudang tapinya, hahaha.. dulu banyak koleksi kaset, sampe udah ganti ke CD, baru deh beli mp3, sekarang tinggal download aja ( bajakan yah berarti ) atau yah kalau ngga, lagunya gak uptodate banget, itu2 aja yang ada di player, hehe..

  7. Mama sudah cukup sering ngoceh karena koleksi kaset saya tidak bisa didengarkan lagi sekarang karena tape & walkman di rumah mendadak rusak ( barang jadul soalnya ), dan saya bingung mau dengarin kasetnya pakai alat apa sekarang, haha..

  8. Dulu aku selalu beli album CD asli pas di Greenland, karena internet dulu harganya gila-gilaan. Sekarang sama kayak Eva aku pakai Spotify. Lebih enak, murah dan koleksinya lengkap. 🙂

  9. Mba kayaknya kita gede ditahun yang sama nin, dulu juga suka ngumpulin kaset dan persis caranya kalo mau dengerin lagu yang sama hehehe..dulu malah tiap ulangan dapet 10 minta dibeliin kaset sama ibu alhasil kasetku sekarang banya bgt. Terus jaman kuliahan gantian suka beli CD (asli bukan bajakan). Kalo sekarang iya lebih suka denger lagu download di iTunes, kalo di mobil setel CD atau radio.

Show me love, leave your thought here!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s