Di Indonesia, hajatan makan-makan yang diadakan di rumah biasanya diadakan karena alasan khusus, seperti arisan, ulang tahun, khitanan, atau acara berdoa bersama. Sebaliknya, bagi kami yang tinggal di luar negeri, hajatan kumpul-kumpul dan makan-makan tak memerlukan alasan apapun. Di negara yang tak memiliki warung Indonesia berkualitas, makan-makan menjadi ajang obat rindu terhadap penganan nusantara.
Sebelum pindah ke Irlandia, saya sudah banyak mendengar tentang drama-drama seputar makan-makan dari berbagai teman di belahan dunia. Urusan makan-makan yang seharusnya sederhana, bisa menjadi meriah karena drama-drama ini, baik drama kecil maupun drama besar. Ilustrasi drama yang saya tuliskan di bawah ini berdasar pengalaman saya dan juga banyak orang yang namanya tak bisa disebutkan satu-satu. Kalau merasa tersindir, tak perlu baper, karena sesungguhnya saya gak nyindir orang-orang tertentu. Saya hanya memberi gambaran general saja. Perlu saya beri disclaimer terlebih dahulu bahwa hal-hal di bawah ini tak dilakukan oleh semua orang ya, hanya ada segelintir yang melakukan hal tersebut, tapi justru merekalah yang buat hidup jadi lebih berwarna dan tentunya penuh dengan drama.
Ajang menghakimi kekayaan orang lain
“Eh rumahnya si ini ternyata biasa-biasa aja ya, dia gak kaya-kaya amat”
Mengundang orang untuk makan bersama ternyata juga dijadikan ajang untuk memperkirakan berapa aset orang yang mengundang. Harap maklum, yang diundang mungkin bekas sales property, jadi begitu pintu dibuka lebar dan para tamu dipersilahkan untuk masuk, matanya langsung jelatatan melihat seluruh sudut rumah. Tak hanya melihat debu-debu yang terlewatkan ketika dibersihkan, tapi juga mulai memperkirakan berapa harga setiap barang yang jadi pajangan di sudut-sudut rumah.
Kita semua tahu bahwa hidup jaman sekarang memang sangat materialistis dan ukuran kesuksesan seseorang biasanya dilihat dari berapa banyak uang yang dipunya hingga soal tipe pekerjaannya. Dan gak perlu pakai munafik, kalau ke rumah temen yang uber kaya kita juga pasti langsung terpukau lihat gerbang yang super tinggi serta satpam yang berlari-lari buka pintu pagar. Tapi sungguh terkadang saya dan banyak orang jika ketemu yang model begini pasti akan langsung terpukau dengan kecepatan mata dan kecepatan kepala ketika melakukan aksi jelatatan. Mungkin dulunya bekas penari…..
Jangan juga gagal paham dengan orang-orang yang mau menyeleksi pertemanan dengan mereka yang hanya memiliki jumlah kekayaan tertentu. This is completely normal, kan pusing kalau mau ngopi di hotel bintang kejora, sementara temennya cuma mampu minum kopi di starbike. Atau ketika ingin ngajak temen shopping bareng ke Grand Indonesia, tapi temennya cuma mampu ke Grand Indonesia coret, alias Thamrin City. Bukankah pertemanan memang harus dinilai dengan mata uang?
Marah karena gak diundang
Tak seperti di Indonesia yang rumah bisa luas dengan kebun durian serta kandang kuda, di sebagian tempat di luar negeri orang-orang tinggal di rumah mungil. Dengan segala keterbatasan rumah, otomatis jumlah undangan juga harus dibatasi sesuai kapasitas rumah. Skala prioritas pun diterapkan, yang diundang yang dekat-dekat aja. Dong…dong…dimana-mana ini ternyata suka bikin drama karena sering banget ada yang sensitif karena gak diundang. Kalau nurutin orang-orang yang sensitif gini ya, acara makan-makan siang biasa bisa buka tenda biru deh, karena semuanya minta diundang.
Pot luck
Di banyak tempat, kumpul-kumpul makan orang Indonesia itu tipenya pot luck, undangan menyiapkan beberapa menu, sementara tiap tamu yang datang membawa makanan sendiri. Yang tak bisa masak seperti saya sih mudah, tinggal pesan atau beli makanan pencuci. Selesai? tentu saja belum, karena sebagian orang suka sekali mempermasalahkan harga makanan yang dibawa dengan jumlah makanan yang dibawa pulang. Sekali lagi, pertemanan harus dihitung dengan uang ya.
Gak salah juga sih tuan rumah ngomel-ngomel kalau tamunya datang bawa nasi putih satu kotak kecil, lalu kembalinya bawa ayam goreng satu kotak besar. Tamunya mungkin bekas pedagang, tak mau rugi. Nah karena kita bangsa yang berbudaya, tamu-tamu seperti ini tak ditegur langsung, hanya dibicarakan di belakang, lewat bisik-bisik tetangga lalu sang tamu tak pernah diundang lagi. Kapok sang pengundangnya.
Musuh bebuyutan bertemu
Jadi manusia itu tak harus selalu cocok, tapi pada saat yang sama kalau gak cocok juga mesti diplomatis, tak perlu berhenti ngomong selamanya. Kalaupun mau berhenti ngomong selamanya, itu pilihan. Tapi yang saya perhatikan mereka yang bermusuhan ini tak mau sendirian, kalau musuhan rame-rame ngajak teman satu geng dan tabiat ini disempurnakan dengan kebiasaan memboikot acara.
Tuan rumah yang tak punya masalah dengan kedua belah pihak harus memilih salah satu pihak untuk diundang, kalaupun dua-duanya diundang, biasanya salah satu pihak enggan muncul. Penyelenggara acara yang cerdas sih biasanya mengirimkan undangan secara terpisah dan pada saat hari H, dua musuh bebuyutan berada dalam satu ruangan. Duaaaar…seru deh, sementara para tamu pura-pura sibuk memandangi nasi panas yang mengepul.
Owalaaaah mak, tinggal di luar negeri mau kumpul saudara sebangsa dan setanah air untuk makan rendang jengkol saja dramanya kok mengalahkan sinetron Tersanjung. Jadi kamu pernah mengalami drama urusan makan?
xx,
Tjetje
duh dek udah diundang masih nyinyir..tinggal makan aja enak loh kak hahahaha
Selama tinggal di Sydney, gak pernah mengalami drama tsb diatas cm memang pernah situasi jadi PANAS dan mulut pada PEDAS. Ternyata adegan belajar masak bersama tp pintu balkon apartemen lupa dibuka, PANAS deh jadinya. Trus adegan rujakan pake cabe 10 bijik… PEDAS deh mulutnya hahaha
Hahaha 😝
Oalaah, beneran serempong itu ya Mba. nasiib nasiib punya temen yang perhitungan -.- Itu mereka begitu, udah jadi budaya? atau kenapa kira – kira Mba Ai?
Aku pun gak tau kenapa Ji, disini kok kayaknya beda dari di Indonesia. Atau mungkin aku kurang gaul pas di Indonesia.
Aku rasa karena di Indonesia kamu gaulnya nggak pernah sama orang2 kaya gini Tje. karena di Luar Indonesia jadi “terpaksa” ketemu sama orang2 macem gini
😞😞😞
Kok perhitungan banget ya! Hahaha…
Harus, kan pertemanan harus BEP, kalau bisa malah untung. Kalau gak menguntungkan mengapa berteman? #sarkastik
Aku nggak pernah mengalami drama begituan selama kumpul makan di sini. Biasanya sih kalau pas acara bungkus-bungkus, ada 1 orang (nggak harus tuan rumah) yang mbungkusin buat semua tamunya biar semua rata kebagian tapi biasanya kita kl kumpul emang temen-temen deket aja sih…
Waaaah enaknya ada yang bagian ngebungkusin.
hahahahahahah, sumpah deh i love your nyinyirness Mbak ^_^
Grand Indonesia coret, gahahahah ada-ada aja istilahnya. aku suka banget postingan ini bacanya bikin ketawa beneran bayangin itu drama yang kelewat over padahal sama temen sebangsa ya bok…
Terimakasih. GI boleh coret tapi popularitas di kalangan Ibu-Ibu luar biasa banget.
Lha, prasaan aku udah komen postingan ini kemaren. Ternyata belom di enter :)). Btw aku gak pernah nemuin hal2 drama soal makan2 disini. Pergaulanku dengan orang2 Indonesia disini sih sesama spouse – student yang pada sekolah disini, juga Indonesian yang udah jadi PR & citizen. Alhamdulillah ketemunya nggak yang nyebelin, kalo nggak uuuhhh bhayyy aja :’)). Terus yang ada malah suruh mbungkus2 makanan pas pulang, tapi mbungkus sendiri2 hehe
Aku baru sekali makan-makan sama students. Rame, urusannya bahas riset, beasiswa dan nyanyi-nyanyi.
Hahaha asli ketawa sambil membayangkan, pernah denger dan baca dari hasil memantau fb, sedang kan yg dialami sendiri gak sampe kayak drama seperti itu, mungkin krn aku gak banyak gaul, paling klo kumpul pun dengan teman yg sudah kenal sejak tinggal di Indonesia dahulu.
kita kalau kumpul makan2..drama nya selalu pada tema bergossip..ya ampun hahaha namanya ibu2 ngumpul, ada aja bahan obrolan, dr orang kjri lah yg di omongin LOL. btw tapi lebih enak ngumpul sm teman2 yg emang udah kenal dekat..jadi tau mana yg ga ember bocor…., saya malah lbh sreg sesama org indonesia yg udah akrab kalau kumpul makan, kalau ngajak teman turki atau keluarga turki arghhh kudu kerja bakti dulu sehari atau seminggu sebelumnya demi rumah bersih,ga ada debu nongol. krn mereka entah kenapa hobby sidak, bahkan acara makan2 bisa jd acara investigasi isi rumah, sampe kamar pribadi pun mereka ‘kepo’ pengen tau isinya.
Hah…reseh banget, tapi gak begitu semua kan? atau emang kultur sidak?
kultur lokal nya:D…apalagi pas pengantin baru dan mash tinggal dirumah mertua, tiap tamu ko..masuk kamar-.-‘ meriksa furniture nya lah..agak ajaib
Hah? kalau gak cocok boleh minta tukar?
Pingback: Obsesi Orang Indonesia: Makan-Makan | Ailtje
hehehe..